Chapter 22

20.4K 2.9K 70
                                    

“Aku tidak sabar menunggumu tinggal di sini.”

Putri Liliane nyaris melompat-lompat seperti anak rusa musim semi sejak menyambut kedatangan Raeli di istana pagi ini. Tidak mencerminkan seorang putri sama sekali jika seperti itu. Di sisi lain Raeli senang punya teman seumuran dirinya.

Selama ini Raeli hanya di temani Anne dan beberapa pekerja di toko roti yang memang lebih tua darinya. Juga di kelilingi oleh Carry dan Kris. Ia tidak punya teman seumuran selain undangan jamuan teh yang nyaris setiap hari ditolak.

Kenapa mereka tidak menyerah saja? Undangan itu ia dapat pasti karena Vivian Rossent terus saja menyebarkan rumor kalau Raeli akan jadi bagian dari keluarga kerajaan. Mereka semua berlomba mendekatkan diri dengan Raeli untuk kebutuhan sosial mereka.

Ya ampun, apa mereka tahu kalau trik seperti itu tidak akan mempan pada Raeli?

“Saya senang Anda yang datang menyambut,” kata Raeli dengan senyum canggung. Pada masa kecil, ia dan putri sering sekali mengganggu pangeran belajar. Tetapi itu dulu sekali.

Liliane tertawa. “Aku senang sekali saat Ibu menyuruhku menyambutmu karena dia harus pergi kunjungan. Ayah juga sangat sibuk. Tristan juga sedang berada di lapangan latihan.”

Ya, biasanya Tristan yang menyambut Raeli. Jangan tanya kenapa pangeran tidak menyambut Raeli. Pertanyaannya, kenapa pangeran harus melakukan itu? Derajat mereka saja sudah beda.

“Saya ucapkan terima kasih, Tuan Putri.”

Liliane merengut. “Waktu kecil kau selalu memanggil namaku. Sekarang lakukan saja itu.”

Raeli tersenyum canggung. “Mana mungkin.”

“Aku akan jadi adikmu.”

Raeli seketika langsung menunduk. Kepalanya terasa meledak mendengar itu. Memang sejak kecil tuan putri dikenal blak-balakan, ternyata setelah dewasa malah jadi tambah parah.

“Wajahmu merah, Raeliana.”

“Apa tempatnya masih jauh?” tanya Raeli, berusaha mengontrol rasa malunya.

Sekarang ia sedang menuju lapangan latihan kesatria untuk melihat pangeran. Raeli menghentikan langkahnya saat itu juga dan menggeleng.

“Raeliana?”

“Ah, maaf.” Raeli langsung melangkah lagi menyusul Liliane.

Ingat, ia ke lapangan latihan karena Liliane yang mengajaknya. Bukan berarti Raeli ingin melihat pangeran.

“Kau tahu, Ayah sangat marah begitu mendengar ada yang menyerangmu.”

Ha? Kaisar sudah tahu? Padahal itu hanya masalah sepeleh, kejahatan kecil yang tidak berarti dibandingkan masalah lainnya. Kenapa kaisar harus tahu itu?

“Tadinya dia mengamuk dan menyuruh untuk orang itu dihukum penggal karena melukai tunangan pangeran.”

“Ha? Aku tidak terluka.”

“Kakak terluka, Raeliana. Itu termasuk pasal percobaaan membunuhan dan menyakiti salah satu anggota kerajaan.”

Anggota kerajaan? Pangeran Ein juga termasuk kesatria. Tidak ada istilah seperti itu. Astaga, ini berlebihan untuk Raeli.

“Dan aku lupa menanyakannya. Apa itu di tanganmu?” Liliane menunjuk keranjang yang ada di tangan Raeliana.

Ah, keranjang yang ia bawa dari rumah. Tadinya Raeli ingin meninggalkan itu di kamar. Tetapi Anne yang memilih tinggal untuk membereskan pakaian Raeli malah menyuruhnya membawa langsung keranjang itu.

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang