Chapter 104 (Season 2) CU 1

5.1K 831 20
                                    

Hallo, Guys.
Hari ini tutup PO 2 season 1 ya. Jadi ... Untuk season 1 yg di dalamnya terdapat background karakter, chapter perang dan lain-lain, nggak tau kapan aku bakal PO lagi.

Soalnya antara bulan 6-7 aku mau open PO buat season 2. Bagi yang mau silakan nabung dari sekarang biar gk terlalu berat nanti pas PO.

Nah, sesuai janji.
Aku mau update 4 chapter yaaa. Aku mau update besok. Tapi takut sibuk. Jadi hari ini aja yaa. Sebenernya aku update tadi pagi, tapi gangguan. Jdinya baru update sekarang.

Selamat membaca dan jangan lupa vote + komen di tiap chapter.

Warning :
Bagian cerita dan buku season 2 nanti berkemungkinan di poin tertentu akan berbeda karena author yg males revisi.

***

Tidak terasa waktu berlalu dengan luar biasa cepat dan hari perburuan pun dilaksanakan. Bahkan sejak malam itu, Raeli sama sekali belum bertemu dengan pangeran. Sebenarnya pria itu di mana, sih? Apa benar-benar sibuk atau hanya untuk menghindari Raeli?

Raeli benar-benar tidak habis pikir. Pangeran menyebalkan itu melamarnya dengan tidak romantis, kemudian membuat Raeli kesal lagi dengan menutup-nutupi apa yang ia dapat malam itu.

Apa semua pangeran memang begitu, ya?

Raeli menggeleng, mengusir pikiran tentang pangeran. Ya, sebenarnya ia memikirkan apa yang akan dilakukan saat bertemu pria itu nanti. Haruskah Raeli diam-diam membawa sepatu cadangan? Jadi, saat melihat pangeran ia bisa melempar sepatunya ke kepala pria itu sebelum orang lain lihat.

Tidak, tidak!

Tanpa sadar Raeli jadi memegang kepalanya. Apa terlalu sering bersama pangeran membuatnya ikut-ikutan jadi gila? Sekarang saja ia bisa membayangkan kalau pangeran itu adalah pria penebar virus kegilaan.

“Santai saja. Ini juga pesta perburuan pertamaku.”

Raeli mengangkat pandangannya pada Liliane.

Ah, sial. Ia ketahuan lagi sedang bertindak tidak mirip dengan seorang bangsawan. Ketahuannya oleh Liliane pula. Raeli jadi punya firasat kalau hari ini akan sial.

“Bisakah aku kembali ke istana saja?” tanya Raeli dengan senyum tipis.

“Anda tidak ingat duchess bilang apa?” Anne bersuara. “Kalau beliau tidak melihat Anda di tenda perburuan, beliau akan datang untuk mengajarkan etiket.”

Arrgghh!

Rasanya Raeli ingin menggeram kuat-kuat. Lagi-lagi Duchess Clarinee Servant memberi ancaman seperti itu.

“Apa masih lama sampainya?”

Liliane dengan suara riang menjawab, “Kita sudah sampai.”

Raeli melihat ke luar kaca. Benar. Mereka sudah sampai. Terlihat panji-panji yang berbaris di sepanjang jalan masuk dan kesatria yang berjaga. Tetapi kereta kuda bangsawan masih belum kelihatan. Sebenarnya mereka mau ke mana sih!

“Kau memang tidak suka keramaian, ya,” komentar Liliane dengan senyum kecil.

Raeli jadi tertarik karena kalimat itu. Ia langsung menatap Liliane. Gadis itu terlihat anggun dengan gaun lavender terang. Sangat kontras dengan rambut hitam yang digerai dan veil tipis menutupi bagian bawah wajahnya.

“Saat debutante tahun lalu, kau sendirian di dekat meja jamuan. Lalu mengutuk orang-orang. Saat perayaan kemenangan perang, kau juga begitu.” Liliane tertawa pelan. “Kau terlihat seperti akan kabur. Aku khawatir saat kau dan kakak menikah. Kau takkan meninggalkannya sendirian di altar, ‘kan?”

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang