Chapter 24

20.8K 2.7K 53
                                    

Allo, para Mbebsquu 🤣🤣
Update lagi aku.

Ya, sebenernya aku mau pergi lumayan lama. Takutnya gak sempat upload lanjutan karena gak ada sinyal 🤣🤣 ada sih, cuna takut lupa aja akibat keasyikan gitu. Wkwk

Jadi, aku update lagi sekali lagi, ya. Semoga pas di sana gak lupa update 🤣🤣 soalnya kalo gak diteror, bakal lupa lagi dan lagi.

Soo, doain selamat ampe tujuan, yaa..
Jangan lupa vote dan komen terus. Soalnya kadang dipantau Pangeran Ein 🤣🤣

(***)

"Bodoh."

Pria yang berada dalam penjara bersujud pada sosok yang berdiri di depannya. Orang itu baru saja berjalan menembus besi sel. Tubuh tambunnya gemetar dan tidak berani mendongak untuk menatap sosok berjubah hitam itu.

"Maafkan saya, Yang Mulia. Saya tidak tahu kalau situasinya akan jadi begitu," kata pria yang bersujud itu.

Pria berjubah menginjak kepala si tahanan. Menekannya ke lantai sampai pria itu menggeram kesakitan.

"Kau tidak mengenali putra mahkota Easter? Ke mana saja kau buang isi kepalamu ini?"

"S-saya mohon ampun, Yang Mulia."

"Setidaknya kau beruntung, Dolp. Pria berambut pirang itu tidak langsung menebasmu."

Tahanan bernama Dolp itu tetap mengeram sakit karena kepalanya di pijak dan tidak bisa melampiaskan rasa sakit. Ia terus mengenggam kuat tangannya. Meremas jerami yang menjadi alas dari lantai dingin mengerikan tahanan itu.

Setidaknya sel tahanan Easter terlihat jauh lebih baik daripada sel tahanan yang pernah Dolp rasakan dulu. Bagusnya lantai tempat ini tidak dipenuhi dengan genangan darah dan bau amis darah kering.

"Sejak awal memang tidak seharusnya aku mengirimmu kemari untuk memastikan."

"M-mohon ampun, Yang Mulia."

"Memalukan. Kau tertangkap seperti seorang perampok. Aku benar-benar tidak tahu kau akan menemui kenalan di sini."

"D-dia melarikan diri dari saya, Yang Mulia."

"Jadi karena itu kau mendatanginya dan tertangkap oleh pangeran?"

Pria berjubah itu menekan lebih keras kepala Dolp. Sedikit tekanan lagi maka tengkorak kepala Dolp akan pecah.

"Jadi, katakan padaku. Kau memilih mati di tanganku atau dieksekusi di tempat ini?"

Dolp diam. Ia tidak mau mati dieksekusi di negara ini. Kalaupun memilih mati di tangan tuannya, itu juga bukan kematian yang mudah. Tuannya itu selalu melakukan eksekusi dengan cara yang menyakitkan.

"Lama sekali, Dolp. Sebagai hamba yang baik, kau seharusnya mati di tanganku."

"T-tidak, Yang Mulia!"

***

Ein berjalan cepas bersama kepala tahanan kerajaan dengan Tristan mengekori di belakangnya. Tristan menggedor kamarnya beberapa saat yang lalu dan menyampaikan kalau sesuatu mengerikan telah terjadi di sel istana.

Tidak di sangka ternyata Rondelt, kepala tahanan kerajaan juga berdiri bersama Tristan di depan kamar. Jadi, Ein hanya mengambil pedangnya saja. Beruntung ia belum mengganti pakaian untuk tidur.

Begitu sampai pada sel yang dimaksudkan oleh Rondelt saat laporannya pada Tristan, Ein sudah mencium bau amis darah segar. Bawahan Rondelt menyalakan lilin di kedua sisi sel tahanan itu dan memberikan sebuah candle lilin pada Rondelt.

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang