Di kamarnya, Jonathan terdiam termenung memperhatikan kalender.
Selain dia takut semua orang khawatir akan keberadaannya, Jonathan juga mencemaskan Jidan dan yang lainnya mengingat tidak ada yang bisa masak selain dirinya di rumah.
"Oh iya, kakek Galang kan bisa yah," gumamnya baru ingat.
Kedua alis Jonathan terangkat lalu melihat HP miliknya dari dunia ini berdering. Jonathan pun pergi kesana dan melihat ada telpon dari Jidan.
Perasaan gelisah langsung memenuhi kepalanya. Tapi dia juga tidak mau menyusahkan keluarganya yang ada di dunia ini.
"Halo??" Panggil Jonathan menjawab telpon dari Jidan.
"Jon.. elu dimana sih.."
Jonathan tersentak mendengar Jidan menangis tersedu-sedu.
"Erlangga ilang, masa elu juga pergi sih. Jon balik sih.."
Tubuh Jonathan gemetar hebat mendengar suara tangisan Jidan.
Jonathan terdiam sejenak lalu dia menghela nafas untuk menenangkan diri lalu menutup telpon itu.
Jonathan mengganti pakaiannya lagi dengan setelan pakaiannya yang eksentrik.
Setelah memakai topi dan mengambil tongkatnya, Jonathan keluar dari kamar dan melihat Vincent tertawa menonton TV.
"Hahaha anjir ada-ada aja. Lah, mau kemana lu Jon?" Tanya Vincent terheran.
"Aku.. mau pulang dulu. Aku mencemaskan Jidan, tadi dia menelpon sambil menangis," ucap Jonathan.
"Elu ga takut itu tipuan?"
Jonathan melihat Morgan datang dengan senapan Laras panjang nya.
"Aku.. tidak tau. Tapi aku lebih memilih mempercayai keluargaku. Maaf, aku pamit dulu," ucap Jonathan meletakkan topinya di dadanya dan membungkuk sedikit, lalu kembali memakai topinya dan pergi keluar.
Vincent dan Morgan terdiam saling memandang.
"Gua malah makin ga enak deh kalo ketemu orang sopan banget kaya dia," kata Vincent.
"Sama. Mau ngomong aja kaya takut salah, dia sopan banget. Kayanya gua paham deh kenapa keluarga Angkasa pada manjain sama baik banget ke Jonathan," kata Morgan.
Keduanya menghela nafas panjang.
***
Saat tiba di rumahnya, Jonathan terdiam dulu karna rumah terasa sepi namun pintu tetap terbuka lebar.
Saat Jonathan pergi ke arah pintu, dia mendengar suara tangis isakan Jidan yang sangat keras.
Jonathan mengintip melihat Jidan yang terduduk menangis sedang di tenangkan oleh Nanda.
"Padahal.. padahal gua udah pura-pura gatau kalo Erlangga ilang waktu dia nanya. Gua tau ko dia bukan Jonathan kita, tapi kenapa dia kabur juga?" Kata Jidan menangis hebat.
"Ya mau gimana lagi. Jonathan pasti syok pas tau kita semua beda," ucap Nanda sambil mengelus punggung Jidan.
Jonathan yang tidak bisa menahan diri pun langsung berlari memeluk Jidan dan Nanda.
Keduanya terdiam heran lalu mereka memeluk Jonathan dengan erat.
"Maaf karna sudah membuat kalian khawatir," bisik Jonathan gemetar.
Jidan yang melepaskan pelukannya lalu memeriksa wajah dan tubuh Jonathan.
"E-elu gapapa kan?" Tanya Jidan ketakutan.
"Aku tidak apa-apa. Kenapa?" Tanya Jonathan balik.
"Soalnya tadi pagi Tria kesini nanyain elu. Waktu dia jemput elu semalem, elu minta dia anterin ke pelabuhan kan? Sebenernya Tria ga balik, dia nunggu di pinggir jalan. Terus dia kaget liat ada yang meledak gitu, jadi dia khawatir," jelas Nanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Petualang 2
FanfictionCerita ini mengandung hubungan sesama jenis, bagi yang tidak nyaman tidak di sarankan untuk melanjutkan. Kelanjutan dari petualangan Kakek Hasbi dan para cucunya.