Sudah Lama

41 8 5
                                    

WARNING!!! Jangan baca pas puasa..

_________________________________

Sudah 2 jam sejak Seketh memulai ritualnya, dan Gama juga tak kunjung sadar.

"Apa dia baik-baik saja?" Tanya Alfa cemas pada Kuro yang sedang mengurus Gama.

"Secara medis dia baik-baik saja. Kemungkinan alasan tuan Gama ikut tidak sadarkan diri, karna tuan Seketh menghabiskan seluruh Mantra nya," ucap Kuro.

"AAA!!"

Semua orang menoleh ke arah Koci yang tiba-tiba berteriak.

"Persediaan makanan kita kurang. Tidak akan sampai sore nanti," ucap Koci.

"Bukankah kita sudah menyuplai makanan cukup banyak dari rumah?" Tanya kakek Hasbi heran dan memeriksa ransel Koci.

"Tapi nyatanya begitu. Apa terhempas saat aku mengalahkan monster tadi?" Tanya Koci panik.

Seketika semua orang membayangkan itu.

*GGRRRRRR...

Semua orang kecuali Alfa merinding karna ular raksasa yang di panggil Seketh, muncul kepalanya saja.

Ular itu menunduk dan menjatuhkan beberapa hewan yang sudah mati dan juga buah-buahan dari atas kepalanya. Ular itu pun menarik diri dan kembali menghilang.

"Gede banget.. matanya aja lebih gede dari tanganku," ucap Koci melihat telapak tangannya sendiri.

"Uler tadi ceritanya ngasih makanan ke kita?" Tanya Rendra heran.

"Kayanya persiapan Seketh benar-benar mateng untuk hari ini,"

Semua orang menoleh ke arah Gama yang masih di rawat oleh Kuro.

1 jam kembali berlalu. Rendra lagi-lagi memeriksa ayahnya yang masih berdiri dengan kaki tak menapak serta mata dan mulut terbuka lebar.

"Kira-kira ayah lagi apa yah?"

Rendra menoleh ke arah Ady yang datang dan berdiri di sebelahnya.

"Gua lebih penasaran, apa ayah ketemu sama kita yang dulu yah? Terus dia lebih suka sama kita yang dulu jadi dia gamau balik lagi," ucap Rendra.

"Haha jangan begitu," senggol Ady.

Ady mendengus terus dan kembali melihat ke arah Candra.

"Aku ga perduli apa ayah bakal balik lagi atau ngga. Buat aku sih berarti itu pilihan terbaiknya. Tapi meskipun dia ga milih kita, aku yakin ayah ga pernah mikir jelek sekalipun," ucap Ady dengan mata berkaca-kaca.

Di sudut lain, Koci bersenandung riang karna dia berhasil menemukan danau berkat bertanya pada salah satu pelayan Seketh. Di tepi danau, Koci bersenandung sambil memegangi tongkat pancing yang sengaja dia bawa dari rumah.

"Bang Koci.."

Pria kecil itu menoleh lalu tersenyum lebar sampai kumisnya tersingkap.

"Oh Kuro.. gimana bang Gama?" Tanya Koci kembali melihat ke depan.

"Masih belum sadar," ucap Kuro melayang di sebelah Koci dan ikut memperhatikan danau.

Keduanya terdiam tidak berkomunikasi untuk beberapa saat.

"Saya boleh cerita?" Tanya Kuro tiba-tiba dengan nada yang terdengar gelisah dan bingung.

"Cerita aja," ucap Koci.

"Sahabat tuan Gama sudah kembali,"

"Oh.. Professor Neuro yah? Iya iya, aku juga sudah dengar. Kenapa?" Tanya Koci balik.

Keluarga Petualang 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang