"Annabelle!!"
Seorang wanita yang memakai rok panjang berwarna coklat dan baju hijau tua serta syal berwarna hitam, melihat Vincent melambaikan tangannya dari kejauhan.
Wanita itu tersenyum lalu mempercepat langkahnya mendekati Vincent.
"Widih.. udah ga keliatan kaya cewek dari club lagi. Lebih mirip cewek desa sekarang," ledek Vincent menyeringai.
"Maap yah kalo aku cantik cuman saat pakai make-up," balas Annabelle ketus.
"Ngga ngga, maksudnya begini lebih cantik ko,"
Vincent dan Annabelle terdiam dengan wajah tersipu.
"A- ayo, yang laen udah nunggu," ajak Vincent gelagapan.
Annabelle mengangguk lalu mengikuti Vincent ke salah satu tempat makan yang ada di stasiun.
Di meja, Professor Neuro menunjukkan sebuah foto ke Annabelle. Perempuan itu mengerutkan keningnya lalu melihat ke arah Professor karna dia tidak mengatakan apapun dan hanya menyerahkan foto itu.
"Serius?" Tanya Annabelle.
"Aku tidak mengatakan apapun," ucap Professor Neuro dengan datarnya.
"Justru itu. Ayolah.. kamu itu sedang mengujiku kan? Biar ku beritahu satu hal, Lambert adalah satu-satunya adikku, dan aku akan lakukan apapun untuk menyelamatkannya," ucap Annabelle dengan tatapan tajam.
Professor Neuro terdiam sejenak lalu dia menarik kembali foto Erik.
"Aku tidak tau banyak, tapi Lambert sangat senang memiliki rekan kerja seperti Erik. Karna kami dari desa, wajar kalau Lambert terlalu polos, untung saja Erik benar-benar baik padanya. Kami saling mengirim kabar lewat surat, dia juga sering menceritakan tentang Erik," jelas Annabelle.
"Kenapa surat? Kalian gatau alat elektronik komunikasi?" Tanya Vincent heran.
"Aku tau. Tapi itu sudah biasa, meski harus menunggu lama untuk mendapatkan balasannya sih," sahut Annabelle mengangkat bahunya.
"Apa ada gelagat kalau Lambert memang berniat membelot?" Tanya Professor Neuro.
"Yaampun.. kamu itu tidak percaya pada siapapun yah?" Tanya Annabelle jengkel.
"Benar,"
Semua orang terdiam mendengar jawaban Professor Neuro.
"Kalian serius bisa tahan dengan orang ini?" Tanya Annabelle ke arah yang lainnya.
"Professor baik," sahut Jonathan sambil memotong pancake nya.
Alis Annabelle berkedut melihat Jonathan.
"Sekarang kita mau apa?" Tanya Annabelle.
"Erik memberikan informasi baru yang tadinya dia pikir hal ini tidak penting, tapi ternyata sangat penting sampai-sampai Vincent marah," jelas Professor Neuro mengeluarkan HP-nya dari sakunya.
"Bisa ga gausah di sebutin juga kalo gua marah?" Tanya Vincent heran.
Tapi Professor Neuro tidak menghiraukannya.
"Informasi apa?" Tanya Annabelle terheran memperhatikan sebuah foto tato di leher belakang seseorang.
"Sebenarnya kemarin ada yang mengincar nyawa Erik, dan sepertinya itu orang suruhan dari orang yang sudah menculik Lambert. Kita asumsikan saja seperti ini,"
Professor Neuro mengambil HP-nya lagi dan menunjukkan foto Lambert bersama seorang pria. Keduanya berfoto dan berpose layaknya teman dekat.
"Ini pria yang ada foto tato sebelumnya. Menurut orang yang menyerang kami kemarin, dia itu salah satu komplotan Gama. Jadi sebenarnya Lambert sudah di incar sejak awal," ucap Professor Neuro.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Petualang 2
FanfictionCerita ini mengandung hubungan sesama jenis, bagi yang tidak nyaman tidak di sarankan untuk melanjutkan. Kelanjutan dari petualangan Kakek Hasbi dan para cucunya.