Megah, mewah, mulai dari dekorasi, musik dan makanan, semuanya terlihat sangat menawan. Para tamu undangan satu-persatu datang memenuhi aula hotel yang sudah di sewa untuk acara pesta itu.
Dengan gaun panjang berwarna ungu, Annabelle berhasil menjadi pusat perhatian orang-orang di pesta tersebut. Bahkan mereka sama sekali tidak melirik ke arah Kaisar maupun Vincent yang menemaninya.
Tapi di antara semua orang, ada satu yang tampak terkejut sampai mulutnya terbuka dan bergetar.
"K-kenapa dia ada disini.." gumamnya panik.
"Ah yaampun.. meriah sekali yah? Kalian sering datang ke acara seperti ini?" Tanya Annabelle dengan gelas berisi minuman di tangannya.
"Sering, tapi sebenernya yang di undang mah Professor Neuro," gerutu Vincent.
"Dia seterkenal itu?" Tanya Annabelle heran.
"Cuman di kalangan kepolisian sama beberapa pejabat aja," sahut Kaisar sambil memakan buah potong.
"Tapi dia mau berhenti jadi detektif. Niatnya bulan Juni nanti dia mau mengajar di universitas," ucap Vincent lagi.
"Jadi dosen? Pasti malah bertambah pusing. Kenapa dia malah memilih profesi itu yah," celetuk Annabelle sambil meminum minumannya.
Meski terlihat santai, tapi mereka bertiga sudah mengantisipasi jika sewaktu-waktu Futch akan kabur karna kedatangan Annabelle. Jadi mereka sudah bekerjasama dengan beberapa polisi ternama untuk menjaga dan tidak membiarkan siapapun untuk pergi selama pesta berlangsung.
"Harusnya mudah kalau Futch mengubah wajahnya menjadi Lambert. Tapi tetap saja sulit mencarinya. Dia pasti tidak akan menunjukkan wajahnya secara terang-terangan," Pikir Annabelle.
Sementara itu di suatu tempat. Tempat yang seharusnya hanyalah padang rumput luas yang tidak ada apa-apanya, kini berubah menjadi tempat yang tampak seperti pangkalan militer.
Penjagaan yang begitu ketat, tapi Professor Neuro, Jonathan dan Morgan sudah berhasil masuk kesana.
"Tempatnya luas sekali, kita harus mencar kalo mau cepet nemu portal itu," ucap Morgan dengan senapan panjang di punggungnya.
"Haha ide hebat. Aku sudah siap," ucap Jonathan sambil menarik tongkat berbentuk gagang payung miliknya dan menunjukkan sebilah pedang di baliknya.
"Elu tau itu pedang?" Tanya Morgan.
"Haha begitulah. Itu juga karna aku punya ini di rumah, jadi kupikir diriku dari dunia ini pasti memilikinya juga," ucap Jonathan sambil kembali menyarungkan pedangnya.
"Yah, sebenarnya milikku Artefak, dan ini hanya pedang biasa. Tapi tetap saja sama," pikir Jonathan.
Usai Professor Neuro membagikan tugas, ketiganya akhirnya memutuskan untuk berpencar sesuai arahan Professor Neuro.
Di suatu ruangan, seorang pria tinggi berdiri di dekat pintu masuk sambil memperhatikan Gama yang duduk di atas meja sambil memperhatikan koin yang berputar di meja.
"Hihihi.."
Gama tertawa cekikikan saat koin itu berhenti, lalu kembali memutarnya.
"Tuan, ada kemungkinan Professor Neuro dan yang lainnya akan menyusup kesini malam ini," ucap pria itu.
"Gama tau ko. Satu-satunya orang yang paling tau tentang Professor Neuro ya Gama. Kuro.. mau koin lagi," pinta Gama tersenyum cerah.
Pria yang menjadi pengawal Gama itu menghela nafas lalu dia pergi mendekat dan memberikan 3 buah koin.
"Makasih Kuro.." ucap Gama lalu dia memutar 4 koin dan tertawa lebih girang.
"Ini serius tuan. Professor dan yang lainnya pasti akan menjadi ancaman-"
"Berisik.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Petualang 2
FanfictionCerita ini mengandung hubungan sesama jenis, bagi yang tidak nyaman tidak di sarankan untuk melanjutkan. Kelanjutan dari petualangan Kakek Hasbi dan para cucunya.