“Apa kami melakukan kesalahan, Tuan? Kami sudah melaksanakan tugas dengan benar.”
Pria berjubah itu datang untuk yang kedua kalinya ke tahanan istana Easter. Lagi-lagi harus membereskan sampah tidak berguna.
“Tidak ada yang salah. Hanya saja kalian begitu cepat tertangkap.”
“K-kami tidak tahu bahwa rombongan itu membawa pangeran juga.”
“Satchi,” kata pria berjubah sambil melirik beberapa sampah yang sudah mati di dekat kakinya. Mengikuti arah pandang orang bernama Satchi itu. Si ketua geng perampok. “Kalian tidak melakukan kesalahan. Justru kalian melakukan tugas dengan baik sampai di sini.”
Senyum sedikit mengembang dalam wajah ketakutan Satchi. Sebuah harapan untuk bisa dibebaskan.
“Tetapi mati juga salah satu tugasmu. Karena kau sudah tidak bisa mengemban tugas apa pun lagi.”
“Ti-tidak, Tuanku. Jangan.” Satchi melihat lagi teman-temannya yang mati bak hewan ternak yang disembelih. “Biarkan aku hidup.”
Pria berjubah itu menyeringai. “Aku tidak membiarkan serangga tidak berguna berkeliaran.”
“Tolong, Tuan.” Satchi memeluk kaki pria itu.
“Kau tahu, Satchi? Masuk ke tempat ini dan mati di sini juga sudah tugasmu sejak awal.”
Satchi melepas pelukannya dan perlahan mundur saat melihat tuannya sudah mengeluarkan pisau dari balik jubah hitam. Pisau yang masih tersisa darah dari anak-anak buahnya yang mati lebih dulu.
“Kau akan melakukan apa saja jika aku mengeluarkanmu dari sini, Satchi?”
“Y-ya, Tuan. Apa pun.”
“Termasuk semua yang kau ketahui?”
Satchi mengangguk cepat dan tuannya itu tertawa.
“Itulah sebabnya aku harus menghabisimu di sini. Agar kau tidak menjual informasi apa pun pada putra mahkota untuk menyelamatkan nyawamu. Karena di tanganku atau tiang gantungan, nasibmu sudah ditentukan.”
Satchi melotot ketakutan.
“Kau tetap akan jadi mayat!”
“Tidak!!”
***
“Pangeran sepertinya dalam suasana hati yang sangat bagus.”
Ein mengabaikan Xain yang berbaring di sofa sambil menatapnya. Benar-benar anak kecil dengan umur 3 kali lipat dari seharusnya. Kenapa selalu muncul dengan wujud seperti itu di hadapan Ein, sih?
Untungnya Ein dalam kondisi hati yang baik, jadi ia tidak akan mempermasalahkannya. Ein terus membaca kertas-kertas yang dibawa oleh Xain dan sesekali menuliskan sesuatu di sana.
“Tumben sekali malah tidak protes saat kuminta menangani dokumen ini. Kupikir tadinya akan berlari sambil menangis lagi pada permaisuri untuk membujuk kaisar menandatanganinya,” kata Xain lagi.
Ein mengabaikannya lagi.
Karena sedang tidak ada dokumen yang harus diurus dan hatinya sedang baik, jadi tidak salahnya untuk mengurus milik Xain. Ia juga sedang tidak bisa menemui Raeliana. Biasanya pria itu dengan wujud anak kecilnya akan berlari pada permaisuri, memeluknya dan membujuk agar kaisar mau mengurus dokumennya tentang kuil.
Dasar. Xain benar-benar memanfaatkan sihir spesialnya itu.
“Ke mana Tristan?”
Ein mengangkat kepalanya pada Xain. Akhirnya ada yang mengalihkan perhatiannya dari Raeliana. Tentang gadis itu yang sepertinya sengaja memrovokasi Charlotte di jamuan Liliane.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)
Fantasy(Series 1 Easter : Season 1 dan 2 sampai Ending) // SUDAH TERBIT Tersedia juga di Aplikasi ® Fizzo ® Hinovel ® GoodNovel ® Kubaca Attention please : DIHARAP UNTUK TETAP MEMBACA SETIAP CATATAN DARI AUTHOR PADA AWAL DAN AKHIR CHAPTER. FOLLOW DULU SEB...