Chapter 16

24.4K 3.5K 42
                                    

Hallo hay,
Sorry worry dorrt, gengs 🤧🤧
Aku sebenernya mau update kemaren. Tapi kelupaan. Soalnya lupaku ini kayak penyakit. Wkwk
Kalo nggak ada yg ingetin nggak upload. Padahal file udah ada.
Wkwk 🤣🤣

Mau tanya dulu deng. Aku sendiri ngerasa kalo susah banget nyebutin nama Raeliana. Kalian juga nggak? 🤣🤣
Tapi sebenernya kalo dibaca itu jadinya REYLI 🤣🤣

Oke, cuss. Langsung baca dan selamat menikmati ^^ JAngan lupa vote dan komen gess 😘😘

(***)

"Aku akan memotong lehermu jika kau berani memeluknya, Xain."

Raeli melihat Pangeran Ein berdiri tidak jauh darinya dengan pandangan mengancam. Anak yang mungkin namanya Xain ini menoleh dan menyeringai pada pangeran.

Mengancam anak kecil.

"Aku hanya menyapanya, Ein. Jangan begitu."

Raeli terkejut dengan suara anak imut itu yang tiba-tiba saja berubah seperti layaknya suara pria dewasa. Dan apa-apaan panggilan itu? Terlalu santai untuk memanggil nama putra mahkota. Hanya beberapa orang di istana ini yang punya hak itu.

"Panggil aku Yang Mulia Pangeran."

Wajah anak itu terlihat sedih, berusaha mencari simpati Raeli lagi. "Nona, Ein berubah jadi galak."

Raeli menatap pada Ein dengan pandangan marah. Pangeran memarahi anak kecil? Ternyata begini sifat asli putra mahkota yang dikagumi itu?

"Kau selalu memanggilku dengan itu saat berdua, kenapa kau bisa punya alasan menyebut namaku di depan orang lain? Kau ingin mati?"

Anak kecil itu tertawa. Sementara Raeli semakin bingung saja.

Lalu tiba-tiba anak kecil itu berubah. Dari seorang anak kecil imut jadi pria tampan. Memaksa Raeli mendongak untuk melihatnya. Astaga, anak itu mengunakan sihir untuk mempermainkannya.

"Maafkan saya, Nona Raeliana," kata Xain sambil mengulurkan tangan. "Mari berdiri lagi. Saya hanya menyapa."

Raeli mengembuskan napasnya. Ia menyerah. Terlalu lelah untuk berdebat. Kemudian ia menyambut uluran tangan Xain dan berdiri.

"Sudah kubilang, jangan menipu wanita dengan wujud anak-anakmu itu," kata Pangeran Ein. "Untuk wanita sungguhan mereka akan tergoda."

Xain tertawa. Tetapi pria itu memang tampan.

"Kalau sampai dia menggendongmu tadi, aku akan membunuhmu," ancam Pangeran Ein.

"Menggendong?" Raeli tidak tahan untuk tidak bertanya. Memang ia hampir saja ingin mengendong anak tadi.

"Berubah jadi anak-anak dan merayu pelayan wanita, kemudian mendapat pelukan," jawab Pangeran Ein.

"Yang Mulia, saya tidak begitu," bela Xain dengan tangan terkepal menutupi mulutnya. Pria itu senang menahan tawa.

Ternyata hanya pria mesum.

"Yang Mulia pangeran cemburu," ejek Xain.

"Aku akan memotong lidahmu, Xain."

Ternyata Pangeran Ein termasuk orang yang suka bicara, di novel asli dikatakan Pangeran Ein itu pria yang dingin terhadap orang lain. Tetapi hangat pada Rose.

"Maafkan saya sekali lagi, Nona Raeliana," kata Xain. Kali ini terlihat tulus.

Raeli mengehela napas lagi. Mungkin ia harus memaafkannya karena pria itu berubah jadi anak yang sangat imut. "Tidak masalah."

"Ternyata Anda memang orang yang baik."

Raeli memberikan senyum.

"Nama saya Xain Kansafer Reid. Kepala pendeta."

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang