chapter 52 (Crazy Update 2)

14.9K 2.3K 48
                                    

Ein melirik keluar celah sempit. Apakah tempat seperti ini sengaja dibuat? Kalau memang benar, apa tujuannya? Tetapi hal itu sama sekali tidak penting. Perasaan Ein sudah tidak enak sejak menginjak lapangan markas Faiore. Untuk sebuah markas dan benteng perang, tempat ini sangat tenang.

Saking tenangnya, penyusupan Ein benar-benar lancar. Justru hal itu membuat Ein berpikir kalau mungkin saja Klein sengaja. Pria itu pasti sudah mengatur siasat. Benar. Klein mungkin sudah tahu kalau cepat atau lambat Ein akan datang untuk menjemput Raeliana.

Kemungkinan semacam itu sangat tinggi. Kalau memang benar, maka yang harus Ein lakukan adalah melawan mereka dan keluar membawa Raeliana.

Tepat sekali saat Ein memikirkan Raeliana, gadis itu berdiri beberapa meter dari Ein—menatap pintu yang tertutup di samping celah tempat Ein berada. Jadi Raeliana dibebaskan berkeliaran begitu saja? Syukurlah gadis itu tidak dikurung seperti yang Ein lakukan pada Roseline.

Saat Raeli mencapai pintu dan menggapai pegangan, Ein menariknya ke celah dan membekap gadis itu.

Raeliana melotot terkejut untuk beberapa saat. Mungkin demi mencerna apa yang terjadi. Kalau Ein boleh menebak isi kepala gadis itu, Raeliana pasti sedang berpikir kalau ia akan diculik di markas penculik.

Namun, beberapa saat kemudian, Ein merasa bibir Raeliana bergerak di telapak tangannya.

“Ein,” desis gadis itu.

Ein melepaskan tangannya dan menyeringai kecil. Dalam gelap Raeliana bisa mengenalinya. Bukankah itu suatu hal yang luar biasa?

“Hmm, kau bisa mengenaliku,” kata Ein.

Ein melihat Raeliana mengerutkan kening dan cemberut. “Tentu saja. Menurutmu di dunia ini berapa banyak orang bermata merah yang bisa menyala di dalam gelap?”

Ah, gadis ini benar-benar adiknya Carry. Bahkan ejekan mereka saja sama. Benar-benar bisa mengabaikan kondisi.

Tampaknya setelah mengatakan hal itu Raeliana baru tersadar akan sesuatu.

“Apa yang kau lakukan di sini?”

***

Raeli nyaris ternganga lebar melihat Pangeran Ein muncul dengan seragam pasukan Faiore yang berwarna merah, kontas sekali dengan matanya. Setelah menenangkan diri dari keterkejutan, Raeli menyadari sesuatu.

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Raeli. Ia bahkan takjub dirinya bisa berbisik. Tadinya Raeli pikir kalimatnya akan keluar sebagai pekikan. “Bukan. Kenapa aku berhalusinasi di keadaan seperti ini? Mana mungkin pangeran menyebalkan itu muncul di sini. Kecuali dia mau mati.”

Pangeran Ein menarik kedua pipi Raeli sampai gadis itu mengaduh. “Aku tidak akan di sini kalau kau tidak diculik semudah itu.”

Raeli ternganga. Di saat-saat seperti ini, Ein masih meremehkannya. “Maaf saja. Lagi pula aku tidak berharap diselamatkan.”

“Jadi kau mau tinggal bersama pria kepala apel itu?” Ein menatap sinis.

Apel? Hey, hey. Kenapa jadi menyamai-nyamai julukan Rose kepala Klein? Ah, bener. Mereka saudara, pikir Raeli. Tetapi Klein kepalanya seperti api.

“Tentu saja tidak.”

“Kalau begitu, kita pergi.”

Raeli menahan tangan Ein yang sudah akan menyeretnya meninggalkan lorong markas yang sepi itu. “Kau membawa pasukan, bukan?”

“Aku sendirian.”

Raeli tertawa pada dirinya sendiri. Lihat pangeran gila ini. Ternyata Ein suka melawak di keadaan yang bilang mereka bisa mati kalau ketahuan kabur.

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang