Chapter 57

14.8K 2.5K 61
                                    

Aku orangnya paling nggak tegaan 😓😓 yaudah-yaudah. Karena diteror, mana terus-terusan dikasih kode keras. Nih, kukasih update.

Puas kalian?

Awas kalo nggak tembus yaaa 😌😌
Ya ... ya ....
Lagian emang dikit lagi tamat kok season 1. Jadi aku bisa istirahat 3 bulan. HAHAHAHAH (ketawa ala Rose) 🤣🤣

Hay, hay. Buat kamu yang baca tapi nggak vote + komen. Makasih, mungkin emang seenggak penting itu buat ngasih apresiasi. Aku mengerti 🤧🤧 Tetap aku ucapin makasih banyak.

Bacotan!!!!!
Yaudahlah yuk. Bekicottttt 🤗🤗

***

Xain sambil menyalin isi kitabnya, sesekali mencuri pandangan pada Raeliana yang sedang membaca sebuah buku tak jauh di depannya. Sudah berlalu sekitar 10 hari sejak Xain membuka pembicaraan yang langsung membuat Raeliana pucat itu.

Awalnya Xain tidak percaya hal semacam ini ada. Tetapi saat dulu ia pernah berguru di masa kanak-kanaknya, ada sebuah naskah kuno yang mengatakan bahwa sebuah jiwa bisa tertukar.

Xain terkejut mendapati peristiwa semacam itu terjadi di depan matanya. Saat pertama kali memeriksa kondisi Raeliana pasca tertembak anak panah, yang Xain rasakan saat itu adalah kekosongan jiwa. Ia menemukan ada jejak dua jiwa di dalam badan Raeliana. Namun, satu di antara itu sudah hampir memudar seutuhnya.

Alasan kenapa Raeliana tidak kunjung sadar pasca tertembak panah adalah keraguan yang mendiami raga itu. Jiwa Raeliana bingung akan kembali ke mana. Maka dari itu Xain terpaksa harus mengatakan pada orang-orang tentang sebuah mantera sepeleh di bagian depan naskah kuno Lullaby.

Karena hal tabu semacam itu mungkin adalah rahasia.

Pertukaran jiwa. Ada banyak kemungkinan kenapa hal aneh semacam itu bisa terjadi. Salah satunya adalah panggilan dari seseorang di antara mereka. Maka dari itu Xain sangat ingin tahu apa yang terjadi pada jiwa yang memudar itu.

Sayangnya, Raeliana tidak kunjung menceritakan itu. Haruskah Xain memancingnya lagi?

“Raeliana?” panggil Xain.

Raeliana melihat dengan cemberut. “Ya, Pendeta Agung?”

Xain terkekeh kecil. Gadis itu sengaja memanggil dengan julukan yang bisa membuat Xain kesal. “Surat pangeran sudah datang.”

Raeliana langsung berdiri sambil menutup bukunya. “Oh, saya kan tidak menunggu surat itu.”

“Benarkah? Lalu kenapa kau datang setiap hari?” Xain menopang dagu dengan alis terangkat, tersenyum menggoda Raeliana. “Jadi, kau datang hanya untuk megunjungiku di tempat membosankan ini?”

Raeliana memberikan kekehan yang dibuat-buat. “Mana suratnya?”

Xain membuka salah satu kitab salinannya, mengeluarkan amplop yang terselip di sana. Menjepitnya di kedua jari dan memamerkan pada Raeliana. “Kau bilang sedang tidak menunggu ini.”

Raeliana mengambil langkah lebar menghampiri. Kemudian berusaha merebut surat itu dari Xain.

Xain menjauhkan surat dari jangkauan Raeliana. “Akan aku berikan dengan syarat.”

Raeliana cemberut. “Memangnya Pendeta Agung selalu seperti ini, ya?”

“Aku bertindak sesuai kondisi, Raeliana.”

Raeliana mengembuskan napas. “Baiklah. Apa syaratnya?”

Xain menatap serius sambil menyelipkan surat pangeran ke dalam kitab lagi. “Siapa kau sebenarnya?”

The Crown Prince's Fiancee (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang