Chapter 15

26.2K 4K 91
                                    

Huallohh.
Izinkan aku ketawa dulu. Hhahahaha 🤣🤣 aku curhat bentar.
Jadi ceritanya begini, kemarin selama 2 hari kutungguin kan si Ein-Raeli ini up view sampe 1K dan kujanjiin kalo sampe segitu update 3 chapter sekaligus.
Berhubung nggak nyampe target, akhirnya nggak jadi *ketawa setan* 🤣🤣 tapi aku tetap akan usaha update 3 kali seminggu.
Terima kasih semuanya. Mohon dukungannya.
Selamat membaca .... 😁😁
***

Raeli melirik ke kiri dan kanan bergantian. Ruangan ini hening. Hanya ada ratusan buku dengan rak-rak super bagus. Mirip seperti perpustakaan pribadi. Di depannya ada Pangeran Ein yang duduk santai, menunggu siapa yang lebih dulu mengakhiri keheningan.

Raeli sepenuhnya sadar kalau ini tidak sopan. Meminta bertemu dengan putra mahkota tanpa janji. Tetapi mereka menyetujuinya. Dan tujuan Raeli adalah membicarakan tentang pertunangan yang masih belum diketahui alasannya ini. Lalu kenapa mereka dibiarkan berdua saja?

Kenapa Tristan harus berdiri di luar?

Ah, sialnya.

Raeli kembali melihat pada pangeran. Pria itu masih duduk dengan tenang. Bersandar manatap Raeli.

Baiklah, kali ini tidak ada yang ingin memulai pertengkaran lebih dulu?

Pangeran Ein akhirnya mengalah. "Kenapa kau datang mencariku, Raeliana?"

"Urusan penting," jawab Raeli begitu saja tanpa repot memikirkan jawaban yang lebih bagus.

Tentu saja karena ada hal penting yang tidak bisa Raeli abaikan. Jika tidak, ia takkan mencari Pangeran Ein. Lebih baik menghindari masalah daripada harus terjun bebas masuk ke dalamnya.

"Seperti biasanya. Kau sama sekali tidak ingin berdamai ternyata."

"Tidak pernah ada masalah di antara kita, Yang Mulia. Aku tidak merasa harus berdamai."

Jika masalah yang maksud adalah mengabaikan Raeliana di dalam novel, maka Pangeran Ein bersalah.

"Aku ingin menanyakan sesuatu."

"Tantang apa?"

"Rencana pertunangan," tembak Raeli sekaligus. Bertele-tele bukanlah dirinya.

Pangeran Ein tertawa kecil. "Kau ingin bertunangan denganku? Kau ingin jadi putri?"

Raeli mengenggam tangannya di pangkuan. Pria ini bukannya terlalu santai untuk hal semacam ini?

Ya, memang wajar bagi gadis yang sudah melewati upacara kedewasaan untuk punya tunangan atau menikah. Tetapi Raeli tidak mau melakukan semua itu dengan Pangeran Ein.

Jawabannya karena pria itu yang menyebabkan kematian Raeliana yang berada dalam sakit hati di akhir kisah novel.

"Bisa dikatakan Anda tau tentang hal ini?" Raeli menatap tajam.

"Ya."

Dan kau santai saja? Sebenarnya kau ini terbuat dari apa, sih!

Raeli tersenyum lebar. Ia ingin menarik rambut pria itu kuat-kuat.

"Jangan tersenyum seperti itu. Kau seakan ingin membunuhku."

Oh, benar. Seandainya saja Raeli bisa.

"Yang Mulia, mari kita bekerja sama untuk membatalkan pertunangan ini," kata Raeli.

"Pft." Pangeran Ein menahan tawa. Lalu benar-benar tertawa karena tidak bisa menahan.

Apakah ucapan Raeli terdengar benar-benar lucu?

Pangeran Ein tertawa, benar-benar tertawa keras. Sampai-sampai Tristan yang berada di luar mendobrak masuk. Seharusnya tempat ini kedap suara, selain itu juga terlalu besar untuk bisa meredam suara.

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang