Chapter 130 (Season 2)

5.6K 917 43
                                    

Update sambil masak² 🤣🤣 untuk gk jatuh masuk adonan tekwan. Wkwk

Selamat membaca dan selamat puasa hari terkhir 🤗🤗

***

Ein memberikan surat terakhir pada ajudan baginda kaisar. Sepertinya keributan yang terjadi di istana sampai menghancurkan kediaman pangeran cukup menggemparkan. Beberapa bangsawan yang memang setia pada keluarga kaisar dan negara tetangga pun mengirimkan surat untuk menanyai kabar atau apakah pangeran butuh bantuan.

Namun, tidak Ein sangka bahwa pertarungan dengan Rict jadi sangat-sangat singkat. Bahkan seolah tidak pernah ada. Kabarnya juga Xain menggunakan sihir lama untuk menghapus kenangan tentang sebagian adu mulut Raeliana dan Kroma hari itu.

“Yang Mulia?”

Ein mengangkat kepala pada Charael dan Carry yang baru saja masuk ruangannya bersamaan.

“Bagaimana keadaan di sana?” tanya Ein sambil berdiri dan mengitari meja. Bersandar pada bagian depan meja kerjanya, menatap dua kesatria itu.

“Setelah melalui investigasi, tidak ada yang aneh di kediaman Sharakiel. Para pelayan dan pekerja di sana dalam keadaan sadar mengabdi untuk keluarga duke. Sepertinya mereka tidak tahu bahwa Tuan Sharakiel memiliki sihir,” jawab Carry.

“Bagaimana dengan anaknya?”

“Mareyya Keshla Shermakiel tidak memberikan perkataan apa pun, anak itu menjalani harinya seperti biasa meski rumahnya ramai oleh kesatria. Pembelajarannya tidak dihentikan sama sekali,” jawab Charael dalan nada suara setengah tidak yakin.

“Itu artinya anak itu tidak mencari keberadaan ayahnya? Apa dia tidak bertanya di mana ayah dan pengasuhnya?”

Charael dan Carry serentak menggeleng.

Ein mengerutkan kening dan menopang dagu. Sejak pertama melihat Mareyya Keshla Shermakiel, anak itu memang terlihat seperti anak pada umunya. Namun, yang membuat Rict terkejut adalah dia bisa bicara layaknya orang dewasa. Apa anak itu juga bagian dari praktik terlarang Rict?

Mareyya sama sekali tidak mencari keberadaan ayahnya. Bahkan anak itu juga mempersilakan para kesatria yang datang untuk menginvestigasi rumahnya. Seolah dia sudah tahu apa yang mungkin akan terjadi.

“Apa dia baik-baik saja?” tanya Ein lagi.

“Ya, Yang Mulia. Kami bahkan melihatnya masih menikmati waktu teh di taman dengan tenang, meskipun pelayan yang melayaninya terlihat sangat gelisah.”

“Aku ingin menemuinya,” kata Ein tiba-tiba. “Apakah waktunya cukup untuk ke sana sekarang?”

“Saya akan menyampaikannya pada anak itu sekarang, Yang Mulia,” kata Carry sambil membungkuk dan bersiap keluar dari ruangan saat pintu ruangan kembali diketuk.

Ein melihat ke pintu. Pasti ada yang mau melaporkan lagi atau ada yang datang untuk menanyakan keadaan Raeliana. “Masuk.”

Pintu ruangan itu terbuka dan Tristan berdiri di sana bersama seorang anak kecil dan pelayan yang sepertinya bukan pelayan istana. Ein nyaris tahu semua wajah pelayan karena mereka harus lebih hati-hati memasukkan orang ke istana.

“Berkat Easter untuk Yang Mulia Putra Mahkota,” kata anak kecil itu sambil membungkuk, memegang gaunnya.

Ein mendorong diri dari mejanya dan setengah tidak percaya melihat anak kecil yang baru saja dibicarakannya itu. Mareyya Keshla Shermakiel berdiri di depan ruangan kerjannya.

“Ah, selamat siang untukmu, Nona Shermakiel,” balas Ein sambil tersenyum dan berjalan mendekat. “Aku baru saja mengatakan ingin mengunjungimu.”

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang