Dengan wajah datar dan dingin, Ribut terdiam karna rumah kakek Hasbi tampak kosong saat dia tiba. Dia pergi mengecek kendaraan kakek Hasbi, semua kendaraan udara maupun daratnya masih utuh.
Ribut pun mengeluarkan HP-nya lalu menelpon Riko.
"Halo tuan Riko, saya dengar dari tuan Hasbi kalau anda akan datang. Kapan anda akan tiba?" Tanya Ribut.
"Emm.."
"Bilang aja belom nyampe,"
"Iya, bilang aja belom nyampe,"Ribut berkedip mendengar suara bisikan di dekat Riko. Ribut membuat sebuah aplikasi GPS yang terpasang di HP Riko.
"Saya tau anda dimana, seharusnya anda tunggu saya. Saya akan menyusul, jangan kemana-mana dan jangan masuk ke dalam. Berbahaya," Ucap Ribut sambil menutup telpon nya.
Wajah Riko langsung pucat melihat ke arah Obi dan yang lainnya.
"Pasti om Ribut bakal marah," Katanya lesu.
"Tenang aja, dia ga bakal marah. Kan dia cuman mau nyusul kesini," Kata Toro.
"Om Ribut itu pengawalnya kakek kalian yang gede itu kan? Waktu jenguk Erlangga kayanya ada deh," Kata Obi.
"Iya, serem kan?" Kata Rika yang juga takut.
Obi, Anggi dan Toro jadi ikut takut mendengarnya.
"Tapi kita udah terlanjur disini. Mau nunggu om Ribut apa masuk ke rumah ini?" Tanya Jaya menunjuk ke rumah yang ada di belakangnya.
Sebuah rumah satu lantai, tanpa pagar. Rumah berwarna putih yang terlihat bersih dan normal itu sempat membuat Obi dan yang lainnya bingung karna terlihat biasa saja.
"Gua kira bakal item, kotor, jelek, gitu," Kata Toro heran.
"Hehehe ga bakal begitu. Kan ada yang ngurus buat di jual, pasti di urus," Kata Riko tertawa.
"Terus gimana? Masuk aja? Ada supirnya Toro ini, jadi kalo om Ribut dateng kan gampang," Kata Anggi.
Semua orang saling menatap lalu mereka mengangguk.
Usai Toro berbicara dengan supirnya, dia pun kembali lalu mereka semua menyebrangi jalan dan berdiri tepat di depan rumah itu.
Semuanya tampak terpukau melihat rumah minimalis yang pintunya terdapat kaca di atasnya. Jaya sendiri sampai gemetar tidak sabar, bahkan dia berharap ada yang muncul di kaca itu.
Jaya berjalan mendekati pintu itu dan mencoba membukanya. Tapi dia terheran karna pintunya terkunci.
"Ga bisa di buka nih. Dikunci yah?" Tanyanya menoleh ke arah Riko.
"Ya jelaslah. Kan emang di rawat mau di jual," Kata Obi dengan wajah masam.
"Terus cara masuknya gimana?" Tanya Anggi.
"Lewat pintu belakang ada ga?" Tanya Toro melihat Riko.
"Harusnya sih ada," Ucap Riko.
Mereka semua berbondong-bondong pergi memutar ke belakang. Suara rumput hijau yang di injak membuat mereka sedikit tenang karna suasana di rumah itu juga tidak terasa menyeramkan.
Saat melewati sebuah jendela, Anggi sempat melihat ke dalam. Ruang santai lengkap dengan sofa, karpet dan juga televisi tabung dengan meja rak kecil serta lampu kecil di atasnya.
"Eh Riko,"
Riko yang berjalan bergandeng dengan Rika, menoleh ke arah Anggi.
"Elu tau ga kebakaran rumah ini kapan?" Tanya Anggi.
"Gatau, soalnya aku sama Rika belom lahir," Kata Riko.
"Tapi waktu Rika bilang nyium bau singkong bakar sama om Ribut itu, kalo om Ribut bilang waktu itu om Matio sama om Eugene yang lagi kerja, terus ibu sama mba Lidya langsung datang pas denger kakek stress gara-gara liat mayat ibu sama anak itu," Kata Rika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Petualang 2
FanfictionCerita ini mengandung hubungan sesama jenis, bagi yang tidak nyaman tidak di sarankan untuk melanjutkan. Kelanjutan dari petualangan Kakek Hasbi dan para cucunya.