Chapter 55

15.4K 2.4K 208
                                    

Hallo...
Aku mau curhat dikit. Ada yang waswas nggak sama Wattpad akhir2 ini? Serius. Gara-gara kebobolan, aku jdi takut kalo tiba2 Akun aku gak bisa dibukak lagi 😭😭 akhirnya, aku aku akalan semua cara. Semoga WP bisa cepet pulih, yaa....

Dari sini kita slow update yaa 😊😊
Makasih yang masih setia.
Vote dan komen

***

Raeli duduk di tempat tidur. Ia baru saja bangun pagi ini. Saat itu ia terkejut bukan main ada banyak orang. Keluarga kaisar, keluarganya. Kemudian Raeli baru ingat kalau dirinya terkena anak panah saat ingin melarikan diri dari Klein.

Ternyata Duke Servant menjemputnya pulang ke Easter, ya?itu artinya Pangeran sudah menepati janji.

Tetapi kenapa Raeli harus dirawat di kamar Pangeran Ein? Di tempat tidur pangeran? Memangnya ini tidak termasuk ke dalam pasal mengotori properti keluarga kaisar?

“Kenapa aku di sini?” tanya Raeli untuk yang ketiga kalinya setelah bangun dan setelah kamar itu hanya tinggal dirinya, Pendeta Xain, Carry dan Tristan. “Di tempat tidur Pangeran.”

Xain tertawa. “Kau kan sudah berbaring di sini selama seminggu. Jadi, protes apa pun tidak akan berguna.”

Seminggu? Selama itu? Apa yang terjadi pada Raeli sampai tidak sadar seminggu? Sudah mirip seperti orang yang mau mati.

“Bagaimana perasaanmu, Raeli?” tanya Carry yang sudah mendekat ke tempat tidur.

Raeli mengangkat kepala. “Rasanya aneh berada di tempat tidur orang lain.”

Tawa Xain mengeras. Sedangkan Tristan hanya menahan tawa. Carry menepuk pelan puncak kepala Raeli dengan senyum kecil. “Bukan itu yang kutanyakan.”

“Lalu?” Raeli balik bertanya. “Coba saja Kakak yang tiba-tiba terbangun di ranjang Vivian Rossent. Bukankah rasanya aneh? Aku mau membakar diri.”

“Kenapa harus Vivian Rossent?” kening Carry berkerut.

“Aku hanya teringat dia. Kakak kan tidak pernah dekat dengan gadis mana pun.”

Raeli menoleh pada Tristan dan Xain yang tertawa diam-diam. Apakah ada yang lucu? Bukankah memang rasanya aneh kalau tiba-tiba terbangun di ranjang seseorang? Apalagi ranjang Putra Mahkota.

Kalau orang-orang ini menanyakan keadaan tubuhnya, Raeli akan bilang ia baik-baik saja. Tubuhnya sama sekali tidak kesakitan. Bahkan sangat sehat. Tempat anak panah itu bersarang saja sama sekali tidak terasa lagi.

Raeli makan dengan lahap disuapi oleh Duchess Servant beberapa menit yang lalu. Tidak ada yang salah dengan dirinya. Ia kemudian melihat ke dada kirinya di mana luka tusukan anak panah itu berada. Pendeta Xain berhasil menutup luka itu dan memudarkannya. Hanya saja sepenuhnya tidak bisa dihilangkan.

Raeli tidak percaya dirinya masih bisa hidup setelah tertembak anak panah dan disengat rasa sakit yang amat sangat itu. Saat pangeran menangkapnya, Raeli merasa ia akan mati. Tetapi sepertinya seseorang berhasil membawa Raeli kabur.

“Aku akan pakai baju yang tertutup mulai sekarang,” kata Raeli tiba-tiba. Menghentikan suka cita di antara ketiga pria itu.

Xain dengan wajah menyesal menatap Raeli. “Maaf karena aku tidak bisa menghilangkan bekasnya.”

Raeli mengibaskan kedua tangannya. Lancang sekali ia mengritik pekerjaan Yang Mulia Agung Pendeta Xain. “Tidak. Lagi pula, tanpa luka ini aku juga akan memakai pakaian yang lebih tertutup. Punya tunangan mesum itu sangat menyebalkan.”

Benar. Bahkan Raeli sedang duduk di tempat tidur orang menyebalkan itu. Persis saat ia melihat Pangeran Ein terluka waktu itu.

Raeli menarik kakinya, memeluk lutut. “Bagaimana dengan Pangeran. Apa dia terluka?” tanyanya. “Kami diserang saat ingin melarikan diri.”

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang