Chapter 70 (Season 2)

12.9K 1.8K 142
                                    

Happy Satnite gengs 🤣🤣 hujan lebat nih. Kok sepi yak? Wkwkw

Aku tuh males banget mau update sebenernya (digampar 🤣🤣) tapi kalo gak update, kalian bisa ilang 😭😭
Yaudahlah. Kita update tiap malming deh ya.

Bahagia gak tuh? Komen makanya 🙄🙄
Oh iya satu lagi nih. Pada gak mau ikut wawancara karakter? EPISODE RAPAT KARAKTER dilewatin aja 🤣🤣

Yaudahlah ya.
Selamat membaca semuanya.
Vote + komen jangan lupa 😊😊

***

Ein pun sebenarnya sangat jarang datang ke pasar rakyat biasa seperti ini. Keseringan adalah Carry saat mendapat laporan terjadi kriminal dari tiap-tiap kepala penjaga wilayah. Dibandingkan dengan pertokoan di pusat Ibukota, tempat ini sangat ramai berbagai kalangan. Mereka bahkan sama sekali tidak mengenal Ein dan Raeliana.

“Kau juga baru pertama kali ke sini kan, Pangeran?” ledek Raeli.

“Tidak juga.”

“Terlihat jelas di wajahmu. Kau seolah bilang tempat ini jauh lebih manusiawi dibandingkan wilayah pusat Ibukota.”

“Apa kau ini bisa membaca isi pikiran seseorang?”

Raeli tertawa. “Baiklah. Kita akan buat kesepakatan dulu. Jangan panggil namaku. Panggil saja Liana. Aku akan memanggilmu ….”

Tiba-tiba Raeli terdiam, berpikir tentang nama yang bagus untuk pangeran. “Baiklah. Aku akan panggil Ien. Tidak jauh beda, tetapi kedengarannya tidak akan sama. Aku khawatir tempat ini akan heboh kalau mendengar putra mahkota datang ke pasar.”

Itu masuk akal menurut Ein. Ternyata Raeli sudah memikirkannya sejauh ini. Ien. Sudah lama sekali ia tidak mendengar nama itu. Kenapa Ein sempat melupakannya, ya?

Padahal itu adalah panggilan dari Raeliana kecil yang entah bagaimana tidak bisa menyebut kata ‘Ein’.

“Tidak buruk,” jawab Ein. “Kalau begitu seterusnya aku akan memanggilmu Liana.”

“Hanya untuk di sini.”

“Tidak. Seterusnya aku akan memanggil begitu.”

Raeli berdecak. “Apa kau mau ribut?”

Ein hanya mengangkat bahu dengan senyum remeh.

“Andai saja kau bukan putra mahkota, mungkin aku sudah memukul kepalamu dengan keranjang sejak lama. Kau menyebalkan.”

Raeli berjalan lebih dulu meninggalkan Ein, kemudian berbelok di sebuah kios buah. Ein menyusul, melihat gadis itu memilih buah beri berwarna ungu. Kemudian menunjukkannya pada Ein, tetapi Raeli mengajak si pemilik kios bicara.

“Buah apa ini?” tanya Raeli. “Apa ini enak?”

“Itu buah Purry,” kata si pemilik kios. “Tidak banyak yang bisa membudidayakannya. Rasanya segar. Anda bisa mencicipinya.”

Raeli menyeringai pada Ein. “Buah seperti ini tidak ada di pusat kota. Kau harus mencicipinya, Ien.”

“Kenapa harus aku?” Kening Ein berkerut, merasa kalau Raeli hanya ingin menjailinya.

Raeli menarik turun tangan Ein yang ingin mengambil buah itu. “Sudah, makan saja. Aku akan membawamu pulang jika kau mati.” Lalu tanpa aba-aba memasukkan buah itu ke mulut Ein.

Untuk sesaat Ein membeku, tetapi setelah mengigit buah itu ia setuju dengan si pemilik kios. Rasanya asam, tetapi segar. Buah itu layak dibilang enak. “Ini enak. Kau juga harus mencicipinya.”

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang