Chapter 47

15.2K 2.4K 134
                                    

Maaf ya, aku baru update.
Dan sorry juga sampe menatapkan vote sebanyak itu. Kayaknya emang berat banget, yaa.

Yang udah dari kemarin marathon baca. Aku ucapin selamat datang di Easter dan salam kenal.
Membaca ini berarti kamu tergabung dalam squad Raeli-Ein yang bakal menyaksikan kebodohan mereka sampai akhir.

Jadi, selamat membaca semuanya. Pendukung pangeran kesukaanku siapa nih? Penggemar Ein garis keras mana suaranya? 🤣🤣

Jangan lupa vote dan komen yaaa

***

Raeli duduk di sofa menghadapi makan malamnya yang tersedia di meja. Sekali lagi ia menatap kamar. Tempat ini sama besar dengan kamar Raeli di istana. Hanya saja jika Raeli berada di istana karena terpaksa, maka di sini karena ia tidak punya pilihan lain. Tidak ada jalan untuk kabur.

Semalam begitu Raeli menyadari seseorang di kamarnya, ia terkejut dan takut. Apalagi orang itu membicarakan soal balas dendam dari rasa sakit. Memangnya apa yang harus Raeli balas agar pangeran juga merasakan sakit hatinya? Dengan kematian?

Sama saja bohong. Raeli berusaha selama ini untuk hidup, bukannya untuk mati.

Namun, yang lebih mengejutkan lagi ketika orang itu membuka tudung jubahnya. Rambut merah panjangnya dan pupil mata pria itu hitam pekat. Dan seketika Raeli langsung teringat pangeran. Pria itu benar-benar kebalikan dari pangeran.

Pangeran memiliki mata merah dan rambut hitam.

Saat itulah Raeli menyadari ia dalam bahaya. Lalu pria itu menyebut namanya.

Klein La Faiore.

Pangeran dari negeri yang berkeras ingin menjajah Easter. Musuh mutlak pangeran Ein.

Jujur saja, Klein terlihat tidak berbahaya. Pria itu bilang tidak akan menyakiti Raeli dengan alasan sudah menampung adiknya. Tetapi siapa adik pria itu?

Klein tidak bicara hal lain kecuali niatnya ingin membawa Raeli untuk dijadikan tawanan perang. Kemudian setelah itu Raeli tidak ingat lagi apa yang pria itu lakukan padanya. Saat terbangun ia sudah berada di kamar ini dan dugaannya ia berada di Faiore dengan makan siang yang sudah disiapkan.

Dalam diam Raeli melahap makanannya. Kamar itu dikunci dan dijaga dari luar. Di saat seperti ini apakah masih ada waktu untuk Raeli makan malam? Ia sedang diculik dan ditawan. Bagaimana jika Pangeran Klein menyakitinya?

Herannya Raeli tidak merasa cemas.

“Sepertinya kau menyukai makanannya.”

Raeli tersentak dan menjatuhkan sendok ke piring tanpa sengaja saat mendengar suara itu. Rasa kesal meluap hingga kepala. Apa semua pangeran punya sifat begitu?

“Oh, maaf aku mengagetkanmu.” Klein dengan senyum kecil berjalan menghampiri Raeli yang diam menatapnya. “Kau tidak nyaman ada aku saat makan? Kalau begitu aku akan pergi.”

“Ah, tidak!”

Raeli seketika berdiri. Kenapa ia mencegah pria itu pergi, ya?

“Aku sudah selesai makan,” jawab Raeli.

“Tetapi makananmu belum habis.”

“Aku kenyang.” Raeli tersungut dan kembali duduk.

Klein ikut duduk di sofa depan Raeli. Tersenyum menatap Raeli. “Ha~ah. Lihatlah pria berengsek itu. Setelah memperdaya banyak wanita, dia masih memiliki tunangan sesempurna dirimu.”

Kening Raeli berkerut. Pria berengsek itu pangeran Ein? Baiklah. Raeli setuju dengan panggilan dan pendapat itu. Benar. Kenapa harus Raeliana yang jadi tunangannya? Tidak adil.

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang