Chapter 109 (Season 2)

4.3K 799 39
                                    

Hallo gengs.
Berhubung aku mau libur sementara menjelang PO perdana season 2 dibuka, aku akan tamatin dulu TCPF dalam minggu ini. Jadi aku updateny di guyur aja. Sehari 3 atau 4 kali ya.

Tetap jangan lupa vote dan komen, Ya 😊
Terima kasih dan selamat membaca.

***

Raeli mempercepat larinya begitu melihat Xain dan Pangeran Ein yang dikelilingi oleh Charael, Ercher dan salah seorang kesatria katedral. Bagaimana ini? ia tidak sabar untuk segera sampai pada orang-orang itu.

“Ein!”

Pangeran Ein menoleh mendengar panggilan Raeli dan mengerutkan kening. “Kenapa kau ke sini?”

Raeli tidak memedulikan pertanyaan itu dan langsung saja memeluk pangeran. Ia butuh tempat untuk bersandar sekarang. Seluruh tubuhnya masih gemetar karena Rict.

“Raeliana?” panggil Pangeran Ein sambil mendekap Raeli dengan sebelah lengannya. “Kau baik-baik saja?”

Raeli menggeleng. Apakah sekarang dirinya terlihat baik-baik saja? Apakah ada wanita yang bisa baik-baik saja setelah diancam dengan kematian yang sudah dituliskan? Tidak ada.

“Raeliana?” panggil Xain. “Bisakah kau melihatku?”

Raeli yang awalnya enggan menarik diri dari pangeran terpaksa harus melepaskan pelukan dan menatap Xain. Pria itu menyadari gemetar di tubuh Raeliana.

“Aku tahu kau ketakutan, tapi semuanya baik-baik saja. Ledakan terjadi karena batu-batu sihir itu tidak bisa menampung banyaknya aura kuat yang bersatu dalam aula,” kata Xain sambil tersenyum kecil. “Kami tidak pernah berkumpul seperti ini. Batunya menangkap aura sihir dan bereaksi berlebihan sampai meledak.”

Bukan batunya, tetapi hal lain. Raeli yakin kalau Xain memberikan alasan yang cukup bisa diterima oleh orang-orang biasa. Namun, Raeli tahu kenapa batu itu bisa meledak. Rict penyebabnya.

Seperti yang Xain katakan, batu sihir bisa menangkap mana sihir dan meledak jika berlebihan. Hanya saja batu sihir tidak bisa menangkap mana jika tidak ada yang melepaskannya. Ada yang sengaja melepaskan mana di dalam aula itu.

“Ada yang sengaja melepaskan sihir di dalam aula itu,” kata Raeli pelan.

Xain tersentak kecil karena ucapan Raeli, tetapi tidak berlangsung lama pria itu kembali tersenyum. “Kemarikan tanganmu.”

Raeli memberikan tangannya dan Xain langsung mengalirkan mana putih seperti yang terjadi di ruangan pangeran saat itu. Rasa hangat menjalari tubuh Raeli dan gemetar yang dibawanya sejak meninggalkan Rict perlahan menghilang.

“Sudah lebih lega?”

Raeli menarik tangannya, kemudian mengangguk. “Terima kasih, Yang Mulia Agung.”

“Jangan khawatir.” Pangeran Ein memeluk pundak Raeli. “Kembalilah ke istana bersama Ercher. Kami akan mengurus ini.”

Raeli mengangkat kepala pada Ein. “Pangeran baik-baik saja? Kau sangat dekat dengan ledakannya.”

Pengaran Ein mengangguk. “Aku baik-baik saja. Sekarang pergilah bersama Ercher, ya?”

“Yang Mulia.”

Orang-orang itu langsung menoleh mendengar panggilan barusan. Tubuh Raeli mendadak jadi kaku setelah melihat orang itu. Apalagi yang ingin dilakukannya?

Duke Sharakiel,” balas Ein. “Anda baik-baik saja? Sepertinya Anda terluka.”

Rict memberikan senyum canggung saat ingin menyentuh pipi kanannya yang terlihat ada goresan memanjang dan bekas darah dari luka. “Saya hanya terkena pecahan kacanya saja saat melindungi Marreya.”

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang