"Terus si pohonnya bilang, 'Nak.. aku sudah tidak punya buah yang bisa kamu jual lagi, tidak ada batang pohon lagi yang bisa kamu jadikan untuk membangun rumah, tugasku disini sudah selesai, karna sekarang kamu sudah dewasa, mulai sekarang kamu harus berusaha sendiri, selamat tinggal nak, dan semoga kamu bisa menjalani hidup dengan damai',"
Rika, Riko, Fang dan Jin yang tidur di kasur yang sama, terisak sambil memegangi selimut yang membungkus tubuh mereka mendengar Irina menceritakan sebuah buku dongeng baru.
"Ternyata kisah yang di buat manusia bisa sesedih ini? Pohon yang malang," ucap Jin terisak.
"Kasian banget pohonnya mati, anak kecil itu jahat, semuanya di ambil," ucap Rika menyeka air matanya.
"Tapi si pohon ga mikir gitu," ucap Irina sambil membelai rambut Rika.
"Udah tugas orang tua, berkorban supaya anak mereka tubuh bahagia, ngasih apa aja yang mereka punya, sama kaya pohon tadi. Sampe waktunya tiba, anak yang tadinya masih kecil itu udah tumbuh dewasa, dan bisa ngerawat diri dia sendiri," ucap Irina.
"Kalo udah gede, aku gamau tinggalin ibu sama ayah," ucap Rika mendengus.
"Hahaha iya, makasih yah.. sekarang tidur, besok sekolah kesiangan. Fang jangan ganggu," ucap Irina bangkit dan meletakkan buku dongengnya di rak buku.
"Apa aku terlihat seperti sering mengganggu Rika dan Riko tidur?" Tanya Fang heran.
Irina mendengus sebal dan melipat kedua tangannya menatap Fang.
"I-Iya maaf, aku tidak akan terbangun tengah malam hanya untuk minta makan sosis pada Riko," kata Fang takut.
Irina mematikan lampu, lalu dia pergi keluar. Sebelum menutup pintu, Irina melihat mereka mulai memejamkan mata dan tertidur.
"Anak kita jadi banyak yah,"
Irina menoleh melihat Joseph tersenyum berdiri menunggunya.
"Iya, udah nambah Fang, kadang Eva juga ngambek, sekarang ada Jin," ucap Irina.
"Untuk ibu super hebat, aku udah siapin sesuatu. Ayo," ajak Joseph.
Irina terheran lalu dia mengikuti suaminya turun ke bawah.
"Ko gelap?" Tanya Irina karna lampu ruang tamu sudah di matikan karna biasanya lampu itu mati kalau mereka akan tidur.
"Sini,"
Irina melihat ada secercah cahaya di dapur, lalu dia terperanjat karna Joseph sudah menyiapkan meja yang sudah di sulap menjadi meja layaknya di restoran, dengan lilin dan pengharum aromatik ringan di sudut ruangan. Setangkai bunga di dalam vas kecil di tengah-tengah meja itu menambah nuansa romantis malam itu.
"Apaan nih hahahaha tumben," kata Irina melihat Joseph menarik bangku untuknya.
"Aku kan udah bilang, ini untuk ibu yang hebat. Kerja keras, ngurus anak juga, mana sekarang anaknya banyak," ucap Joseph tersenyum lebar.
"Hahaha pasti ini niru konsep makan malam di restoran nya Eugene yah?" Tanya Irina tertawa kecil.
"Dekorasinya iya, tapi menunya di ajarin sama bang Gama,"
Joseph mengambil makan malam mereka, lalu mereka makan bersama.
Irina memakan sepotong steak itu, lalu senyumannya seketika menghilang. Dia perlahan mengangkat kepalanya melihat Joseph.
"Ini enak banget.." katanya terpana.
"Hehe makasih. Aku latihan sampe seminggu cuman buat bikin 3 menu ini loh," kata Joseph tersenyum senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Petualang 2
FanfictionCerita ini mengandung hubungan sesama jenis, bagi yang tidak nyaman tidak di sarankan untuk melanjutkan. Kelanjutan dari petualangan Kakek Hasbi dan para cucunya.