Chapter 117 (Season 2)

4.5K 904 37
                                    

Ein duduk berhadapan dengan kaisar di ruang kerja kaisar. Setelah memastikan semua orang keluar dan hanya tinggal mereka berdua, Ein melonggarkan tubuhnya dan bersandar di sofa.

Apakah ini sudah keputusan benar? Bagaimana jika setelah Ein bertanya kaisar malah ingin tahu apa yang terjadi dan mengarahkan Ein harus menceritakan tentang Raeliana? Atau justru kaisar akan bertanya-tanya dari mana Ein tahu tentang Thantiana Millesca?

“Ada apa, Ein?” tanya kaisar.

“Apa Ayah tahu tentang pendeta bernama Teja?” Ein menatap reaksi kaisar yang terhenti saat ingin mengangkat gelas tehnya.

“Maksudmu Teja Roxaina Reid?”

“Ayahanda kenal?” Kening Ein berkerut.

“Tidak. Aku hanya tahu namanya saja. Karena setiap kaisar dari generasi kakekku selalu diberitahu oleh Pendeta Agung secara pribadi bahwa Easter punya dua Pendeta Agung.”

Jadi, hal seperti itu akan Ein ketahui ketika nanti menggantikan posisi ayahnya? Ternyata memang serahasia itu.

“Tapi, bagaimana kau tahu nama itu, Ein?”

“Pendeta Teja Roxaina Reid ada di Ibukota.”

Kaisar menutup mulutnya, nyaris menyemburkan teh yang baru saja disesapnya. “Apa? Teja Roxaina Reid ada di Ibukota?”

Ein mengangguk. “Dia datang beberapa hari yang lalu.”

Kemudian mengancam ingin membunuh Raeliana, tambah Ein dalam hati. Ia benar-benar tidak bisa lepas dari pemikiran ini.

“Kau bertemu dengannya?”

“Ya. Mungkin dia akan menemui Ayahanda setelah urusannya selesai.”

Atau mungkin saja pria itu akan langsung menghilang lagi untuk beberapa ratus tahun kemudian tanpa menyapa Kaisar Iberich.

Kaisar mengangguk. “Bagaimana dengan Raeliana? Apa ada kemajuan?”

“Belum.”

Mungkin saja akan sulit karena Ein tidak mengizinkan Xain melihat Raeliana. Ia tidak tahu apa yang bisa kedua pendeta gila itu lakukan pada Raeliana selagi Ein tidak ada. Mereka bisa membunuh tunangannya.

Kaisar Iberich jadi muram. “Calon menantuku ternyata dalam kondisi sulit, ya.”

Ein mendongak untuk menarik napas. Baru beberapa hari. Seandainya Ein ada saat Raeliana tertidur setengah tahun itu, pasti ia akan gila. Sekarang saja ia sudah merasa ingin membunuh seseorang untuk melampiaskan kemarahan dan kesedihannya.

“Dia akan bangun, Ayahanda. Bukankah dia pernah tidur lebih lama dari ini? Dia kan memang suka tidur.”

Kaisar tersenyum kecut. “Ya, semoga saja. Jadi ... kenapa kau menemuiku? Kau datang bukan untuk memberitahu perihal pendeta yang kembali ke Ibukota saja ‘kan?”

Ein jadi ragu lagi. Haruskah ia bertanya? Namun, tidak mungkin untuk mundur. Ia sudah sampai sejauh ini. Mana mungkin pergi tanpa jawaban.

“Ayahanda, apakah Anda mengenal orang bernama Thantiana Millesca?”

Kaisar yang baru saja mencoba santai mendadak saja jadi tegang mendengar nama orang yang Ein sebutkan. Benar ada sesuatu dengan ayahnya dan wanita itu?

“Sister Thantiana, ya?”

Kening Ein berkerut. “Sister?”

Kaisar mengangguk. “Thantiana Millesca adalah pelayan wanita katedral Parao yang ada di perbatasan Easter dan Zelmehir. Aku mengenalnya sekitar 35 tahun lalu saat masih menjadi putra mahkota.”

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang