Chpater 51 (Crazy Update 2)

15K 2.3K 34
                                    

Vote harus tetep nembus 30-an yaa dalam sehari 🤭🤭

***

Klein melemparkan gelas ke dinding hingga pecah berantakan. Bagaimana caranya menyingkirkan Ercher Silabent itu lebih dulu? Pria itu berbahaya. Sedangkan menghadapi Ein saja Klein sudah harus mengeluarkan setengah mananya agar tidak terluka sedikitpun.

Bisa-bisanya anak haram Baron punya kekuatan besar seperti itu.

Untuk sekarang Klein perlu waspada dan meningkatkan pengamanan markas. Easter sudah punya 3 binatang buas di medan perang, salah satu adalah pemimpinnya. Kapan saja Faiore bisa diberantas jika mereka lemah.

Klein kemudian menyeringai. Bukankah ia memiliki tunangannya Pangeran Ein. Gadis itu bisa jadi pancingan yang bagus. Rumor tentang pangeran yang jatuh cinta pada teman sejak kecilnya itu sudah jadi rahasia umum.

Kalau Ein masih mementingkan Raeliana, maka pria itu akan datang untuk menyelamatkannya. Ya, saat itu datang ia akan membunuh mereka semua.

***

Ein mengenakkan seragam pasukan warna merah itu; seragam yang pernah dipakai oleh Charael saat menyusup ke markas Faiore. Karena usia Ein dan Charael hampir sama, maka ukuran baju mereka pun bisa diakali.

“Yang Mulia, apa Anda yakin?” tanya Charael tidak kenal lelah setelah Ein mengatakan ingin menjemput Raeliana. Sebenarnya sudah berapa lama Charael menjadi kesatrianya? Apa selama ini Ein pernah bercanda di kondisi genting?

“Rael,” kata Ein saat berbalik sambil memperbaiki bagian terakhir dari seragam pasukan Faiore itu.

Charael mengembuskan napas. “Baiklah. Aku tidak akan bertanya lagi.”

“Bagus.”

“Tetapi aku tidak akan berjanji untuk diam,” kata Charael akhirnya. Tatapan pria itu pada Ein sama seriusnya. “Aku akan menyerang Faiore kapan pun, bahkan tanpa perintahmu.”

Ein mengambil pedangnya yang tersandar di sisi tempat tidur. Tersenyum culas saat membelakangi Charael. Tentu pria itu tidak akan diam dan menerima kabar kalau mungkin saja Ein mati. Bahkan tanpa perintah dari Ein, Rael bebas bergerak sesukanya.

“Berhati-hatilah, Yang Mulia.”

Ein mengangguk saat berjalan meninggalkan kamar bersama Rael dan Ercher. Bagi sebagian orang mungkin akan bilang Ein gila dengan rencana menerobos Faiore sendirian. Tetapi demi Raeliana, ia rela jika benar harus dicap sebagai pangeran gila.

Sampai di depan markas, dua kuda sudah menunggu Ein dan Ercher, juga berita kedatangan Charlotte. Sayang sekali Ein tidak bisa menyambut Lottie. Ia segera berangkat ke markas Faiore bersama Ercher. Karena hanya saat tengah malamlah waktu yang tepat untuk menyusup.

***

Klein menyeringai saat berdiri di jendela ruang kerja markas. Nyaris tertawa melihat seseorang yang berlari menyeberangi lapangan markas. Pria itu sungguh punya nyali yang besar. Ternyata Pangeran Ein sangat percaya pada kekuatannya.

Klein tertawa. Di tanah setandus Cain, sebesar apa pun kekuatan Black Saint, tetap saja tidak berguna tanpa mana.

Sudah dari sore Klein mempersiapkan pasukan demi ini. Jika Pangeran Ein masuk dengan aman, maka itu bukan karena pria itu beruntung. Namun, Klein yang sudah membiarkannya masuk dengan mudah. Lalu sekarang yang harus ia lakukan adalah melihat Raeliana. Rencana ini tidak ada gunanya kalau gadis itu tidur, bukan?

Baru saja Klein keluar dari ruangannya, sosok Raeliana kelihatan di ujung lorong. Sedang berjalan pelan sambil melihat ke jendela. Sebenarnya Klein tertarik dengan Raeliana. Hanya saja ketertarikan itu tidak lebih besar dari hasratnya untuk menguasai Easter dan menyiksa Ein La Alger Easter.

Klein dengar dari beberapa anggota pasukannya, mereka sering melihat Raeliana berkeliaran di markas saat tengah malam. Duduk di jendela atau hanya untuk berdiri diam di bawah sebuah lukisan. Di luar dugaan, gadis itu benar-benar gadis yang penurut dan tidak memberontak. Bahkan dengan tidak dikurung saja Raeliana bisa bebas kabur, tetapi gadis itu tidak melakukannya.

Sungguh orang yang benar-benar percaya pada pangerannya. Padahal sebelumnya Raeliana tidak percaya kalau Pangeran Ein datang ke Cain lebih cepat.

Sepertinya malam ini akan berjalan dengan mulus. Sebentar lagi Ein akan bertemu dengan Raeliana.

***

Raeli melihat ke luar jendela. Suasana di markas Faiore sangat tenang, tidak seperti biasa. Kalau biasanya lorong-lorong ini akan banyak kesatria yang lewat untuk berpatroli. Mendadak saja malam ini jadi tenang. Baru saja ia berpikir demikian, dua orang kesatria Faiore berjalan ke arahnya.

Raeli duduk di daun jendela yang terbuat dari pualam, menatap keluar. Sebenarnya itu adalah siasat atau pengalihan supaya tidak ada yang mencurigai Raeli. Ia hanya perlu menyusuri markas ini perlahan-lahan dan mencari celah untuk kabur.

Setelah berhasil menemukan celah untuk kabur, Raeli tidak tahu harus melakukan apa lagi. Sambil melihat langit, menunggu kesatria-kesatria itu lewat, Raeli mengutuk dalam hatinya. Bahkan kalau berhasil kabur, ia mau ke mana?

Kabur saja tanpa rencana, kemudian masuk hutan, sampai di sana memilih dimangsa binatang buas dan mati? Benar-benar. Hidup Raeliana sangat menyedihkan. Kenapa jiwa Sheriel harus masuk ke tubuh menyedihkan ini, sih?

Arrg!

Raeli menahan diri untuk tidak menjambak rambutnya. Lama-lama ia bisa gila kalau memikirkan setiap hari dirinya selalu berada di keadaan yang ujung-ujungnya mengharuskan Raeli untuk mati.

Kenapa jadi mati dan mati terus yang ada di dalam kamus kehidupan Raeliana? Apa sebenarnya gadis ini seorang penyihir hitam dan kena kutukan?

Raeli mendorong diri dari jendela setelah lorong-lorong kosong. Ia berjalan ke dinding seberangnya, menyapukan tangan kepermukaan dinding itu. Mungkin saja ia bisa menemukan panel-panel rahasia seperti di film-film yang pernah ditontonnya saat hidup sebagai Sheriel.

Ah, sialan!

Raeli mengumpat terus-terusan. Pada dasarnya ia bisa bebas ketika peperangan selesai. Hanya saja mereka tidak tahu berapa tahun perang ini akan selesai dan siapa pemenangnya. Raeli tidak mau membayangkan kalau si kepala api itu yang menang.

Raeli lebih suka dijodohkan dengan Pangeran Ein dibandingkan harus menjadi selir dari pria berkepala api seperti Klein.

Kira-kira apakah Raeli egois jika berharap Pangeran Ein datang menyelamatkannya sekarang juga? Tidak, tidak. Raeli bahkan tidak mau percaya kalau pria itu di Cain hanya karena berita penculikannya.

Raeli tertawa sendiri. Lelucon seperti itu sama sekali tidak ada humornya. Tidak lucu!

Raeli kemudian menghentikan langkah ketika beberapa meter lagi mencapai sebuah pintu. Di sisi pintu itu ada sebuah celah gelap mirip lorong, tetapi cuma muat oleh dua orang—itu kalau mereka posisinya berhadapan. Apa tempat itu bisa dijadikan jalan untuk kabur?

Selama ini Raeli selalu gagal saat ingin ke celah itu. Begitu sedikit lagi akan sampai, seseorang selalu saja menghalanginnya. Bukankah itu mencurigakan?

Dengan langkah lebar Raeli menggapai pintu itu. Namun, baru saja ia ingin menekan kanopi pintu, seseorang menariknya ke celah gelap di sisi pintu, membekapnya dengan tangan.

Raeli yang tidak bisa berteriak hanya melotot terkejut mendapati sepasang mata yang bersinar dalam gelap itu. Tidak salah lagi. Seumur hidup Realiana yang asli, gadis itu mengetahui semua hal tentang orang di depannya ini. Dalam kondisi apa pun, tubuh Raeliana akan mengenalinnya secara spontan.

“Ein,” desis Raeliana dari celah bekapan itu.
.
.
Original Story by Viellaris Morgen
Kamis (23 Juli 2020)

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang