Chapter 18

22.2K 3.5K 141
                                    

“Aku tidak menyangka ternyata kau selicik itu, Raeliana.”

Ein bersandar di muara teras, menatap punggung Raeliana yang bertopang dagu di pembatas teras. Ein tersenyum. Gadis itu memanfaatkan tawarannya habis-habisan. Raeli mendapatkan keuntungan dari semua pilihan. Sedangkan Ein malah sebaliknya.

Bahkan Raeliana memikirkan alasan yang pas untuk memenangkan pertempuran dengan kaisar di meja itu. Alibi yang cukup kuat untuk menunda pengumuman pertunangan.
Menunggu perintah Ein.

Jika memang itu yang diajukan oleh Raeli, maka ia ingin melakukannya sekarang juga agar tidak ada bangsawan di luar sana yang mencoba merayu Raeliana selagi dirinya mengurusi perang negara.

Sayangnya Raeliana terlalu mengenali Ein. Gadis itu tahu ia takkan mengingkari janji.

“Terima kasih sudah memberiku banyak keuntungan, Yang Mulia,” jawab Raeliana.

“Ein.”

“Ya, terserahlah.”

Kaisar menyetujui semua syaratnya termasuk tidak ingin memiliki pengawal pribadi. Tetapi sebagai gantinya Raeliana harus tinggal di istana. Mereka berdua sempat berdebat lagi mengenai hal itu. Hingga mencapai keputusan Raeliana hanya boleh mengunjungi toko roti sebanyak 2 kali dalam seminggu. Kalau tidak kaisar akan menempatkan pengawal dan semua syarat gadis itu akan ditolak.

Lalu Ein dan Raeliana akan segera ditunangkan.

Ein berjalan mendekati Raeliana dan menyampirkan mantel luarannya pada gadis itu.

Raeliana mendongak dengan terkejut padanya.

“Nah, Raeliana. Kita akan bertemu setiap hari mulai sekarang.”

Ein bersandar di pembatas, menatap Raeliana yang mendengus dengan senyum remeh.

“Jangan senang dulu, Yang Mulia. Aku dan kaisar bahkan belum membicarakan kapan detailnya aku pindah.”

Oh, benar. Pembicaraan mengenai ini tidak ada di meja itu.

“Kaisar menyerahkan perintah itu padaku.”

Ein berbohong. Ya, meskipun jika ia meminta hal itu pada kaisar, beliau akan mengabulkannya. Bagimanapun Raeliana tidak bisa melarikan diri.

“Raeliana, bisakah aku mengajukan permintaan atas persyaratan terakhirmu itu?”

Raeliana menatapnya dengan pandangan bingung. Gadis itu sudah menghadapi banyak persyaratan malam ini. Tetapi yang akan Ein ajukan hanyalah sebuah permintaan.

“Baiklah. Untuk malam ini saja aku akan mendengarkan.”

Ein mendongak ke langit, melihat malam yang dipenuhi bintang. Kemudian tersenyum. “Saat aku pergi berperang, maukah kau menunggu?”

***

Raeliana jelas terkejut saat pangeran Ein mengenakkan mantel ke bahunya. Seperti yang tertulis di novel, pria itu punya sisi romantis. Hal yang membuat Roseline makin tergila-gila padanya. Namun, yang berada di posisi Rose sekarang adalah Raeli.

Sekarang pria itu ingin mengajukan permintaan. Tidak cukupkan semua syarat yang Raeli bahas malam ini? Ia hanya ingin segera pulang dan tidur. Tawar-menawar dengan kaisar sungguh menghabiskan tenaga.

Tetapi untuk kali ini saja. Raeli rasa tidak masalah untuk mendengarkan Pangeran Ein.

Pria itu menatap langit dengan ekpresi wajah yang Raeli takut untuk mengartikannya. Ada rasa resah dan sedih di wajah pria itu.

“Saat aku pergi berperang, maukah kau menunggu?”

Tidak. Raeli tidak akan menunggu untuk mencari pria lain demi membatalkan pertunangan, jika itu yang pangeran maksudkan. Sesegera mungkin begitu pangeran pergi ke medan perang, ia akan menemukan pria lain.

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang