Penyelamat?

46 6 3
                                    

Sambil terus menahan Artefak di langit, Erlangga memperhatikan Fenrir yang membawa jauh Byakko dengan menancapkan cakarnya ke tubuhnya, lalu mendorongnya pergi dari sana.

Saat sedang melihat, Ruskha mendongak karna burung api di atas sana, terbang berputar lalu turun menukik cepat seakan ingin menyerang Fenrir. Tapi dengan cepat Ruskha meraung. Udara di sekitar perlahan berubah menjadi dingin.

Suzuka yang tadinya terbang menukik, seketika melebarkan sayapnya untuk berhenti lalu dia menoleh ke arah Ruskha.

"K-Kakek.. aku ga kuat.."

Kakek Hasbi dan Anggi menoleh ke arah Erlangga yang wajahnya sudah pucat.

Anggi menelan ludah, lalu dia memakai sarung tangan Koci. Anggi sempat terdiam karna penglihatannya sempat kabur. Tapi dia kembali sadar dan bergegas menghampiri Erlangga.

"Jangan di lepas,"

Erlangga menoleh ke arah Anggi yang ikut memegang tongkat Maestro. Beban yang di tahan Erlangga sedikit berkurang dan membuatnya bisa bernapas lega.

"Kalian tahan sebentar. RUSKHA!!!"

Ruskha menoleh ke arah kakek Hasbi yang berlari ke arahnya, lalu Ruskha berlari ke arah Suzaku. Kakek Hasbi mengarahkan tongkat nya ke arah Ruskha, lalu muncul pengait yang tersangkut di tubuh Ruskha. Kakek Hasbi meluncur sambil memegangi topinya lalu memanjat dan tiba di atas punggung serigala itu.

"Kakek Hasbi merayap ke kepala Ruskha, lalu berteriak di telinganya.

"Aku punya rencana!! Secara logika seluruh tubuh burung itu terselimuti oleh api. Tapi ada satu bagian yang tidak. Aku mau kau hentikan pergerakannya selama 5 detik,"

"Woof!!!!" Sahut Ruskha.

Anggi dan Erlangga yang sedang menahan Artefak di langit, melihat Ruskha berlari dan berhenti sambil mendongak ke arah langit. Ruskha memejamkan matanya, lalu dia membukanya dan memancarkan cahaya yang berbeda.

Suzaku menoleh, lalu dia terkelit dengan cepat terbang menghindari teknik Ruskha yang dapat membuatnya beku dalam sekejap. Percikan es di udara yang berasal dari serangan Ruskha terlihat begitu indah di mata Erlangga dan Anggi. Tapi, meski Ruskha sudah mempercepat serangannya.

Kakek Hasbi yang berpegangan pada bulu Ruskha, menggertakan giginya kesal melihat burung itu tidak tersentuh sedikitpun.

"Anggi.."

Anggi menoleh ke arah Erlangga yang  menyeka keringatnya ke lengan bajunya.

"Bisa tahan sebentar?" Tanya Erlangga.

"Elu mau kemana anjir," protes Anggi.

"Ruskha sama kakek kesusahan. Kalo gini terus ga bakal kelar. Kalo burung itu udah mulai terbiasa sama serangan Ruskha, yang ada Artefak nya di ambil,"

Anggi menggeram kesal.

"Yaudah sono cepetan. Jangan lama!!!" Teriak Anggi kesal.

Erlangga tersenyum lalu dia berlari ke arah Ruskha. Tapi baru beberapa langkah, Erlangga kembali terhenti mendongak melihat Ruskha.

"Weh, ko bengong!!" Teriak Anggi kesulitan.

Dengan wajah pucat, Erlangga perlahan menoleh ke belakang.

"Gede banget.. gimana caranya aku ngomong ke mereka?"

Erlangga dan Anggi sama-sama terdiam.

"ANAK ANJING!! BANGSAT!! NGESELIN BANGET LU SIALAN!!" Teriak Anggi yang sudah sangat murka.

Saat sedang saling menatap, Erlangga dan Anggi tiba-tiba terpikirkan sesuatu.

Ruskha yang menggeram kesal melihat serangannya tidak ada yang kena, terheran karna merasakan hawa panas yang kuat tidak jauh darinya.

Keluarga Petualang 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang