Chapter 9

30.6K 4.2K 126
                                    

"Nona, saatnya bangun!"

Raeli mengusap matanya. Anne tidak pernah memeberikan waktu tenang setiap pagi. Selalu saja berteriak. Jika tidak melakukan itu maka harinya akan sangat suram.

"Tinggalkan aku sendiri, Anne." Raeli menguap sabil memijat kepala.

Kepalanya sakit sekali.

Apa semalam ia mabuk karena kebanyakan minum jus?

Coba, Raeli ingin mengingat semua yang terjadi semalam di pesta debut. Karena sebal pada Pangeran Ein ia jadi memilih duduk saja sambil melihat semuanya menikmati pesta. Melihat kerumunan para gadis yang sibuk membicarakan sang pangeran. Bahkan Tristan tidak luput dari pembicaraan, padahal dia hanya berdiri di pangkal tangga untuk memastikan keamanan Putri Liliane.

Semalam itu benar-benar buruk bagi Raeli. Ia duduk sendirian, menerima berkali-kali tatapan Vivian Rossent yang mengancam seakan bilang: "Aku tidak akan melepaskan siapa pun yang menggoda pangeranku."

Astaga, Raeli pikir mata gadis itu akan keluar saking galaknya.

Saking frustrasinya Raeli karena tidak bisa kabur dari pesta, ia jadi harus minum berkali-kali. Apa saja yang bisa ia jangkau. Raeli hanya tidak terima pada pengawasan Anne yang ketat, sampai-sampai untuk ke toilet saja pelayan itu harus ikut.

"Bangunlah, Nona. Ada banyak surat untukmu."

"Surat?" Raeli membuka sebelah mata pada Anne yang sibuk mengacak-acak lemari pakaiannya.

"Jamuan minum teh."

Ah, jamuan. Itu berarti Raeli harus mengalami kunjungan yang mungkin tidak menyenangkan. Bagaimana bisa mereka mengirimkan undangan itu padanya sementara di pesta saja tidak ada yang berbicara dengannya.?

Lupakan itu. Raeli tidak akan datang.

"Kau harus memilih satu untuk dikunjungi, Nona."

"Bisa kau buang saja suratnya?"

"Nyonya bilang akan memaksamu menulis surat permintaan maaf."

Raeli langsung bangun. Entah bagaimana nama Ducchess jadi magnet dari kubut tidak diinginkan di tubuh Raeli. Ia tidak mau berurusan dengan ibunya dan segala macam cerama. Padahal Ducchess orang yang baik, tentu saja. Wanita itu ibunya.

"Jadi, aku tidak punya pilihan lain? Aku harus datang di jamuan-jamuan itu?"

"Kau tidak harus datang jika tidak mau, Raeli."

Raeli dan Anne melihat ke pintu. Ducchess Servant masuk dengan senyum cerah di wajahnya. Sungguh, Raeli baru menyadari bahwa semua paras yang dimilikinya berasal dari wanita itu.

"Tetapi pastikan kau menulis kalimat yang sopan sebagai permintaan maaf." Ducchess melangkah untuk duduk di samping Raeli. "Aku mendengar bahwa kau mendapatkan pendamping debut yang luar biasa."

"Ya?" Raeli tersenyum bodoh.

Pendamping luar biasa? Maksudnya Pangeran Ein?

Aarggg!

Dari mana pula kabar itu?

Raeli melirik pada Anne yang tersenyum lebar dengan bangganya. Dasar, pelayan yang tidak bisa diajak bekerja sama.

"Orang-orang membicarakanmu dan pangeran."

Apa itu terdengar cukup bagus?

Raeli rasa tidak sama sekali. Ah, kenapa hidupnya mendadak jadi rumit seperti ini. Padahal ia hanya mau menjalani hidupnya seperti yang lain. Tidur, bangun, makan dan bekerja di toko roti. Kenapa pangeran juga masuk dalam kehidupannya seperti ini?

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang