Minal aidzin walfaidzin semuanya 🤗🤗
Selamat hari raya Idul Fitri para pemenang. Kami segenap keluarga besar dari Easter Series, Goddess Series dll, mengucapkan selamat hari yang fitri.
Aku open house, yang mau bertemu yuk sini datang 😁😁Aku sengaja updatenya hari ini biar bisa ngucapin selamat hari lebaran.
Selamat membaca.
***
Ein, Xain dan Teja melihat saja saat Mareyya bergerak mendekati kotak sihir di mana Raeliana terbaring di dalamnya. Anak itu hanya berdiri di sisi kotak sambil menatap Raeliana.
Sulit dipercaya bahwa Mareyya cocok dengan sihir suci milik Xain. Ternyata anak itu memang anak normal. Hanya saja lebih cepat dewasa karena didikan ayahnya yang mendoktrin bahwa Mareyya harus bisa mengurus keluarga sejak dini. Itu berarti Mareyya sudah tahu bahwa ayahnya cepat atau lambat akan mati.
Sebenarnya Ein tahu bahwa Xain tidak memercayai anak itu. Namun, Ein memintanya untuk mengizinkan Mareyya bertemu Raeliana. Anak kecil tidak akan bisa melakukan sesuatu yang aneh.
Padahal baru saja Ein berpikir seperti itu, tiba-tiba saja Mareyya melirik dari balik bahunya pada mereka. Tersenyum kecil dan matanya terlihat bercahaya. Lalu sesaat kemudian anak itu melangkah lebar ke kotak di mana Raeliana melayang di dalamnya dan tertidur.
“Menjauh dari ….”
Terlambat saat Xain mengucapkan kalimat itu, Mareyya sudah melewati kotak dan masuk. Bahkan kotak itu tidak bisa Ein sentuh, tetapi Mareyya memasukinya?
Mareyya berbalik dari dalam kotak dan menyeringai kecil. “Jangan takut, Yang Mulia. Anda tidak mungkin menikahi tubuh kosong, bukan? Sekarang saya akan menjemput Yang Mulia Putri. Anda lihat saja.”
Sesaat kemudian Mareyya terlihat menyentuh kepala Raeliana dan ada cahaya kehijauan muncul dari tangan anak itu, lalu tubuhnya berubah kaku.
***
Raeli merengkul, berbaring sambil memeluk lututnya. Sudah berapa lama dirinya ada di sini, ya?Apakah dunia setelah kematian itu memang begini? Tempat ini luas, sepi dan dingin. Raeli tidak suka hal seperti ini. Thantiana itu sudah pergi setelah mengucapkan kalimat tidak masuk akal. Memangnya orang mati bisa hidup lagi? Bukankah itu artinya jadi hantu?
Raeli tidak mau.
“Apa Anda tidak bosan?”
Raeli tersentak dan langsung duduk. Kemudian ia berbalik karena merasakan keberadaan seseorang di belakangnya. Benar saja, ketika berbalik ia melihat anaknya Rict.
“Ma … reyya?” Raeli menutup wajahnya dengan tangan sejenak, lalu menatap anak itu lagi. “Apa kau juga sudah mati?”
Mareyya tersenyum mengejek. “Memangnya saya terlihat mudah mati?”
Raeli mengembuskan napas. Ia sampai lupa kalau anak ini menyebalkan. “Ya, kau terlihat seperti tidak akan mati selamanya. Persis ayahmu.”
“Anda suka membual juga ternyata.”
Raeli mendengkus. “Kau ini anak menyebalkan. Kenapa aku harus bertemu denganmu di tempat seperti ini?”
“Anda yang lebih menyebalkan. Berada di tempat seperti ini sendirian, sementara ada banyak yang menunggu Anda kembali.”
“Ah, keluargaku, ya? Apa mereka baik-baik saja?”
Mareyya tersenyum. “Keluarga Anda? Saya mana kenal. Saya hanya kenal keluarga Servant. Apa itu keluarga Anda?”
Raeli terdiam. Karena terbiasa, ia jadi mengakui bahwa keluarga Raeliana itu adalah keluarganya. Dasar tidak tahu diri.
“Padahal Anda punya masa depan yang bagus dengan pangeran. Tapi memilih tempat sepi begini. Anda bodoh, ya?”
Raeli melotot. “Jadi, kau ke sini hanya untuk mengatai aku?”
“Tidak ada yang bisa datang ke sini sekali saya, Yang Mulia Putri.”
Raeli membuang wajah. Kemudian kembali berbaring merengkul. “Pergi saja.”
“Anda tidak mau kembali ke tubuh Anda?”
“Itu kan bukan tubuhku.” Raeli berbalik badan.
“Ya ampun. Baru kali ini aku bertemu orang yang benar-benar bodoh,” gumam Mareyya. “Saya menghabiskan banyak energi untuk menjemput Anda. Hanya demi mengembalikan Anda ke masa depan yang seharusnya.”
Kening Raeli berkerut. Ia jadi tertarik dan segera duduk untuk menatap Mareyya. “Apa maksudnya?”
“Padahal Anda punya masa depan yang bagus. Anda sungguh tidak mau kembali dan melihat semua orang di sekitar Anda bahagia?” tanya Mareyya.
“Siapa?”
“Anda tidak mau menyaksikan orang-orang terdekat Anda menemukan cinta? Bahkan kesatria penjaga Anda juga akan menemukan cintanya. Anda tidak mau memberikan berkat?”
“Maksudmu Ercher?”
Mareyya mengangkat bahu. “Mana saya tahu namanya.”
“Kau ini menyebalkan, ya.”
“Apa Anda tidak mau melihat anak-anak Anda nanti?”
“A-anak!” pekik Raeli tanpa sengaja. Wajahnya panas.
Ada apa dengan anak ini, sih? Kenapa membicarakan hal semacam itu dengan santai sekali? Padahal belum waktunya!
“Kalau aku kembali, berarti aku akan punya anak?” tanya Raeli.
“Mungkin. Ya, itu kalau Anda menikah, sih.”
Raeli menipiskan bibirnya karena geram dan mengepalkan tinju. Anak ini ahli sekali membuat orang geram. “Apa aku bisa kembali?”
Mareyya mengangguk. “Ya, jika Anda mau.”
“Tapi … kenapa kau menolongku? Bukannya ayahmu—”
“Itu tidak ada hubungannya,” potong Mareyya. “Saya memang tidak menyukai Raeliana De Servant. Tapi karena kekacauan ini adalah ulah ayah, saya akan bereskan.”
“Itu bukan tanggung jawabmu.”
Mareyya berjongkok di depan Raeli. “Sebenarnya, bahkan ayah tidak tahu tentang kekuatan ini. Tapi saya bisa melihat masa depan.”
Raeli tercekat.
“Aku bisa melihat yang seharusnya terjadi dan tidak terjadi. Aku datang hanya karena Anda memiliki masa depan. Seharusnya orang mati tidak memiliki itu, bukan? Itu pertanda Anda belum mati. Jadi ….” Mareyya berdiri. “Sekarang ayo berdiri dan kita pulang!”
“Kau memang hebat. Jika aku bangun dan menikah, maukah kau tinggal bersamaku?” tanya Raeli dengan senyum lebar.
Berkebalikan dengan Mareyya yang justru memberikan ekspresi wajah jijik sambil mengulurkan tangan pada Raeli. “Anda juga gila ternyata.”
“Aku serius.” Raeli tersenyum kecil sambil memegang tangan Mareyya dan berdiri. “Setelah ayahmu tidak ada, kau pasti tinggal sendirian. Bagaimana jika ikut aku?”
Mareyya terkekeh pelan dan memejamkan mata. “Akan saya pikirkan nanti jika Anda sudah menikah dan punya anak.”
“Ha!” pekik Raeli saat sinar hijau mulai meliputi mereka. “Itu kan masih lama, masih belum tentu kapan terjadi. Jangan beri aku harapan palsu jika mau menolak!”
“Anda ini cerewet, ya. Sekarang pejamkan mata saja kalau tidak mau tersesat ke tubuh orang lain lagi.”
“Benar-benar, deh,” Raeli mendengkus. “Dasar anak kejam.”
Mareyya menggenggam tangan Raeli dengan erat. Kepalanya sedikit memiring dengan senyum kecil. Kemudian bergumam, “Saya akan mengabdi pada anak Anda nanti. Jika masa depannya tidak berubah.”
“Ha!” Raeli berteriak karena mendadak saja telinganya tidak bisa mendengar apa-apa. “Kau bilang apa!”
.
.
Original story by Viellaris Morgen
Kamis (13 Mei 2021)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)
Fantasy(Series 1 Easter : Season 1 dan 2 sampai Ending) // SUDAH TERBIT Tersedia juga di Aplikasi ® Fizzo ® Hinovel ® GoodNovel ® Kubaca Attention please : DIHARAP UNTUK TETAP MEMBACA SETIAP CATATAN DARI AUTHOR PADA AWAL DAN AKHIR CHAPTER. FOLLOW DULU SEB...