Chapter 120 (Season 2)

4.4K 891 25
                                    

"Rict Sharakiel," gumam Ein.

Ein terkejut bukan main melihat orang itu setelah kabut asap mulai menipis. Orang itu dengan wajah dingin menatapnya dan Carry. Tiba-tiba saja orang itu melemparkan sebuah buku besar ke lantai tepat di depan Ein.

Rict Sharakiel bisa menggunakan sihir.

"Andai saja sejak awal dia memilihku dan menyadarkan dirinya, hal semacam ini tidak akan terjadi."

Buku besar itu terbuka sendiri dengan suara keras di halaman terakhir.

Ein jauh lebih terkejut lagi melihat lembar dari isi buku itu. Apakah pria yang menangisi wanita yang mati tertusuk itu adalah dirinya? Lalu apakah wanita itu adalah ... Raeliana?

"Padahal aku sudah berkali-kali menyuruhnya untuk melihat isi buku ini dengan benar. Tapi dia menolak."

Ein berdiri. "Carry, pergilah bersama adik-adik dan ibumu dari tempat ini. ada Xain di aula. Aku rasa dia bisa mengurus Raeliana."

"Tapi, Yang Mulia ... Anda—"

"Pergilah. Jangan mendebatku, Carry Servant."

Carry sudah tidak bisa mengatakan apa-apa lagi kalau begitu. Pria itu segera berdiri sambil mengendong Raeliana dan memberikan isyarat pada Kris untuk menuntun duchess ke pintu keluar. Kemudian bergerak untuk keluar.

Namun, Rict menembak panah sihir ke arah Carry. "Kau pikir ingin membawa ke mana wanita itu?"

Ein yang sigap untung saja masih sempat menepis panah sihir itu. "Apa maksudmu aku akan diam saja saat kau ingin menyerang kesatriaku dan keluarganya?"

Rict menyeringai jijik. "Jadi untuk apa kau menyimpan tubuh kosong itu, Ein? Dia sudah mati, setahun lalu."

Ein menggenggam erat pedangnya. Ia tahu siapa yang dimaksud oleh Rict. Raeliana yang asli.

"Apa kau ingin kuceritakan kenapa dia bisa mati? Banyak sekali yang tidak kau ketahui tentang wanita itu."

"Lalu kau adalah orang yang paling mengenal dia?" tuding Ein dengan perasaan geram.

"Tentu saja. Aku tahu semua tentang dia. Baik kehidupannya yang sekarang atau sebelumnya."

Apa?

"Apa kau tahu kalau Raeliana bisa menggunakan sihir kuno?"

Ein menahan diri dari keterkejutannya lagi dan lagi. Meski sudah pernah mendengarnya, tapi wanita itu tidak lahir dengan mana sihir sama sekali. Rowan dan kaisar bisa memberikan kesaksian atas itu semua.

"Tunanganmu yang asli menggunakan sihir untuk melakukan praktik terlarang agar bisa melarikan diri dari takdirnya yang sudah tertulis di buku itu."

Ein melirik buku tebal itu.

"Thantiana Millesca, apa kau sudah mendengar nama itu dari si Singa Cahaya Katedral? Apakah Teja sudah memberitahumu bahwa Raeliana De Servant adalah reinkarnasi kedua dari Thantiana Millesca? Seorang wanita muda pelayan katedral Parao yang jatuh cinta pada Putra Mahkota Iberich La Easter."

Jantung Ein bergemuruh. Ia sudah memikirkan kemungkinan semacam itu, tetapi ketika mendengar kebenarannya secara langsung, Ein ingin merenggut keluar jantungnya sendiri.

"Aku jatuh cinta padanya. Padahal kehidupanku sebagai Rict Horton si Penyihir Terkutuk Zelmehir sudah berakhir. Karena jatuh cinta pada Thantiana, aku sampai menentang Reid dan tidak ingin pergi ke neraka. Sampai akhirnya aku mendapatkan tubuh ini. Kau pasti tahu tubuh ini milik siapa 'kan?"

"Horton Foxia," desis Ein.

Rict menyeringai. Kemudian tertawa. "Aku menyelamatkan Thantiana dari patah hati karena orang yang dicintainya akan menikah. Bahkan saat hati dan tubuhnya rusak karena sakit, aku menemaninya. Tapi sampai akhir wanita itu tidak memilihku dan mati. Padahal aku menyadarkannya bahwa orang seperti kami tidak mungkin bisa bermimpi pada cinta yang tinggi semacam itu."

Ein melangkah mendekat pada buku yang masih tergeletak di lantai. Dengan kaki ia membalik sampul depan dari buku itu yang terlihat seperti terbuat dari kulit pohon yang menghitam.

Sang Permaisuri.

"Kau juga sudah tahu kemampuan dan sihir apa yang dimiliki oleh penyihir terkutuk itu 'kan? Dia bisa mencuri jiwa orang mati."

Ein mengangkat kepalanya ke udara, menatap Rict.

"Jadi, aku mencuri jiwa Thantiana. Mengurungnya dan beberapa tahun kemudian aku berpikir harus menyadarkannya lagi tentang cinta yang tidak seharusnya itu. Akhirnya aku memberikan jiwa itu pada keluarga Servant dan lahirlah Raeliana De Servant. Saat itulah buku yang berada di kakimu itu terbentuk."

"Jadi, kau ingin bilang bahwa buku ini kau yang membuatnya?"

Rict tertawa. "Tentu saja. Aku yang merancang semua hidup Raeliana. Mulai dari awal pertemuanmu dengannya sejak dia berusia delapan tahun, sampai akhirnya di masa depan dia menjadi permaisuri dengan kaisar yang sangat mencintainya. Sayang sekali sang kaisar harus membunuh permaisuri tercinta karena dia melakukan praktik sihir terlarang untuk menukar jiwa. Bukankah itu sama persis dengan yang terjadi sekarang?"

Ein menatap tajam.

"Persis sekali. Kau kan sangat mencintai Raeliana. Ah, bukan. Apakah harus kupanggil Sheriel?"

"Apa yang kau inginkan?"

"Heh, apa jika aku bilang kau bisa memberikannya?" Rict melayang turun dan berdiri di ujung tiang tempat tidur yang hancur itu. "Kalau begitu, berikan kebahagiaan padaku. Berikan cinta Raeliana padaku. Apa kau bisa mengabulkannya?"

"Bukankah keinginanmu itu terlalu berlebihan, Bocah?"

Ein menoleh. Teja yang baru masuk menyeringai sambil menyibak terbuka tudung jubahnya dan dengan sekali empasan, kabut menghilang dari ruangan itu. Sedangkan wajah Rict langsung berubah masam.

"Walau kau melakukan semua ini dengan dalih untuk menyadarkan Thantiana dari rasa cinta yang tidak mungkin dimiliki, tetap saja wanita itu tidak memilihmu sama sekali 'kan? Bahkan setelah kau melakukan sejauh ini, dia malah rela melakukan praktik terlarang demi melarikan diri."

"Padahal semuanya sudah berjalan dengan sesuai," desis Rict. "Setelah kau muncul, ceritanya malah hancur!"

Teja tertawa. "Thantiana memang layak dihukum karena memiliki rasa cinta terhadap manusia yang tak seharusnya dimiliki oleh abdi setia Reid, tapi itu sudah cukup dengan dia meninggalkan katedral dalam keadaan sakit parah. Lalu, apa kau menganggap dirimu sangat tinggi sampai boleh memenjarakan jiwa yang harusnya kembali pada Reid?"

"Reid? Dewa bodohmu itu?"

"Yang Mulia, Pangeran," kata Teja. "Raeliana harus mati."

"Aku sudah bilang kan kalau—" Ein menghentikan ucapannya saat melihat tubuh Teja bercahaya.

"Thantiana, tidak. Raeliana harus kembali pada Reid. Itulah perintah yang dewa turunkan padaku dan Xain. Tapi orang yang Anda cintai, jiwa wanita itu bisa kembali ke tubuh Raeliana hanya jika dia sendiri yang menginginkannya. Kalau tidak, tubuh itu sekarang hanyalah cangkang kosong."

"Jadi, maksud Anda ...."

"Karena kalian semua aku kehilangan jiwa Thantiana!" teriak Rict.

"Kehilangan?" tanya Teja. "Kau memang tidak pernah memiliki apa pun yang berhubungan dengan Thantiana. Padahal pelayanku itu sangat setia. Seenaknya kau mencuri jiwanya."

Semua ini mulai menjadi satu di kepala Ein. Dimulai dari Rict, Thantiana dan fakta paling mencengangkan. Pertukaran jiwa yang terjadi pada Sheriel itu adalah ulah Raeliana sendiri.

"Saya tahu mungkin Anda tidak sepenuhnya mengerti, Pangeran. Tapi jika pertanyaan yang muncul di kepala Anda tentang kenapa Raeliana melakukan praktik terlarang, itu karena dia ingin menyelamatkan semuanya."

"Semuanya," Ein bergumam.

"Anda dan orang yang berteriak menginginkan kebahagiaan." Teja memandang Rict. "Jadi, meski saya atau Anda bertarung mati-matian hari ini melawan pemilik sihir kuno paling hebat yang pernah lahir sepanjang masa, mungkin kita tidak akan selamat tanpa Raeliana. Karena hanya dia yang tahu cara menggunakan benda itu."
.
.
Original story by Viellaris Morgen
Minggu (09 Mei 2021)

Tetap vote dan komen ya manteman 😁😁 makasih.
Diujung nanti ada event kecil. Jangan lewatkan untuk sering² baca note dari penulis yaa

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang