Tadinya aku juga mau update "Emperor Contract" dan "Megami no Yugure" sekalian.
Tapi, yaudahlah. Ini aja dulu deh 🤣🤣 yang penting ada notif masuk. Wkwk
Selamat membaca.
Jangan lupa vote dan komen, yakk!!***
Raeli tercengang begitu memasuki ruangan besar yang berada—mungkin—di paling ujung bangunan katedral. Bahkan untuk sampai ke sana saja mereka harus menempuh jalan yang lumayan jauh dan berbelok. Kalau tidak salah ingat, Raeli dan Ein juga menuruni tangga spiral. Semakin berjalan masuk, maka semakin gelap.
Lalu sampailah Raeli pada ruangan berpintu besar dan tinggi. Mungkin setengah kali lebih tinggi dari pintu ruangan katedral yang biasa Raeli kunjungi.
“Menakjubkan,” lirih Raeli pada dirinya sendiri sambil melepaskan pegangan dari Ein. Ia perlahan melangkah ke tengah ruangan.
Tempat ini berdinding pualam licin—dilihat dari sisi pintu. Bahkan langit-langitnya menjulang tinggi bagai tak terlihat, padahal mereka turun ke bawah katedral. Ada banyak sekali buku. Sampai Raeli pusing harus mendeskripsikannya. Berbagai ukuran dengan barbagai sampul. Serta ruangan itu diterangi sinar biru yang memancarkan cahaya putih.
“Ini perpustakaan arsip. Tempat ini terlarang dikunjungi kecuali oleh Pendeta Agung.”
Raeli langsung berbalik mendengar ucapan Xain. Pria itu tersenyum padanya.
“Kau dan Pangeran adalah pengecualian. Karena kalian datang bersamaku,” kata Xain sambil menutup pintu. “Tempat ini juga sangat kedap suara.”
“Sihir?” tanya Raeli.
“Tempat ini memang memiliki struktur bangunan kedap suara. Sihir hanyalah sebagai tambahan untuk menopang fungsi dari struktur itu agar lebih maksimal.”
Raeli mengangguk. Ia melirik Ein yang lagi-lagi hanya tersenyum. Ia jadi penasaran. Jika Ein sudah sampai sejauh ini, pria itu percaya pada ceritanya, ‘kan?
“Mari, Yang Mulia Putri.” Xain merentangkan tangannya untuk meminta Raeli berjalan lebih dulu menuju meja putih yang ada di tengah ruangan besar itu.
“Bisakah Anda memanggil saya dengan panggilan biasa saja?” kata Raeli. “Anda membebani saya.”
Xain tertawa. “Kupikir kau lebih senang dipanggil begitu.”
Dalam hati Raeli mendengus. Ia mungkin akan bangga dengan panggilan itu seandainya Raeli masuk ke tubuh Viviant Rossent. Tetapi Raeli ataupun Raeliana bukanlah Vivian Rossent.
“Tidak sama sekali,” rutuk Raeli pelan sambil berjalan ke arah meja putih dan duduk di kursi yang ditarik oleh Ein.
“Merasa tidak enak?” tanya Ein.
“Aku baik-baik saja,” jawab Raeli.
“Aku sudah mengganti sihir yang menggunakan mana suci dengan sihir biasa. Hanya demi Putri Mahkota, aku bekerja keras,” ledek Xain.
“Ya, saya tersanjung, Yang Mulia.” Raeli memutar matanya.
“Bukan tanpa alasan kenapa kau tidak cocok dengan mana suci.”
Xain mengangkat tangannya dan sebuah buku tipis bersampul kulit melayang di udara dan terjatuh di meja, tepat di hadapan Raeli dan Ein pada halaman tengah buku.
Raeli dengan kening berkerut melihat Xain dan buku bergantian.
“Ini ….”
“Ada beberapa jenis orang yang tidak bisa cocok dengan mana suci Pendeta Agung. Dari masa ke masa,” jelas Ein. “Black Saint adalah salah satu dari mereka.”
“Jadi, pangeran juga tidak bisa cocok dengan sihir Yang Mulia Agung?”
“Tidak keseluruhan.”
“Aku memiliki dua jenis mana, Raeli,” jawab Xain. “Yang lebih sering dan aman kugunakan adalah mana sihir putih. Mana itu yang sering kugunakan untuk mengobati pangeran dan juga kau.”
“Tetapi kedengarannya mana suci lebih ….”
Ya, mungkin semasa hidup Sheriel, ia sering sekali membaca buku-buku fantasi tetang sihir. Jadinya terbawa ke kehidupan yang sekarang. Di mana yang Raeli ketahui kalau sihir suci itu adalah sihir yang bentuk dan warnanya adalah putih.
“Ada empat jenis sihir yang langkah di dunia ini.” Xain tersenyum lebar. “Sihir ruang yang dimiliki oleh bocah pendiam itu, Sihir suci milikku, sihir hitam dan sihir kuno terlarang.”
“Sihir hitam?” Raeli langsung menoleh pada Ein.
“Aku disebut Black Saint,” kata Ein membenarkan.
“Jangan-jangan kau berpikir sihir hitam juga termasuk sihir jahat?” Xain tertawa cukup keras setelah bertanya.
Ya, Raeli tidak bisa mengontrol pikirannya. Sama seperti pikiran awalanya. Sebelum kehidupan ini, yang ia ketahui tentang hitam adalah kejahatan.
“Itu tergantung dari pemiliknya, Raeli. Sihir suci pun bisa menjadi sihir jahat jika dipakai oleh orang dengan tujuan kejahatan,” Ein menjelaskan. Tentu saja pria itu tidak mau Raeli salah paham.
Raeli mengangguk. “Aku kan tidak bilang kalau pangeran jahat.”
“Tetapi di keningmu seakan tertulis hal itu.”
Raeli mendengus dan kembali pada Xain. “Jika pangeran pemilik sihir hitam, lalu sihir kuno terlarang itu?”
“Sihir itu sudah punah sekitar tiga puluh lima tahun yang lalu,” jawab Xain. “Seharusnya.”
Kening Raeli berkerut. Apakah ia melihat ketidakyakinan pada jawaban Xain?
“Dari keempat sihir langkah, sihir hitam dan sihir kuno adalah sihir yang sama sekali tidak cocok untuk sihir suci. Mereka akan kesakitan jika bersentuhan dengan sihir suci. Seperti … kau saat itu, Raeliana.”
Raeliana menunjuk dirinya. Melihat Xain dan Ein bergantian. “Sihir di ruangan pangeran saat itu.”
Xain mengangguk. “Raeliana De Servant bukanlah orang yang terlahir dengan sihir. Apa kau tahu?”
Raeli mengepalkan tangan. Ia tidak tahu bagaimana rasanya memiliki sihir. Tetapi ia sangat yakin kalau di tubuh Raeliana tidak mengalir sesuatu yang asing seperti kekuatan tak manusiawi.
“Ya.”
“Aku juga tidak mengerti kenapa tubuhmu menolak sihir suci. Itu terjadi berkali-kali. Saat kau terkena panah, aku terpaksa harus menggunakan alibi karena tidak bisa menggunakan sihir suci padamu. Bahkan saat kau tertidur nyaris dua musim saat itu. Aku tetap tidak bisa menggunakan sihir suci. Tubuhmu menolak itu.”
“Apakah Raeliana yang menolak itu?” tanya Raeli.
“Entahlah.” Xain mengangkat bahu. “Karena hal itu aku jadi tahu kalau ada dua jiwa dalam satu tubuh. Jiwamu dan milik Raeliana yang hampir memudar.”
Iya, Raeli mengingat itu. Sejak hari ia terbangun di tempat tidur Ein, Xain jadi mengetahui semua rahasia Raeli.
“Pada dasarnya, keempat sihir langkah tidak pernah mengalami kecocokan satu sama lain. Sihir itu akan saling tabrak jika dipancing. Seperti reaksi sihir Ercher padaku,” kata Ein.
“Tiap sihir juga memiliki reaksi masing-masing.” Xain berdehem. “Termasuk sihir kuno terhadap sihir suci. Dan reaksimu hari itu mirip dengan pemilik sihir kuno yang bersentuhan sihir suci.”
Raeli spontan berdiri dari duduknya. Entah kenapa tubuhnya jadi gemetar dan gelisah. Tidak. Ini bukan reaksi yang diinginkannya. Tubuh Raeliana bereaksi sendiri dengan ucapan Xain.
“Raeli?” panggil Ein. Nada suara pria itu terdengar cemas. “Kau baik-baik saja.”
Xain juga ikut berdiri dengan seringai kecil. Pria itu merentangkan telapak tangan kanannya dan dari sana keluar pancaran sinar putih yang terang. “Mau mencoba reaksinya lagi, Yang Mulia Putri?”
.
.
Original Story by Viellaris Morgen
Rabu (03 Februari 2021)Anjayyyy 😌😌
Psycopat dah si Xain. Tau juga Raeli takut, malah ditawarin pengen nyoba lagi sambil nyeringai.
GGS jugak nih 🤣🤣 Ganteng-Ganteng Seram
Wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)
Fantasy(Series 1 Easter : Season 1 dan 2 sampai Ending) // SUDAH TERBIT Tersedia juga di Aplikasi ® Fizzo ® Hinovel ® GoodNovel ® Kubaca Attention please : DIHARAP UNTUK TETAP MEMBACA SETIAP CATATAN DARI AUTHOR PADA AWAL DAN AKHIR CHAPTER. FOLLOW DULU SEB...