Chapter 95 (Season 2)

5.8K 1K 147
                                    

Chapter kemarin matanya pada keringetan ya? 🤣🤣
Tepuk tangan dulu dong buat Raeliana dan Tuan Duke Rowan Servant, udah berhasil ngaduk perasaan dengan interaksinya.

Malam ini kita lanzut lagi karena mungkin besok malam gk sempat 🤣🤣

Selamat membaca.
Seperti biasa, vote dan komen.
Oh, iya. Maaf aku gk bisa bales komen kalian. Tapi aku baca kok. Habisnya gk tau mau balas apa. Ujung²nya ntar aku malah spoiler 🤧🤧

***

Sudah sebulan sejak Xain pergi mengunjungi Roam. Pria itu sama sekali tidak pernah memberikan kabar pada Ein atas pencarian yang dilakukan. Sudah 2 minggu juga sejak keributan di gedung parlement istana. Sejak saat itu Ein belum bertemu Raeliana.

Sebenarnya ia sudah mendatangi gadis itu di malam kejadian. Hanya saja Ein tidak jadi masuk karena ada Duke Servant di sana. Ein bahkan mendengar nyaris seluruh pembicaraan ayah dan anak itu.

Rupanya bukan hanya Ein dan Xain yang mengetahui siapa Raeliana sekarang. Sang duke lebih dulu tahu. Tetapi sebagai kesatria dan mantan pengawal kaisar, Rowan Servant memang orang yang sangat hebat. Sejak kecil pun Ein mengagumi pria itu.

Meski tahu Raeliana adalah jiwa yang tertukar, pria itu dengan tegas menerimanya, tanpa menaruh curiga dan keraguan sedikit pun.

Ein mendengkus jijik pada dirinya sendiri. Raeliana percaya padanya sampai menceritakan hal sebesar itu. Tetapi Ein malah mewaspadai dan curiga. Seharusnya Ein mendatangi Raeliana dan meminta maaf, bukannya malah duduk di sini.

Baru saja Ein berdiri—hendak meninggalkan meja kerjanya, tiba-tiba pintu ruangan diketuk. Ein menatap Tristan sebentar. Kemudian beralih melirik Charlotte dan Charael—yang juga ada di ruangan itu, mereka juga melirik-lirik Ein. Sedangkan Ercher hanya menatap pada pintu.

Pintu kembali diketuk.

Setelah mendapat anggukan dari Ein, Tristan segera membuka pintu. Ternyata Raeliana berdiri di pintu bersama Kris. Gadis itu tersenyum canggung.

“Apa saya mengganggu?” tanya Raeliana.

“Tidak, Yang Mulia Putri,” jawab Tristan. “Silakan masuk.”

Raeliana mengangguk dan memberikan isyarat agar Kris juga ikut masuk. Kakak kedua Raeliana itu masuk dan meletakkan kotak-kotak bawaannya di meja tamu di depan tempat Charlotte duduk.

“Terima kasih, Kak. Dari sini aku bisa mengurusnya sendiri,” kata Raeliana pada Kris. “Maaf sudah mengganggu pekerjaanmu.”

“Tidak apa,” balas Kris pada Raeliana. “Kalau begitu saya permisi, Yang Mulia Pangeran.” Setelah membungkuk pada Ein dan orang-orang di ruangan itu, Kris meninggalkan ruangan.

Ein bergerak ke depan meja kerjanya dan bersandar di sana sambil melipat tangan, melihat apa yang akan Raeliana lakukan dengan kotak-kotak itu. Tanpa Ein sangka, Raeliana langsung membungkuk rendah pada para kesatrianya.

Orang-orang itu terkejut dan langsung berdiri.

“Anu, Yang Mulia Putri. Anda tidak seharusnya membungkuk seperti itu,” kata Tristan dengan raut wajah panik.

“Saya benar-benar minta maaf atas kejadian waktu itu,” kata Raeliana dalam posisinya. Gadis itu sama sekali belum mengangkat kepala. “Saya benar-benar malu karena membuat kehebohan seperti itu.”

Ein mendorong diri dari meja, nyaris menghampiri Raeliana kalau tidak mendengar cibiran Charlotte.

“Putri Mahkota tidak seharusnya melakukan hal seperti itu,” kata Charlotte. “Menundukkan kepala pada orang yang posisinya di bawah Anda itu tidak pantas.”

“Charlotte,” tegur Charael pelan.

Raeliana menegakkan tubuhnya. “Meski Anda bicara begitu, kesalahan tidak bisa hilang hanya karena saya sudah menjadi putri mahkota. Saya tetap harus minta maaf karena ingin diampuni.”

Ein mengulum senyum, mendongak sambil memegang kepalanya. Gadis ini penuh kejutan. Setiap kejadian yang dialaminya selalu saja ada hal baru yang Raeliana lakukan. Yang membuat Ein jatuh cinta bukankah memang sisinya yang itu?

“Tetapi tetap saja Anda tidak boleh menundukkan kepala serendah itu pada kami, Yang Mulia Putri,” tambah Charael. “Jika ada orang lain yang melihat—”

“Bukankah saya sekarang hanya menundukkan kepala pada kalian?”

Charael menggaruk tengkuknya. Ein bisa menebak kalau pria itu kehabisan kata-kata. Tidak biasanya.

“Meminta maaf tidak akan menurunkan derajat seseorang.”

“Baiklah,” balas Charael kemudian. “Saya sudah memaafkan Anda, tetapi jangan lagi melakukan hal seperti itu, Yang Mulia.”

“Anda tidak boleh berlari seperti itu. Apalagi menabrak saya,” tambah Charlotte.

“Apa tangan Anda baik-baik saja?” tanya Tristan.

Raeliana melihat tangannya dan tersenyum. “Ya, hanya memerah saja.”

“Tuan Putri, jangan menangis lagi,” Ercher berkata dengan wajah datar.

Kali ini Ein yang dibuat mengerutkan kening. Bocah itu ingin menghibur Raeliana?

“Kan ada Ercher.” Raeliana mengangguk tegas. “Ah, saya tidak tahu caranya meminta maaf. Jadi, karena saya hanya bisa ini, tolong diterima.”

Meski tadinya terlihat tegang orang-orang Ein ternyata jauh lebih senang saat menerima pemberian Raeliana. Lalu kapan gadis itu berbalik pada Ein? Padahal ia sejak tadi menunggu reaksi terhadap kehadirannya.

Tiba-tiba saja Raeliana berbalik dan berjalan mendekat pada Ein. Gadis itu berhenti dengan jarak cukup aman dari jangkauan Ein.

“Apa Anda sedang sibuk, Yang Mulia?” tanya Raeliana.

Ein melirik kesatrianya yang mendadak saja jadi lebih tertarik pada mereka berdua. Memangnya ini layak dijadikan tontonan?

“Seharusnya aku ke lapangan latihan. Meninjau pasukan,” jawab Ein. Ia ingin tahu reaksi Raeliana. Apakah gadis itu akan mundur atau malah sebaliknya.

Namun, Ein menangkap tatapan jijik dari kembar Merville. Ah, mereka mengejek Ein, ya? Sepertinya mereka berdua memberikan reaksi dari ucapan Ein yang penuh kebohongan.

“Apakah harus sekarang?”

“Aku punya waktu satu jam.”

Charlotte mendelik pada Ein dan Charael menggeleng. Sedangkan Tristan malah memberikan wajah peringatan seakan ingin mengusir Ein dari ruangan itu. Berbeda dengan Ercher yang lebih tertarik dengan isi dari kotak pemberian Raeliana.

“Mau minum teh bersama, Yang Mulia?”

Charael dan Tristan memberikan isyarat ayunan tangan secara serentak. Menyuruh Ein pergi.

“Ah, sepertinya Anda sangat sibuk, ya. Saya akan—”

“Aku akan pergi bersamamu,” potong Ein.

Raeliana terkekeh canggung. “Tidak apa, Yang Mulia. Lain kali saja kalau Anda sedang sibuk.”

“Tidak, yang lainnya bisa menunggu.”

Raeliana tersenyum lebar sampai matanya menyipit. “Baiklah. Ingin pergi sekarang?”

“Kami akan menjaga ruangannya, Yang Mulia,” kata Charael.

Ein mengangguk dan merentangkan tangan untuk mempersilakan Raeliana jalan duluan setelah gadis itu berpamitan. Sayangnya ketika Raeliana berjalan ke pintu, Ercher juga bergerak ingin mengikuti.

Charael langsung melompati meja untuk menghalangi Ercher. “Eh, diam kau,” katanya pelan.

Ein sebelum menutup pintu menunjuk pada Ercher dengan peringatan. Kemudian menunjuk pada lantai sebagai ganti penegasan kalau bocah itu harus tetap di tempat.

Dasar anak yang tidak mengerti situasi!
.
.
Original story by Viellaris Morgen
Jum'at (05 Maret 2021)

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang