Di ruang tamu, kakek Hasbi mencoba membantu Riko berjalan. Padahal itu terjadi kemarin, tapi kaki Riko masih gemetar hebat dan membuatnya kesulitan berjalan.
Setelah satu hari penuh menjalani hari dengan kondisi demam, keesokan harinya Riko kembali pulih meski kakinya masih sedikit terasa ngilu.
"Lusa kamu kan pulang, baik baik disana yah," ucap kakek Hasbi sambil meminum tehnya.
Riko yang sedang bermain puzzle gambar di lantai, melihat ke arah kakek Hasbi.
"Riko disini udah mau sekolah ya kek?" Tanya Riko.
"Iya. Loh, memangnya Irina disana ngga.."
Kalimat kakek Hasbi terhenti saat melihat tatapan mata Riko yang terlihat sedih.
"Pasti Irina memperlakukan Riko dan Rika dengan sangat buruk disana," pikir kakek Hasbi.
"Oh, bagaimana dengan Jidan dan Nanda?" Tanya kakek Hasbi.
"Ada, kenapa kek?" Tanya Riko heran.
"Kata Jonathan kan Jidan dan Nanda masih baik. Kalau kamu ada apa-apa, pergi saja kesana," ucap kakek Hasbi.
"Tapi ada bang Gerald sama bang Jon, aku takut sama mereka,"
Seketika kakek Hasbi ingat satu hal yang sudah lama dia lupakan.
"Gawat!! Jonathan kan sudah tewas di bunuh Ribut," pikirnya panik karna kakek Hasbi juga memikirkan Erlangga dari dimensi lain.
***
"Dih ga keren.." ucap Erlangga dari dimensi lain dengan wajah kecut saat Erlangga yang asli memberitahunya kalau dia tidak memiliki tongkat Maestro lagi.
"Hehe maaf yah. 2 hari lagi kamu pulang kan sama yang lain? Aku mau ikut nganter nanti mumpung sekolah udah libur," ucap Erlangga tersenyum senang.
"AAAH!!" Karna teriakan Erlangga yang lain, Jidan yang sedang mencuci piring langsung berlari melihat ke ruang tengah.
"Ada apa sih tereak?" Bentak Jidan.
"GUA LUPA!! GUA GA IKUT UJIAN SEKOLAH ANJIR!! TERUS GUA GA NAEK DONG!!" Teriak Erlangga yang lain.
"Lah, anak bandel kaya elu takut ga naek kelas?" Tanya Jidan heran.
Dengan mata gemetar, Erlangga yang lain menoleh ke arah Jidan.
Jidan dan Erlangga langsung tau. Mau bagaimanapun, senakal apapun dia, Erlangga ini tetap menyayangi Jidan dan Nanda yang ada disana.
"Kalo Erlangga ini ga naek, bang Jidan bakal sedih ga?" Tanya Erlangga yang lain.
"Sedih???"
Erlangga merinding karna Jidan mencengkram kepalanya dengan tatapan marah.
"Gua gebukin gara-gara maen terus sekarang,"
"A- t-tapi aku kan pasti naek.." kata Erlangga ketakutan.
"Yah gimana dong.."
Jidan dan Erlangga melihat Erlangga yang lain tampak kebingungan.
"Gua yakin masalahnya ga seburuk itu. Di dunia elu kan udah rame tuh orang-orang ilang, pasti elu yang ilang dapet kompensasi lah," ucap Jidan.
"Aku juga mikirnya gitu bang. Tapi kan ada kemungkinan ngga juga," ucapnya.
"Cara ngomong sama mikirnya ga jauh sama Erlangga. Mereka mirip banget," pikir Jidan melirik ke arah Erlangga nya.
"Oh iya bang, nanti mba Lidya mau dateng jemput aku. Aku mau nengokin bang Fernando sama Ruskha," ucap Erlangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Petualang 2
FanfictionCerita ini mengandung hubungan sesama jenis, bagi yang tidak nyaman tidak di sarankan untuk melanjutkan. Kelanjutan dari petualangan Kakek Hasbi dan para cucunya.