Chapter 123 (Season 2)

4.4K 761 24
                                    

Rict mendapatkan setengah dari apa yang ia inginkan. Thantiana Millesca. Meski gadis itu menerima uluran tangannya untuk meninggalkan kuil, tetapi tubuh, jiwa dan hati Thantiana sudah rusak parah.

Gadis itu sakit berat dan Rict mengurusinya. Setiap hari Thantiana hanya bisa berbaring di tempat tidur atau duduk merenung di jendela sambil menunggu hari pernikahan orang yang dicintainya makin dekat.

Thantiana sudah benar-benar tidak bisa diselamatkan.

“Aku bisa menyelamatkanmu,” kata Rict pada Thantiana. Ternyata gadis itu meresponsnya.

“Seperti apa, Tuan? Anda kan tahu bahwa Yang Mulia Iberich bukan orang yang bisa saya miliki.” Thantiana tersenyum.

“Kau rusak karena sangat mendambakannya.”

“Saya sakit, bukan rusak.”

Tetapi bagi Rict, gadis itu sangat rusak luar dan dalam.

“Jika mau, aku bisa membunuh calon putri mahkota itu dan memindahkan jiwamu ke sana. Tetapi dengan catatan, kau tidak boleh menikah dengan Iberich. Harus denganku.”

Thantiana syok. “A-apa yang Anda maksud?”

“Apa kau mau menikah denganku, Thantiana?”

“Saya sangat berterima kasih pada Anda, Tuan Rict. Tapi … meski saja akan mati, saya tidak akan memilih Anda.”

“Kenapa?” Rict marah mendengar itu.

“Karena saya mencintai Yang Mulia Iberich dan karena saya sangat menghormati Anda. Maka dari itu saya ingin Anda bahagia dan bertemu wanita lain yang jauh lebih sehat. Tidak rusak seperti saya.”

“Apakah itu alasanmu saja?”

Thantiana tersenyum dan mengangguk. “Saya tahu. Kita punya kehidupan yang sama. Pada akhirnya Anda tidak bisa mati meski sudah dibakar oleh api dewa seperti itu.”

Rict melotot terkejut. “Apa maksudmu?”

“Mungkin memang tubuh dan wajah itu milik orang lain. Tetapi warna mata dan rambut itu membuat saya teringat dengan orang yang dihukum itu. Anda tidak bisa mati, ya? Tetapi saya bersyukur karena bisa mengenal Anda yang senasib.”

Rict diam. Apakah Thantiana punya kekuatan untuk mengetahui isi hati seseorang?

“Saya tidak punya kekuatan apa pun, itu adalah naluri karena kita sudah sering bertemu. Sejak kecil.”

Thantiana—”

“Waktu saja tidak banyak. Bisakah Anda katakan pada Yang Mulia Iberich bahwa saya sudah meninggal? Saya merasa bahwa dia akan datang ke Parao untuk membawa saya ke Ibukota.”

Rict tidak tahu apa yang dimiliki Thantiana apa hanya sekadar firasat atau memang kekuatan yang tidak bisa diabaikan.

“Tuan, saya memang tidak akan memilih Anda atau jatuh cinta pada Anda. Jika Anda adalah orang yang tidak bisa mati di dunia ini, saat bertemu lagi di kehidupan yang lain, maukah Anda mati bersama saya dan kembali pada Reid untuk menebus dosa bersama karena telah mengkhianati dewa?”

Rict membuang muka.

“Saya tidak tahu setelah ini akan diberikan hak untuk bereinkarnasi lagi oleh dewa atau tidak, tapi jika mendapatkan hal itu saya ingin melihat Anda bahagia.”

“Kau salah, Thantiana,” kata Rict. “Aku mungkin tidak akan pernah bahagia. Karena aku orang yang terkutuk, orang-orang di sekitarku akan mengalami hal yang sama.”

Thantiana terbatuk, kemudian tertawa pelan. “Itu artinya saya sudah tercemar kutukan Anda.”

“Jika kau ingin bahagia, bereinkarnasilah dan menikah denganku. Aku akan datang padamu. Jangan lagi jatuh cinta pada seseorang yang tidak bisa kau gapai, Thantiana.”

Air mata Thantian terjatuh. “Cinta itu bukan sesuatu yang bisa kita kontrol, Tuan. Cinta tidak memandang apakah orang itu bisa kau miliki atau tidak. Tapi cinta datang tanpa kau mau dan tetap tinggal meski kau ingin kabur.”

“Dari itu, tidak ada keselamatan untukku selagi jiwaku ingin memonopoli dirimu.”

Thantiana tersenyum. “Meski saya hidup lagi, saya tidak akan jatuh cinta pada Anda atau memilih Anda. Namun, saya berjanji, sesulit apa pun itu saya akan menyelamatkan Anda.”

“Kau tidak akan bisa melakukannya.”

Thantiana mulai terpejam dan Rict melihat serpihan-serpihan kecil sinar kehidupan Thantiana yang keruh karena rusak mulai beterbangan meninggalkan tubuh ringkih itu.

“Tuan, mari kita sama-sama kembali pada Reid saat waktunya tiba. Terima kasih karena sudah menemani saya yang rusak ini di saat-saat terakhir.”

Tangan Thantiana yang terangkat ingin menggapai Rict terjatuh dan cahaya jiwa Thantiana keluar meninggalkan tubuhnya. Rict yang berlinang air mata menangkap cahaya itu. Mengenggamnya kuat-kuat.

Bahkan sampai akhir pun Reid mengambil semua yang Rict impikan agar bisa bahagia.

“Dewa apanya,” desis Rict di sela-sela tangisnya. “Dia hanya bisa menyiksa orang. Tidak ada dewa di dunia ini.”

***

Setelah melakukan prosesi kremasi pada tubuh Thantiana dan mengurung jiwanya, Rict tetap berada di Parao untuk beberapa saat. Sejak saat itu ia selalu menyamar dengan pakaian bak pelayan kuil dan juga jubah.

Rict menunggu kedatangan Putra Mahkota Iberich karena firasat Thantiana.

Beberapa minggu setelah kematian Thantiana, akhirnya Iberich muncul di Parao bersama dua pengawalnya. Servant dan Bellidona. Mereka mencari Thantiana di Parao karena pasti mereka sudah menerima kabar kalau Thantiana sudah meninggalkan kuil. Seperti firasat dari Thantiana, putra mahkota benar-benar datang untuk mengajak Thantiana ke Ibukota sebagai pengiring pengantin wanita.

Ternyata pria itu tidak tahu diri. Kalau Thantiana masih ada, apakah pria itu ingin merusaknya lebih parah lagi?

“Sebaiknya Anda tidak perlu lagi datang ke Parao, Yang Mulia Pangeran. Karena orang yang Anda cari itu sudah meninggal karena sakit.”
.
.
Original story by Viellaris Morgen
Minggu (09 Mei 2021)

Flashback terakhir.

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang