Chapter 77 (Season 2) EDICTED

8.8K 1.3K 175
                                    

Aku update dulu aja kali, ya. Soalnya masih belom nabrak sama isi buku 🤣🤣
Dan dari sini udah mulai kebuka clue² yg kemaren dikumpulin sama para pemburu theory 🤣🤣

Oh, iya.
PO masih berlangsung sampe tanggal 23 Januari, ya. Yang mau ikutan cetak bareng sama kita-kita untuk season 1 cerita ini masih bisa ya.
Gercep. Soalnya surat cinta dari karakternya cuma tinggal 3 aja 😁😁
Peluang dapat surat Ercher bisa lebih gede karena dia nulis lebih 5 surat.
Untuk pemesanan PO dan info, silakan ke BAB BAGIAN sebelumnya yang judulnya "PO TCPF season 1".

Makasih.
Seperti biasa. Selamat membaca dan jangan lupa petikan aku satu bintang vote dan komen.

***

"Yang Mulia, sebaiknya Anda beristirahat," kata Tristan saat melihat Ein lagi-lagi memijat pangkal hidungnya.

"Anda sudah seperti itu selama seminggu," komentar Charlotte sambil meletakkan gelas teh yang ketiga hari ini. Matahari sudah sepenuhnya menghilang. Sudah malam lagi dan Ein masih belum beranjak untuk sedikit meregangkan tubuhnya.

Pintu ruangan Ein yang terbuka diketuk seseorang. Melihat orang yang berdiri di pintu, Ein dan semua yang ada di ruangan itu langsung berdiri dan membungkuk.

"Selamat malam matahari kekaisaran, Baginda Kaisar," kata Ein.

"Apa aku menganggu?" tanya kaisar.

"Tidak, Baginda," jawab Charael. "Kami sedang bersantai. Justru Yang Mulia Pangeran-"

Ein langsung menoleh pada Charael dengan tatapan peringatan.

Kaisar tersenyum kecil. "Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan pangeran. Bisa kau ikut aku?"

Kening Ein berkerut. "Anda seharusnya mengutus seseorang saja. Tidak perlu-"

"Aku kaisar, tetapi aku juga orang tua. Tidak bolehkah orang tua datang sendiri melihat anaknya?"

Ein mengembuskan napas. "Kembalilah. Selamat beristirahat semuanya."

Ein berjalan bersama kaisar meninggalkan ruangan. Untuk sesaat tempat itu hening. Charael melirik Tristan dan Charlotte bergantian. Bahkan mereka bertiga saja tidak bisa mengisi keheningan.

"Kenapa baginda bisa kemari?" tanya Charael.

"Aku yang memberitahu," jawab Charlotte. "Kalau tidak begini, dia tidak akan berhenti dan beristirahat."

Charael mengembuskan napas. "Kau masih sama saja."

"Aku kan hanya menghawatirkan kesehatannya, tidak lebih dari itu," bantah Charlotte.

"Ya, ya. Dengan harapan Yang Mulia akan luluh dengan itu."

"Tidak! Aku tidak berpikiran seperti itu."

Charael menggeleng-geleng.

"Ya, kalau itu bisa meluluhkannya kenapa tidak kucoba? Lagi pula, wanita itu juga tidak terlalu peduli pada Yang Mulia."

"Charlotte," tegur Charael.

"Bahkan hari ini dia datang ke istana, tetapi tidak menyapa Yang Mulia. Mereka sepasang tunangan."

"Nona Raeliana memang kurang bersosialisasi," sambung Tristan. "Sejak kecil dia hanya mendekati orang yang dikenalnya saja. Tetapi belakangan dia sudah berubah."

Charlotte mendengus. "Apa hebatnya gadis seperti itu. Menjengkelkan. Dia hanya beruntung saja mendapatkan perhatian Yang Mulia."

Tanpa menunggu tanggapan selanjutnya Charlotte mengambil langkah lebar ke luar ruangan. Meninggalkan Tristan dan Charael.

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang