Berita Eksekusi

49 7 4
                                    

"Nggh.."

Penglihatan kabur, perlahan mulai terlihat jelas.

"Ga?? Angga.."

Erlangga berkedip dan menggeleng, lalu menoleh dan melihat Jidan dan Nanda dengan wajah cemas ada di sebelahnya.

"Erlangga.."

Erlangga menoleh ke arah lain, dan melihat teman-temannya juga menghampirinya.

Erlangga yang hendak bangkit duduk, di tahan oleh yang lainnya. Tapi Erlangga menggeleng dan tetap memaksa untuk duduk.

Erlangga terdiam karna ada perban melilit tubuhnya secara horizontal karna bekas tebasan Jabberwock, dan juga perban di kepala dan pinggangnya.

"Yang lain?" Tanya Erlangga lemas ke arah Jidan dan yang lainnya.

"Istirahat dulu-"
"Aku mau tau," potong Erlangga saat Jidan berbicara.

Jidan dan Nanda saling menatap lalu mereka menelan ludah.

"Bos Alfa, Carlos, Fuji, Anak yang bawa senapan, Jonathan, terus si ilmuwan, Fernando, Sarah, Lidya, mereka udah sadar. Luka mereka ga fatal," ucap Jidan.

"Yang lainnya lagi?" Tanya Erlangga menatap semua orang.

"Anggi, bang Koci, Ruskha, Melody, Beta, sama.. Jonathan masih belum sadar. Yang paling parah kondisinya anak yang sama cewek dari Big Star, sampe sekarang dia udah keluar masuk ruang operasi," tambah Jidan.

Wajah Erlangga berubah pucat mendengarnya.

"Namanya bang Ijal,"

Semua orang menoleh ke arah Toro yang terdiam dengan kepala menunduk.

"Orang yang sama mba Rina itu bang Ijal. Katanya dia yang nahan serangan terakhir Jabberwock sendirian biar yang lain selamat," tambah Toro.

"T-Terus.. korbannya berapa?" Tanya Erlangga.

"Ga, elu istirahat dulu-"
"NGGA!!" Teriak Erlangga menepis tangan Tiara.

"Berapa jumlahnya!! Aku tau pasti udah di umumin kan berapa korban nya? Aku udah tidur berapa hari?" Tanya Erlangga geram menatap Tiara.

Rasanya begitu sakit saat Erlangga menatapnya seperti itu.

"Sampe hari ini baru keitung 4000 lebih. 2 di antaranya nenek sama kakeknya Jaya yang tinggal di sekitar gunung," ucap Obi.

Pupil Erlangga perlahan mengecil lalu dengan tubuh gemetar, dia menoleh ke arah Jaya yang berdiri membelakanginya.

Pikiran beratnya kembali menghantuinya. Kepalanya terasa berdenyut, dadanya terasa sesak, seluruh darahnya terasa mengalir deras.

Erlangga yang terengah-engah, perlahan meremas rambutnya.

"Ini bukan salah kamu,"

Erlangga melirik dan melihat kakek Hasbi muncul dengan raut wajah sedih.

Kakek Hasbi perlahan berjalan masuk dan berdiri di sebelah Erlangga.

"Semua yang tewas, semua yang masih dalam kondisi kurang baik, semuanya bukan salah kamu. Kakek yang patut di salahkan, kakek minta maaf," ucap kakek Hasbi menundukkan kepalanya dengan tongkat yang dia pegang dengan kedua tangannya.

Tapi tetap saja ucapan kakek Hasbi tidak membuatnya lebih baik.

"Jaya, aku-"
"Hmmm???"

Erlangga yang baru saja ingin berbicara, langsung di potong oleh Jaya.

"Apa? Minta maaf lagi? Budeg gua dengernya,"

Semua orang melihat Jaya mendekati Erlangga lalu dia menunjuk dadanya.

Keluarga Petualang 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang