Enam Puluh Delapan

199 11 1
                                    

Adit pagi-pagi sekali sudah sampai di kediaman Hendrawan bersama dengan Evan dan Ilham .

"Biar aku dan Bapak yang turun nanti tak coba tanya Kayla sambil deketin dia "bisik Evan pada Adit dan Adit pun mengangguk.

"Ayo Pak kita turun udah rame banget itu pak yang antri kalau Ndak buru-buru sia -sia Pak kita kesini karena udah habis. "ucap Evan tidak sabaran.

"Pokoknya kalau kehabisan kamu yang bapak hajar !"ucap Ilham dan Evan pun membelalakan matanya.


"CK, jelas -jelas salah bapak loh kan bapak Ndak cepet-cepet tadi "omel Evan balik.


Plak

"Dasar anak kurang ajar kamu,  awas aja kalau Ndak dapat nasi uduknya bapak hajar habis kau!"ancam Ilham.


"CK, udah tua kalau salah Ndak mau di salahkan !"gerutu Evan dalam hati .


Mereka berjalan ke arah warung Shasha dan benar saja antrinya sudah sangat panjang seperti rel kereta api .


"Bisa lumutan ini kalau antriannya sepanjang ini, enak waktu titip Kayla dulu tinggal makan "ucap  Evan dalam hati.

"Nduk nasi uduk 10 bungkus masih ada ndak ?"tanya Darsono pada Shasha, evan dan Ilham tentu bisa mendengarnya karena Darsono ada  tepat di depan Evan.

"Maaf sudah habis"jawab Shasha singkat.

"Aduh udah ndak ada lagi toh nduk ? "Tanya Darsono lagi.

"Ada apa toh nduk ?"tanya Hendrawan pada Shasha.



"Ini sudah habis semua Pak,dan pakdhe Darsono ndak kebagian"ucap Shasha

"Loh nduk bukan cuma nak Darsono itu ada sahabat Bapak juga sama anaknya di belakang nak Darsono. Sudah nak Darsono ,Ilham dan Evan mari kerumah dulu "ajak Hendrawan.

"Sini biar Bapak yang bawa Tremos nasi sama pancinya nduk "ucap Hendrawan yang langsung mengambil Tremos nasi yang tadi di bawa Shasha.

"Ya sudah Pak, Shasha duluan ya Pak"ucap Shasha yang berjalan lebih dulu masuk kedalam rumah dengan membawa  tempat uang hasil jualan.

Mereka semua menatap Shasha yang berjalan lebih dulu yang ternyata Shasha kali ini memakai stelan bermotif batik dengan celana panjang. Dan jangan lupa rambutnya yang di pakaikan jedai.

"Sini Pak biar saya bantu ". Ucap Darsono menawarkan diri.

"Mas Darsono bawa tremosnya saja biar Bapak yang bawa pancinya mas". Ucap Hendrawan dan mereka berempat.

Hendrawan dan yang lain masuk ke dalam rumah Hendrawan.

"Loh ada tamu toh Pak?"tanya Sheila pada Hendrawan.

"Iya Buk, ini bapak ajak mereka semua masuk kasihan Ndak kebagian nasi liwet anak mu wedok Bu "ucap Hendrawan pada sang istri.

"Monggo mari silahkan duduk di ruang makan saja pasti belum pada sarapan toh ?"ucap Sheila dan mereka semua mengangguk.

"Shasha kemana Bu? Tadi dia kan masuk duluan ke rumah "ucap Hendrawan yang tak melihat keberadaan Shasha.

"Itu udah keluar dari kamar Pak "tunjuk Sheila ke arah Shasha yang melihat ke arah Shasha.

"Ayo nduk sarapan "ajak Sheila pada Shasha dan Shasha pun mengangguk.  Shasha duduk di dekat Ilham dan secara tidak langsung berhadapan dengan Darsono /Hangga.

"Wah menunya enak-enak ini mbak "ucap Ilham pada Sheila.

"Iya Bang Monggo silahkan ada Gudeg, telur kecap, sambel goreng ,ayam goreng sama gorengan mumpung masih anget"ucap Sheila sopan.

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang