Gelap, hampa, rasanya seperti terombang-ambing di atas kapal. Kejadian kemarin terasa seperti baru saja berlalu.
Udara dingin masuk lewat sela-sela jendela memenuhi kamar Edward.
Edward perlahan menuruni tangga kayunya.
Semuanya masih sama, kecuali satu hal.
Aroma wangi yang sudah lama tidak menusuk hidungnya, kini tercium harum dan membawa Edward ke dapur. Pria paruh baya itu terdiam di ambang pintu, melihat pria besar yang sedang memasak di kompornya.
*******************************
"Anak itu!! Dia ngapain sih!!"
Edward geram sekaligus panik karna Toro tiba-tiba muncul menghadang 3 penjahat yang hendak masuk ke dalam istana negara.
"Edo.."
Edward tersentak hebat. Suatu panggilan yang sudah lama tidak dia dengar, tiba-tiba saja datang entah dari mana. Edward perlahan menoleh, lalu kedua matanya perlahan terangkat melihat pria gempal yang berlari terengah-engah dengan koper putih di tangannya.
"Huhhh.. Huhhh.. Gila capek banget.."
Alis Edward tak bisa berhenti berkedut melihat orang yang kelelahan di depannya itu.
"Nel.. Son.."
Pria gempal itu mengangkat kepala nya lalu dia menyodorkan koper yang dia pegang.
Edward terheran dan tersadar dari lamunannya.
"Ap- hah?? Apa?" Tanyanya bingung.
"Ko apa? Itu cepetan selametin mereka!!" Kata Nelson panik.
"AGATHA!!!"
Nelson dan Edward menoleh dan terkejut karna tangan Agatha terlilit oleh cambuk berduri itu.
"Aku tau ga seharusnya kita ketemu begini. Tapi asal kami tau yah, kita bakal ketemu lagi kalo aja kamu ga pensiun jadi Holy Knight," Ucap Nelson.
"Tunggu. Jadi kamu pergi karna mikir aku bakal berhenti jadi Holy Knight?" Tanya Edward bingung.
"Iya. Ngobrolnya nanti aja,"
Edward tersentak karna Nelson tiba-tiba mencium bibirnya lalu pergi berlari.
**********************************
Edward berkedip cepat lalu dia kembali memperhatikan Nelson yang baru saja memecahkan telur.
"Beb??"
Edward yang masih ragu, berjalan perlahan mendekati mantan kekasihnya itu.
"Hmm?? Bengong mulu dari pagi, mikirin apa sih?" Tanya Nelson mematikan kompor lalu berbalik sambil mengelap tangan nya ke bajunya.
Nelson terkejut karna Edward tiba-tiba berlari dan memeluknya dengan sangat erat.
"Anjir.. Elu dari mana aja sih yaampun.. Elu gatau apa gua galaunya kaya apa pas elu pergi?" Tanya Edward penuh haru menatap mata pacarnya.
"Kan aku udah bilang, kalo kamu ga mutusin berenti jadi Holy Knight, kita bakal tetep sama sama ko," Ucap Nelson.
Edward perlahan melepaskan pelukan nya.
"Kamu.. Ngerasa bersalah?" Tanya Edward terperanjat.
Nelson yang menunduk, menganggukan kepalanya.
"Aku tuh ngejual alat-alat super itu, maksudnya buat di jadiin modal bangun rumah, bangun apa aja biar kita bisa hidup enak. Kamu udah ngurus aku, biayain hidup aku, biayain kuliah aku, aku gamau jadi beban kamu terus,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Petualang 2
FanfictionCerita ini mengandung hubungan sesama jenis, bagi yang tidak nyaman tidak di sarankan untuk melanjutkan. Kelanjutan dari petualangan Kakek Hasbi dan para cucunya.