Jam tangan Riko sudah menunjukkan pukul 2 siang. Riko juga mulai terbiasa dengan nuansa hutan yang terasa mencekam ini.
Riko dan Matio beberapa kali menemukan bangkai kendaraan, bekas jatuhnya kendaraan yang kecelakaan jatuh dari jalan tol yang ada di atas, sampai menemukan mayat orang bunuh diri.
Mereka juga sempat menemukan beberapa benda yang Matio yakini adalah benda untuk menganut ilmu hitam. Karna tau ilmu itu akan berbalik ke pemiliknya, Matio dengan perasaan iseng merusak benda-benda itu.
"Yang biasa di pake dukun gitu ya om?" Tanya Riko.
"Iya," ucap Matio sambil membuka ikatan tali yang mengikat sebuah kain yang berisi pasir, rambut dan tulang.
Riko melihat Matio bangkit, lalu dia terdiam seperti sedang menunggu sesuatu.
"Kenapa bang?" Tanya Riko..
"Udah berapa benda yang kita ancurin?" Tanya Matio pelan.
"Kayanya tadi 8 deh," ucap Riko sambil melirik ke segala arah.
Meski sedikit, tapi Riko juga mulai merasa udara di sekitarnya bertambah berat.
Riko tersentak lalu dia bergegas mengeluarkan kantung kecil berisi garam kasar, lalu menaburkan nya secara melingkar di sekitar mereka.
"AAAAAAAAAAAAARRRRG!!!!"
Matio dan Riko merasa sakit luar biasa karna mendengar suara teriakan yang terdengar menggema di seluruh hutan. Suara teriakan nya juga tidak hanya satu, bahkan lebih dari 3 suara yang berteriak secara bergantian maupun bersamaan.
Matio yang menahan diri sambil menutup kedua telinganya, melihat Riko terduduk berlutut sambil menutup dan meremas telinganya.
Matio menggerakkan giginya kesal, lalu dia mendongak.
"DASAR TOLOL!! KALIAN MAU DI PERBUDAK SAMA DUKUN PEOT KAYA MEREKA!!!" Teriak Matio.
Suara teriakan yang mereka dengar perlahan mereda. Bahkan salah satu suara ada yang berhenti berteriak.
Tapi saat semua suara terhenti, tiba-tiba terdengar satu suara teriakan yang super kuat sampai membuat Matio ikut berlutut dan menutup telinganya.
Matio melihat tubuh Riko mulai gemetar, tapi teriakan keras itu dengan cepat meredup dan hilang.
Sunyi, kali ini tidak ada suara apapun yang terdengar. Hanya suara angin yang menggerakkan dahan dan dedaunan di sekitar mereka.
"Harusnya tadi kita minjem kacamata buat liat sihir punya kakek ga sih om?" Tanya Riko meregangkan tubuhnya.
"Iya juga, kalo bisa liat sihir kan jadi gampang,"
Keduanya terdiam lalu mereka menyeringai.
"Mending gausah," ucap mereka bersamaan.
"Yah kalo cuman santet mah biasa.." ucap Matio dengan pedenya.
"Hahaha iya om. Ayo om lanjut, hawanya makin tebel kesana, kayanya ada sesuatu disana," ucap Riko menunjuk satu arah dengan menggerakkan wajahnya.
"Kamu ga berani nunjuk ke tempat angker yah?" Ledek Matio tersenyum licik.
"Ng-ngga ko.. tapi kan katanya kalo nunjuk ke tempat angker harus di gigit jarinya sampe berdarah biar setannya ga ngikutin," kata Riko protes lalu dia menunduk sambil memainkan jarinya.
"Gimana kalo begini,"
Riko melihat Matio meletakkan tangan kirinya di dadanya, lalu membuka dan mengarahkan tangan kanannya ke arah yang di tunjuk Riko layaknya seorang kerajaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Petualang 2
FanfictionCerita ini mengandung hubungan sesama jenis, bagi yang tidak nyaman tidak di sarankan untuk melanjutkan. Kelanjutan dari petualangan Kakek Hasbi dan para cucunya.