Jabberwock yang ada di langit, menyipitkan matanya ke arah anak kecil yang berdiri menyeringai menatapnya dengan penuh keberanian.
"Woi bola kaleng,"
Kuro yang berada di belakangnya, tersentak mendengar Seketh memanggilnya demikian.
"I-Iya tuan.."
"Kau urus yang lain, jangan sampai ada yang mati. Kalau ada yang mati dan anak ini merengek tanpa henti, aku akan mencolok gendang telinganya agar dia tidak bisa mendengar lagi. Kau mengerti?" Tanya Seketh menoleh dengan tatapan tajam seperti mengancam Kuro.
"B-Baik.." Kuro pun pergi meninggalkan Gama yang menyeringai senang.
"Seketh.."
Bibir Seketh kembali menekuk sebal mendengar suara Erlangga.
"Aku yakin kondisi kamu jauh dari biasanya gara-gara di dalem mobil tadi. Jadi.. hati-hati," ucap Erlangga dengan suara cemas.
Mata Seketh gemetar, lalu dia memejamkan matanya dan kembali membukanya sambil menyeringai.
"Kau pikir kau siapa berani-beraninya mencemaskan ku? Yah, tapi itu memang sudah jadi tugas Abang sih hihihi.."
Seketh terkekeh sambil menempelkan dua kuku jempolnya lalu dia menempelkan dua ujung jari tengah dan jari manisnya. Sementara Jabberwock membuka mulutnya dan hendak menembakkan semburannya ke arah Rawa Raya sekali lagi.
"Pengampunan Surgawi nomor 1: Pantulan Harmoni,"
Jabberwock terperanjat melihat ada cahaya tipis muncul melindungi Rawa Raya.
Jabberwock perlahan menutup mulutnya, lalu dia menyipitkan matanya ke arah Gama yang menyeringai dengan wajah jahatnya.
"Seketh..."
Semua orang kembali terkejut karna Jabberwock menyebutkan nama Seketh.
"Yo, aku terkejut kau tidak merasakan kehadiran ku. Apa kau menjadi lebih lemah Jabberwock?" Tanya Seketh memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.
"Kaulah yang terlalu lemah sampai hampir tidak terasa Seketh.." suara Jabberwock begitu berat sampai terdengar menggema.
"Hmm hmm hmmm.. yah, ucapan mu cukup pedas juga. Tapi cukup berani yah,"
Semua orang terkejut karna ada ledakan dari tempat Seketh berdiri. Seketh melompat dengan sangat kuat hingga meninggalkan retakan besar di sepanjang jalan.
Jabberwock menoleh dan melihat Seketh sudah ada di sebelah wajahnya, mengepal erat tangannya dan memukul wajahnya.
"Anjir di tampol!!!" Teriak Obi spontan.
"Serius?" Tanya Fernando terkejut.
"D-Di pukul tangan kosong?" Ucap kakek Hasbi yang dalam kondisi berantakan mencoba untuk bangun sambil memegangi bahunya.
Kuro yang sedang merawat Rina, mendongak dan terpaku menatapnya.
"Siapa yang paling parah?"
Kuro menoleh ke arah Irina yang baru saja mengikat rambut panjangnya, dan Surya yang ikut di belakangnya.
"A- emm.. itu, di antara yang lain, yang paling parah bang Ijal," ucap Kuro menunjuk ke arah Ijal yang terletak dengan darah memenuhi kausnya.
"H-Hei.."
Kuro menoleh melihat ke arah kakek Hasbi yang terengah-engah, mencoba untuk berdiri. Tapi Ribut datang dan menahan tubuhnya yang hampir terjatuh.
"Saya datang bersama Maria tuan," ucap Ribut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Petualang 2
FanfictionCerita ini mengandung hubungan sesama jenis, bagi yang tidak nyaman tidak di sarankan untuk melanjutkan. Kelanjutan dari petualangan Kakek Hasbi dan para cucunya.