"Ini harinya?"
Jonathan yang sedang merapihkan jas hitamnya, melihat Nanda dan Jidan di depan pintu.
Jonathan tersenyum lalu mengambil tongkatnya.
"Benar. Dan kemungkinan yang aku katakan tadi malam, bagaimana menurut kalian?" Tanya Jonathan.
Jidan dan Nanda tersentak lalu mereka menunduk lesu sekaligus kesal.
***
"Dengar.."
Usai makan malam, suasana yang tadinya hangat berubah menjadi berat karna Jonathan membuka obrolan dengan kepala menunduk.
"Sebenarnya ini juga belum tentu benar, dan kuharap tidak akan terjadi tapi.."
Jonathan mengangkat kepalanya menatap Jidan dan Nanda dengan mata berkaca-kaca.
"Ada kemungkinan kalau aku dari dimensi ini, sudah tewas sekarang,"
Jidan dan Nanda tampak terkejut menatap Jonathan.
***
Ketiganya kembali terdiam berdiri di ambang pintu.
"Kami udah mikirin itu,"
Jonathan tersentak melihat Jidan dan Nanda yang tersenyum dengan mata sayu.
"Gua ga bilang kalo gua ikhlas, tapi kayanya emang itu keputusan terbaik buat Jonathan kami," ucap Jidan.
"Dari pada liat dia jadi penjahat, gua lebih rela dia istirahat dengan tenang. Jadi gua anggap kalo elu itu Jonathan kami yang ga bakal balik lagi mulai hari ini,"
Begitu menyesakkan, air mata Jonathan tak tertahankan. Dia langsung memeluk kedua temannya dengan tangisan kecil. Nanda menangkap topi Jonathan yang terjatuh, lalu dia tersenyum dan membalas pelukannya.
"Aku menyukai kalian. Terimakasih karna sudah menjadi Jidan dan Nanda yang aku sukai,"
Jidan menggigit bibirnya untuk meredam tangisannya meski air matanya tetap jatuh mengalir di pipinya.
Merelakan kepergiannya secara terang-terangan. Sulit, tapi itu harus di lakukan.
Jonathan melepaskan pelukannya, lalu dia terdiam menunduk sambil menyeka air matanya.
"Aku janji akan memulangkan Erlangga kalian. Aku tau Erlangga disini pasti berbeda dengan yang disana, tapi tolong jangan anggap dia jahat, sudah sepatutnya seorang anak kecil melakukan hal nakal. Aku mohon pada kalian, tolong gantikan aku untuk mendidiknya menjadi adik yang akan membuat kita berdua bangga padanya,"
Nanda terisak lalu dia tersenyum dan mengangguk.
"Sekarang.."
Nanda memakaikan topi yang dia tangkap ke kepala Jonathan lagi.
"Kalahin mereka jagoan!!" Teriak Nanda penuh semangat.
"Gua gatau elu mau lawan siapa. Tapi bikin mereka tau siapa Jonathan!!" Teriak Jidan yang tak kalah semangat.
Jonathan tersenyum lebar dengan mata bergetar, lalu dia menyeringai.
"Iya, akan ku akhiri semuanya!!"
***
Sambil berlari di belakang yang lainnya, Jonathan terdiam mengingat perpisahannya dengan Jidan dan Nanda tadi pagi.
Langit sudah gelap, dan meski sempat terjadi kesalahan fatal satu Minggu yang lalu, tapi sorot mata mereka tidak ada satupun yang redup.
Di belakang, Jonathan melihat Kaisar berbelok dengan tajam keluar dari kelompok dan pergi menuju menara dengan sorot lampu besar yang terpisah dari gudang utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Petualang 2
FanfictionCerita ini mengandung hubungan sesama jenis, bagi yang tidak nyaman tidak di sarankan untuk melanjutkan. Kelanjutan dari petualangan Kakek Hasbi dan para cucunya.