Chapter 30 (Crazy Update)

16.3K 2.5K 83
                                    

Ein berpikir tidak masalah bertarung tanpa sihir saat melawan para bandit-bandit itu. Mereka terlihat hanya bandit-bandit biasa dan mungkin jika bisa membuat pikiran orang-orang itu berubah, mereka bisa saja diajak untuk menjadi bagian dari pasukan kekaisaran.

Sayangnya Ein salah perhitungan. Mereka bukan orang yang bisa diajak bicara. Mendengar aksen bicara orang-orang itu, mereka bukan penduduk asli Easter. Para bandit itu semuanya pendatang.

Ein merasa pertarungan itu tidak terlalu berat, bahkan tanpanya Carry bisa mengatasi itu. Tetapi Ein sama sekali tidak menyangka bahwa pemimpin mereka punya sesuatu yang lain. Ein terlambat menyadarinya dan terkena tebasan pria besar itu. Termasuk beruntung hanya mengenai dadanya dan bukan leher.

Begitu sudah meringkus para bandit-bandit itu, Tristan menyarankan untuk ke perbatasan dan menemui Charlotte. Kesatria Ein yang satu itu punya kemampuan medis yang bagus dan juga satu-satunya kesatria wanita di sepanjang sejarah Easter.

Biasanya tingkat penyembuhan Ein sangat cepat. Tetapi kali ini ada sesuatu yang membuat luka itu sulit diobati. Ternyata ada sihir terlarang yang terdapat pada pedang si ketua bandit itu.

Akhirnya Charlotte memutuskan untuk langsung mengawal Ein kembali ke istana. Xain lebih bisa menetralkan hal semacam itu.

Istana jadi kacau hanya karena berita seperti itu. Termasuk Raeliana. Sepertinya gadis itu mencemaskan Ein. Kejujuran Tristan rupanya sedikit berguna.

Ein duduk di tembok pembatas beranda, bersandar di pilar dan menengadah menatap langit. Tidak ada bulan, hanya bintang yang bertebaran banyaknya. Ein menaikan satu kakinya, menopang tangannya di lutut.

Raeliana menangis untuknya. Gadis itu khawatir. Mungkin Ein harus meminta maaf untuk itu.

“Kau baik-baik saja?”

Ein tersenyum tanpa menoleh pada suara itu. “Hampir mati kurasa.”

“Orang-orang bilang ini sudah sering terjadi.”

Ein bisa mendengar langkah kaki Raeliana mendekat. “Ya, aku punya banyak nyawa cadangan.”

Raeliana mendengus pelan. Dan Ein tidak bisa menahan lebih lama untuk menarik gadis itu, lalu memeluknya. Raeliana dalam pelukan Ein menegang karena terkejut.

“Y-yang Mulia.”

“Kau menyebut namaku waktu itu,” bisik Ein.

Dirinya egois. Seharunya dengan Raeliana datang menemuinya, menghawatirkannya, seharusnya itu cukup untuk Ein. Tetapi tidak. Ein ingin lebih dari itu. Perlahan Ein merasa Raeliana perlahan menaikan tangan ke punggungnya dan sedikit menelusup lebih dalam ke lehernya.

Gadis itu membalas pelukan Ein dan … menangis.

“Jangan menangis,” kata Ein.

“Aku takut kau mati. Jika kau mati, siapa yang akan membatalkan pertunangannya.”

Ein tertawa. Jadi hanya karena itu Raeliana mencemaskannya?

"Bukankah sudah jelas? Jika aku mati, kaisar akan membatalkan pertunangannya.”

Raeliana mencengkeram pakaian Ein lebih kuat dan menggeleng. “Kau tidak boleh mati.”

“Kau akan sedih jika aku mati?”

Raeliana mengangguk. “Aku belum menepati janjiku.”

Ein melepas pelukannya dan melihat Raeliana. Wajah gadis itu polos tanpa riasan. Rambutnya tergerai dan terlihat berantakan, tetapi di mata Ein rambut itu seperti sulur tirai emas.

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang