Chapter 37 (Crazy Update)

14.5K 2.3K 62
                                    

Ada apa dengan gadis itu? Sandiwaranya luar biasa.

Ein tidak mengira kalau Raeliana akan muncul di sana. Lagi pula tidak ada tanda-tanda kereta kuda yang membawa gadis itu. Ke mana mereka menyembunyikannya? Lalu si Ercher itu malah terlihat lebih tidak peduli yang justru membuat Ein bertambah kesal.

“Umumkan kedatanganku, Tristan. Lalu berdirilah sedikit menjauh dari pintu,” perintah Ein saat melihat Ercher menyadari kedatangannya. “Bawa juga bocah itu.”

“Baik, Yang Mulia.”

Tristan mengambil langkah lebar lebih dulu mencapai kamar Raeliana dan mengetuk sekali, lalu meneriakkan kunjungan putra mahkota.

Jika dilihat dari sifatnya, Ein tidak akan menunggu balasan Raeliana. Gadis itu sudah pasti mencari alasan untuk mengusirnya. Dan Ein tidak akan memberikan kesempatan Raeliana melakukan hal semacam itu.

Jadi Ein langsung mendorong pintu kamar dan menemukan Raeliana dalam keadaan tergesa-gesa mencari sesuatu untuk menutupi tubuhnya. Pelayan gadis itu juga melakukan hal yang sama. Sampai akhirnya menemukan sebuah selimut tipis untuk diletakkan pada bahu Raeliana yang hanya mengenakkan gaun tidur.

“Nona?”

Raeliana memberikan senyum kecil pada pelayannya. Senyum yang sama seperti hari ini. Senyum yang gadis itu berikan sebagai kalimat kalau dirinya baik-baik saja. Apakah Raeliana sekarang berpikir kalau dirinya sudah berhasil menyodorkan si gadis kepala apel pada Ein?

“Tidak apa-apa. Kau tunggulah di luar, Anne. Sepertinya ada hal penting yang aku dan pangeran akan bicarakan.”

Pelayan itu akhirnya mengangguk dan membungkuk pada Ein sebelum akhirnya meninggalkan kamar dan menutup pintu.

“Selamat datang Yang Mulia.” Raeliana membungkuk rendah sebagai sapaan. Wajah gadis itu terlihat datar tanpa minat. Sama seperti awal-awal mereka bertemu. “Apa yang membuat Anda datang malam-malam?”

Dengarlah cara bicara gadis itu. Jauh lebih formal seperti perwakilan negara yang akan mengajukan perdamaian pada negara lain.

“Apa aku tidak boleh datang?”

Raeliana memiringkan kepalanya dan tersenyum lebar sampai kedua matanya tertutup. Ein percaya kalau gadis itu sekarang sedang mengutuknya habis-habisan. Segala sumpah serapah yang gadis itu tahu, pastilah sedang diteriakkannya dalam hati untuk Ein.

“Tentu saja, Yang Mulia. Anda boleh datang kapan saja. Ini tempat Anda.”

Ein merasakan rahangnya berkedut dan dadanya sesak akan amarah. Ia sama sekali tidak pernah mengucapkan kalimat kepemilikan. Kenapa Raeliana harus menegaskan bahwa istana nantinya akan jadi milik Ein?

“Raeliana.”

“Ah!” Raeliana meneput tangannya sekali. “Maafkan kelancangan saya. Silakan duduk.” Tunjuknya pada kursi yang ada di tengah ruangan. “Perlukah menyiapkan teh?”

“Tidak.” Dengan terpaksa akhirnya Ein duduk menyusul Raeliana.

“Secara teknis ini memang milik Anda. Tetapi selagi saya masih berada di ruangan ini, tempat ini milik saya. Jadi, untuk ke depannya bisakah Anda berkunjung dengan pemberitahuan lebih dulu?”

“Apa hari ini memang jadwalmu ke toko kue?” tanya Ein. Mengabaikan ucapan Raeliana tentang kepemilikan ruangan yang tidak bisa didatangi sembarangan dan secara mendadak.

“Ya.”

Dan parahnya Raeliana melihat Ein sedang mengobrol dengan si kepala apel. Padahal jelas sekali dulu Ein menolak gadis yang disodorkan oleh Raeliana itu.

“Saya memakluminya, Yang Mulia. Ketertarikan pada pandangan pertama itu omong kosong. Jadi bukan masalah jika Anda tertarik pada Roseline baru-baru ini. Dia memang cantik.”

Oh, jadi Raeliana memilih untuk langsung pada inti ceritanya? Tetapi kenapa terdengar seperti gadis itu tidak terima? Ya, sudah telanjur. Lebih baik melakukannya sekalian.

“Bagaimana menurutmu gadis bernama Roseline itu?” tanya Ein. Tidak disangka reaksi Raeliana malah mirip orang terkejut. Cukup lama gadis itu diam menunduk dan mencengkeram kedua sisi selimut yang ada di bahunya agar tidak melorot.

“Dia pasangan sempurna,” jawab Raeliana cepat. “Bukankah bagus jika Anda sudah menemukan pasangan yang pas? Dengan begitu pertunangan ini bisa dibatalkan.”

Sialan.

Membatalkan pertunangan? Apakah sia-sia saja Ein menghawatirkan keadaan Raeliana setelah pertemuan mereka tadi siang? Raeliana malah memikirkan cara membatalkan pertunangan?

Ein pikir gadis itu bisa berubah pikiran seiring berjalannya hubungan mereka. Tetapi rupanya tetap saja jalan buntu, ya?

Ein tertawa sumbang sambil menutup mulutnya dan berdiri, membuat Raeliana mengerutkan kening dan mendongak padanya.

“Terima kasih jawaban menarikmu, Nona Raeliana. Semoga tidurmu nyenyak.”

Ein mengambil langkah lebar menuju pintu. Dirinya diliputi kemarahan. Jika ia terus melihat Raeliana, takutnya Ein tidak bisa mengendalikan diri dan meledak bersama gadis itu. Dan tentu akan jadi masalah besar.

***

Raeliana merangkak ke tempat tidur. Ia lelah luar biasa setelah mengalami hari yang banyak sekali menguras pikiran dan perasaannya. Ditambah kedatangan pangeran yang tidak diharapkan. Raeli harap tidak bertemu dengan pria itu untuk beberapa hari ke depan.

“Nona?” Anne menyentuh pundak Raeli yang berbaring memunggunginya. Pelayan itu baru masuk dengan lari kecil supaya lebih cepat mencapainya. “Terjadi sesuatu?”

Ya, jawab Raeli dalam hati. Terjadi malapetaka di dalam kepalaku sehingga aku berpikir untuk menendang putra mahkota keluar detik itu juga!

“Tidak ada. Aku akan tidur lebih cepat, Anne. Kau segeralah tidur juga.”

“Baik, Nona. Selamat malam.”
.
.
Original Story by Viellaris Morgen
Senin (06 Juli 2020)

Sumpah, aku update ini tengah malem banget jam 00 pokoknya. Biar pas kalian bangun, eh udah update banyak. Setengah mengantuk dan capek juga.
Kalo ada yg gak vote dan komen, aku nangis 😭😭

Beneran. Setega-teganya dahh

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang