Chapter 19

22.2K 3.1K 90
                                    

Update dululah, walau lagi sibuk-sibuknya 🤣🤣
Kalian lagi sibuk ngapain hari terakhir puasa ini?
Aku lagi sibuk2nya dengerin org di rumah gelud masalah bakal daging dimasak apa 🤣🤣 (kagak nanya)
Ya, berisik, sih. Cuman rumahku tanpa keributan nggak seru. Wkwk 🤣🤣
Aku mah hari ini spesialis bolu, puding dan es krim. Jadi, kalo kalian lgi istirahat, nih. Silakan dinikmatin. Jangan lupa komen biar aku nggk cuap sendirian 😭😭 jangan lupa vote juga yaaakkkk....

(***)

Raeli tidak berselera melakukan apa pun setelah kembali dari istana semalam. Ia sulit tidur dan bahkan sudah bangun sebelum Anne berteriak masuk ke kamarnya.

Raeli memilih untuk beristirahat saja di kamar pegawai lantai atas tokonya. Berbaring di ranjang tidur bertingkat milik Rose. Setiap kali Raeli memejamkan mata, wajah penuh beban Pangeran Ein menghantuinya. Seakan sebagian dari penderitaan di wajah pria itu disebabkan olehnya.

Mengirimkan surat ketika pangeran di medan perang, ya?

Raeli rasa itu tidak masalah. Tetapi pria itu mengatakannya seolah-oleh akan berangkat tidak lama lagi. Padahal perburuan menjelang musim dingin masih akan diadakan sekitar satu setengah bulan lagi.

Ah, tidak tahu!

Makin dipikirkan, Raeli semakin pusing.

Raeli ingin beteriak, tetapi ia tidak bisa membiarkan semua pekerjanya di lantai bawah mendengar. Jadi ia hanya menutup wajah dengan bantal. Rasanya memuakkan harus berpikir keras tentang apa yang terjadi dengan pangeran.

Tiba-tiba saja Raeli mendengar suara berisik dari lantai bawah. Ada beberapa pekerja wanitanya yang berteriak kencang. Tetapi yang paling kencang dari suara itu adalah milik Rose.

Raeli segera bangkit dan mengangkat sedikit gaunnya untuk bisa melangkah lebih lebar menuruni tangga. Mendapati dapur sangat kacau dan beberapa pekerja wanita bergelung takut di sudut dapur.

“Apa yang terjadi?” tanya Raeli saat mendekat pada mereka.

“Ada seseorang yang mendatangi Rose,” kata salah satu pekerja Raeli.

Raeli berlari ke bagian depan toko dan melihat dua pekerja prianya berjongkok ketakutan di dekat konter roti. Sedangkan Rose tengah merontah-ronta melawan tidak mau disentuh oleh orang itu.

“Rose?” panggil Raeli.

“Nona!” Rose berteriak. Gadis itu memang terkenal memiliki suara kecil. Jika sudah berteriak seperti itu, berarti situasinya memang sedang gawat. “Menjauhlah dari sini!”

“Ho, jadi Nona itu yang memberikanmu pekerjaan dan tempat tinggal?”

Raeli ingat dengan karakter ini. Pria kurang ajar yang perawakannya mirip perampok itu adalah paman Rose, orang yang selalu menganiaya Rose sampai ingin menjual gadis itu. Ketika itulah Rose kabur dan bertemu Raeliana—di dalam novel aslinya.

“Sepertinya kau bangsawan,” kata pria itu.

Raeli harus melakukan sesuatu. Tetapi apa? Ia belum pernah berada di situasi macam ini. Sekalipun tidak pernah. Bahkan di kehidupan sebelum ini.

Raeli melihat ke luar toko. Sama sekali tidak ada yang bersedia membantu. Ada apa sih orang-orang ini? Biasanya selalu heboh mengintip. Sekarang setelah ada masalah seperti ini, tidak ada yang ingin membantu?

“Lepaskan pekerjaku, Tuan. Kita bisa bicara baik-baik.”

Raeli maju perlahan, mendekati Rose.

“Mari bernegosiasi,” kata Raeli. Ia tidak yakin pria ini bisa diajak bicara atau tidak. “Katakan apa yang kau inginkan.”

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang