Chapter 84 (Season 2)

6K 1K 53
                                    

Next up yang tadi siang 🤣🤣
Kalo gini mah, udh nggak ada crazy update lagi ntar.
Wkwkwk

Tapi tetep komen loh. Awas enggak.
Selamat membaca 🤗🤗

***

Raeli mondar-mandir dengan gelisah di depan jendela kamarnya. Lalu mengangkat wajah untuk melihat jam di seberang kamar. Sudah tengah malam.

Pada akhirnya ia tidak bisa menolak tawaran Rict. Ia menyambut uluran tangan pria itu. Bagaimanapun Raeli tetap harus mencari tahu semua tentang Raeliana, kenapa mereka bisa bertukar tempat. Informasi sekecil apa pun mungkin sangat berguna.

Dan Rict memegang kunci informasi Raeliana yang tidak satu pun orang ketahui.

Sekarang ini yang bisa mencari tahu hanyalah Raeli sendiri. Ia tidak bisa mengandalkan pengetahuan dari Pendeta Agung. Tubuh ini saja ketakutan setengah mati pada sihir pria itu. Bagaimana bisa Raeli terus-terusan mendekatkan diri pada Xain? Bisa-bisa ia mati sebelum tahu apa pun.

Raeli melihat seisi kamar yang gelap karena pencahayaan dimatikan sejak ia bilang pada Anne ingin istirahat. Untung saja permaisuri memberikan tempat tinggal khusus untuk Anne.

Jadi, jika Raeli pergi, tidak akan ada yang menyadarinya, bukan?

Masalah Ercher sudah diurus dengan baik. Pria itu sangat menurut saat Raeli beri sekantung kue kering dan beberapa permen. Ketika ia meminta Ercher untuk beristirahat di paviliun kesatria, pria itu tanpa protes pergi begitu saja.

Kenapa tidak dari dulu ia gunakan cara seperti itu, ya?

Tiba-tiba sinar merah keruh muncul di tengah kamar Raeli. Ia sudah trauma dengan hal semacam itu—kejadian diculik Klein—langsung merapatkan diri ke tempat tidur. Tidak lama kemudian muncul orang berjubah merah gelap dengan rambut pirang keputihan tergerai dari tudung jubah.

“Si-siapa?” tanya Raeli.

Setelah sinar itu padam, orang berjubah mendekatinya sambil membuka tudung. Ternyata seorang gadis yang sangat cantik. Jika dilihat, gadis itu seumuran dengan Charlotte. Begitu sampai di hadapan Raeli, gadis itu membungkuk dalam.

“Senang bertemu Anda, Permaisuri,” kata gadis itu.

Ha? Permaisuri?

Bukan! Raeli berteriak dalam hati. Kenapa orang ini memanggilnya begitu? Jika ada yang dengar, mereka akan salah paham dan ia bisa saja langsung digantung besok.

“Nama saya Kroma. Anda bisa memanggil saya Roma. Tuan Rict mengutus saya untuk menjemput Anda.”

Orangnya Rict memanggil Raeli dengan sebutan permaisuri? Pria itu gila, ya?

“Bisakah tidak memanggilku dengan panggilan begitu?” pintra Raeli. Ia sudah mendengar berbagai macam jenis panggilan aneh yang ditujukan padanya akhir-akhir ini. Tetapi panggilan yang satu ini sangat mengerikan.

“Baik, Yang Mulia Putri.” Kroma menegakkan lagi tubuhnya dan Raeli mengembuskan napas berat.

Ya, sudahlah. Lebih baik dipanggil seperti itu daripada ‘Permaisuri’ yang membuat orang salah paham.

Kroma mengulurkan tangan pada Raeli. “Mari kita pergi, Yang Mulia. Tuan sudah menunggu.”

Raeli pun berdiri dan menyambut uluran tangan Kroma yang terasa sangat dingin, seakan tidak dialiri darah. Untuk sesaat tadi ia ingin menarik tangan, tetapi akan terlihat tidak sopan. Jadi, Raeli menahan diri dan maju mendekat pada Kroma sampai gadis itu mengenggam tangannya dan merapalkan sesuatu dalam bisikan.

Sinar merah keruh yang tadi Raeli lihat mulai terbentuk dan merambuat naik ke kaki Raeli. Saat itu juga ia tidak bisa melihat apa-apa.

***

Rict menatap bulan dari ruang kerjanya. Semua yang ia katakan pada Raeliana saat di istana adalah sebuah kebenaran. Dirinya sangat mengenal Raeliana De Servant, bahkan pada kehidupan sebelumnya. Rict juga pernah mengulurkan tangan berkali-kali pada gadis itu sejak puluhan tahun lalu.

Apa baru sekarang tubuh itu menyambut uluran tangannya?

Meski jiwa yang ada di dalam tubuh itu bukanlah Raeliana yang asli, fisiknya tetaplah milik Raeliana De Servant dan sama seperti tubuh Thantiana Millesca. Sang abdi katedral yang dekat di pinggiran Zelmehir. Juga orang yang tidak sengaja bertemu dengan pangeran muda Easter—kaisar saat ini, lalu jatuh cinta. Sayang sekali sama seperti Rict. Cinta itu bertepuk sebelah tangan.

Jika Raeliana yang ini bersedia menyambut Rict, mungkin ia akan mengubah kisahnya. Gadis itu tidak akan mati muda. Hanya saja akan selalu menderita hingga hari kematian.

Rict tersenyum melihat pantulan sinar sihir dari kaca jendelanya.

“Saya membawa Yang Mulia, Tuanku.”

Rict berbalik pada dua orang itu dan tersenyum. “Terima kasih, Roma. Pergilah untuk menjaga Mareyya agar tidak bangun. Akan kupanggil jika butuh sesuatu.”

“Baik, Tuanku.” Setelah membungkuk dalam, Kroma kembali menghilang bersama sinar sihirnya. Meninggalkan Raeliana dengan keadaan bingung.

Gadis itu bigung tentang apa? Tentang sihir Kroma yang tidak meninggalkan bekas lingkaran sihir seperti yang dilihatnya pada kesatria-kesatria Pangeran Ein?

Rict menyeberangi setengah ruangan untuk mencapai Raeliana. Meraih tangan gadis itu dan mendaratkan ciuman di punggung tangannya. “Aku senang kau mau datang ke sini, Raeliana.”

Gadis itu tidak menarik tangannya dari Rict, tetapi ia merasa kalau Raeliana sedang waspada. Dalam sekejab saja. Gadis yang awalnya bersahabat pada Rict, menjadi seperti ini hanya karena ia bilang mengenal Raeliana dan mengatakan rahasia mereka.

Rict menjentikkan jarinya dan ruangan mulai menyala terang. “Apakah seperti ini bisa membuatmu nyaman?”

“Aku pikir begitu,” jawab Raeliana sambil menarik pelan tangannya.

“Tetapi akan membuat orang di rumah ini curiga. Orang luar bahkan bisa mengira kita akan melakukan sesuatu yang buruk di tengah malam.”

Raeliana diam sejenak, kemudian mendengkus. “Baiklah. Mungkin kembali pada semula saja.”

Rict tersenyum lebar dan kembali menjentikkan jarinya, menciptakan remang-remang. “Apakah hal seperti ini membingungkanmu? Aku rasa kau belum pernah melihat seseorang menggunakan sihir tanpa lingkaran selain Yang Mulia Agung.”

Raeliana mengangguk pelan. “Bisakah kita mulai pembicaraannya.”

“Ya.” Rict menggiring Raeliana ke sebuah sofa dan duduk berhadapan di sana, di depan perapian yang menyala kecil. “Tetapi sebelum itu, maukah kau menjelaskan apa saja hasil dari pertemuanmu dengan Yang Mulia Agung tadi siang?”
.
.
Original Story by Viellaris Morgen
Sabtu (06 Februari 2021)

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang