Tujuan

77 7 2
                                    

Di depan altar nya, Fang duduk termenung memperhatikan daratan yang terpecah karena ulah nya yang ada di depannya.

"Hei Fang.."

Naga hitam itu menoleh dan melihat kakek Hasbi berjalan menghampirinya.

"Ada apa?" Tanyanya.

"Ada yang ingin kutanyakan padamu seputar Demon Lord," kata kakek Hasbi.

Fang yang duduk sila pun memutar tubuhnya menghadap kakek Hasbi.

"Apa ada Demon Lord yang sedang kau incar?" Tanya Fang.

"Iya. Demon Lord Water, Undine.."

Kedua alis Fang menekuk mendengarnya.

"Apa kau dekat dengannya?" Tanya kakek Hasbi.

"Yah, karna hanya Sylph dan Undine yang perempuan di antara kami, kurasa Undine lah yang paling cantik. Tapi lupakan saja.. dia tidak suka dengan kakek-kakek," kata Fang mengecap.

"Enak saja, bukan itu," kata kakek Hasbi sebal.

Kakek Hasbi perlahan duduk sambil meregangkan tubuhnya.

"Dia sudah memakan banyak korban dan membuat keluargaku kesulitan. Walaupun kau menyukainya, aku tidak akan memaafkannya begitu saja,"

Fang terdiam menatap mata kakek Hasbi yang berubah drastis menjadi tampak menyorot tajam.

"Biar ku luruskan beberapa hal," ucap Fang.

"Artefak Master membentuk kami karna dia memberikan kami tugas untuk menjaga keseimbangan dunia. Aku percaya kalau Demon Lord Devil Ifrit yang kau katakan itu jahat, tapi sulit membayangkan Undine melakukan hal itu, apalagi sampai membunuh orang," ucap Fang.

"Terserah apa yang kau katakan. Aku datang kesini sebenarnya ingin meminta informasi lebih dari mu jika kau tidak keberatan," kata kakek Hasbi.

"Aku tidak keberatan sama sekali. Katakan saja," kata Fang dengan santainya mengangkat bahunya.

"Benarkah? Hahaha bagus bagus," ucap kakek Hasbi kembali ceria.

Suasana berat tadi seketika kembali cair dalam sekejap.

********************************

"Emh.."

Irina, Riko dan Rika yang melihat ayah mereka siuman, bergegas pergi mendekatinya.

Joseph yang merasa kesemutan, terheran melihat keluarganya menangisi nya.

"Hahaha masih idup yah," katanya tertawa lemas.

Joseph terkejut karna Irina tiba-tiba memeluknya erat dan menangis terisak. Joseph terdiam sejenak lalu dia tersenyum.

"Maaf yah, aku.. kayanya jadi punya tato," kata Joseph dengan wajah pucat melihat ada bercak bercabang di tangan kirinya.

"Buat aku, tanda ini keliatan keren ko," sahut Irina memegang tangan suaminya.

Keduanya saling memandang sangat dalam.

"Ehem.."

Irina dan Joseph berkedip cepat. Mereka lupa kalau saat ini ada banyak sekali orang yang mengelilingi mereka.

"Om.."

Joseph melihat Toro berfikir di sebelahnya sambil menunduk dengan rasa bersalah.

"Kamu gapapa kan? Untung feeling aku bener kalo kamu bakal pecahin penghalang itu biar ka Angga bisa bantu kami," kata Joseph tersenyum membelai rambut Toro.

"Gimana keadaan kamu?" Tanya kakek Hasbi yang berdiri di dekat Erlangga.

"Agak sedikit kesemutan di tangan sama kaki aku. Tapi selebihnya gapapa. Loh???"

Keluarga Petualang 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang