Menyusun Rencana

31 5 0
                                    

Terpuruk, merasa bersalah, bagi Professor Neuro semua korban yang terjaring malam itu karna kesalahannya. Satu kesalahan kecil akan berakibat fatal, itu yang selalu menjadi pilar di pikiran Professor Neuro selama ini.

Dan karna kesalahannya inilah dua temannya kini berbaring di rumah sakit.

Bahkan Vincent belum sadar sejak peristiwa itu.

"Tinggalkan aku sendiri,"

Jonathan yang baru saja muncul dari balik pintu, terdiam memperhatikan Professor Neuro duduk dengan kepala menunduk di sebelah kasur Vincent.

Jonathan yang ikut merasa bersalah perlahan menutup pintu itu lalu kembali ke ruang tamu.

"Gimana?" Tanya Kaisar yang bersama Annabelle dan Edward.

Jonathan yang menunduk lesu, melepas topinya lalu menggeleng dan ikut duduk di sebelah Annabelle.

"Aku paham kalau Professor Neuro terpukul dan menyalahkan dirinya, tapi ini bukan salahnya," ucap Annabelle dengan mata berkaca-kaca menatap telapak tangannya yang terbalut perban.

"Kalian sendiri gimana?" Tanya Edward pada Kaisar dan Annabelle.

"Gausah di tanya, kalo cuman ledakan kecil begitu aku bisa ngehindar," kata Kaisar dengan santainya.

"Ledakan hotel besar di bilang kecil," pikir semua orang aneh.

"Tapi maaf, aku cuman sempet selametin Annabelle. Parahnya langit-langit aula jatoh pas banget nimpah Vincent," lanjutnya membuat semua orang kembali murung.

"Semoga tidak ada luka berat di tulang belakangnya," ucap Jonathan.

"Morgan.."

Jonathan menoleh dan terperanjat melihat betapa marahnya Kaisar. Matanya tampak gelap, wajahnya yang datar terus menatap lurus ke depan seakan pandangannya kosong. Sensasi ini sama dengan Kaisar yang pernah dia lawan saat pertama kali bertemu Gama.

Edward dan Annabelle saling menatap ngeri lalu mereka kembali melihat Kaisar.

***

"Hmm hmm hmm~~"

Semua orang di ruangan itu terdiam memperhatikan Gama yang tampak riang duduk berputar di atas kursi bulat.

"Tuan Gama,"

Gama yang berhenti tepat duduk membelakangi mereka, mendongak sampai kepalanya berputar melihat semua orang. Mereka merinding melihat Gama. Meski dia tersenyum, tapi tatapannya terasa mengerikan.

"Lambert bilang kalau portal itu sudah selesai 75%," ucap Kuro.

"Kira-kira selesai kapan?" Tanya Gama berputar duduk menghadap Kuro.

"Tanggal 9 Mei tuan,"

Gama mengangguk pelan lalu dia menoleh ke arah kakek Hasbi dan para cucunya yang duduk berjejer di sofa.

"Kakek.." panggil Gama dengan manjanya.

"Iya sayang?" Sahut kakek Hasbi tersenyum.

"Bisa ga nanti jaga gerbang sama Tio, Ina, Ujin, sama Nando?" Tanya Gama.

"Bisa. Tapi kenapa? Kata kamu Professor Neuro kalah telak," tanya kakek Hasbi heran.

"Hahaha iya bener, banyak korban, di tambah pengkhianatan yang ga di duga Professor Neuro. Terimakasih untuk Morgan, semuanya tepuk tangan untuk Morgan yang udah nyusup selama 3 tahun ini," ucap Gama menunjuk ke arah Morgan yang berdiri bersandar di sudut ruangan itu sambil memeluk senapan.

Semua orang pun menoleh dan menepuk tangannya.

"Mentalnya memang sudah kena. Tapi Professor Neuro ga bakal nyerah gitu aja, dia pasti tetep bakal muncul buat gagalin rencana kita. Tapi..." Gama melompat turun dan berjalan ke tengah-tengah dengan kedua tangan di belakang punggung.

Keluarga Petualang 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang