Terimakasih

45 7 0
                                    

Erlangga yang masih duduk di kerubungi teman-temannya, melihat Arthur kecil berdiri membelakanginya jauh di belakang.

Gelisah sekaligus merasa bersalah karna semua kejadian ini adalah ulah dirinya dari masa depan.

"Sini,"

Arthur terkejut karna tangannya di tarik oleh Erlangga dan membawanya pergi.

Arthur dewasa yang meringis kesakitan sambil memegangi bahunya.

"A-ah.."

Arthur besar mengangkat kepalanya dan tersentak melihat Erlangga berjalan menghampiri nya sambil membawa dirinya yang masih kecil.

Saat Erlangga sedang berjalan, kakinya yang sempat terluka kembali terkilir dan membuatnya terjatuh.

"Erlangga!!"

Kedua Arthur langsung membantu Erlangga bangkit kembali.

Saat mereka berhasil mengangkat tubuh Erlangga, keduanya terkejut karna Erlangga langsung memeluk mereka.

"Mau sampe kapanpun, kalian tetep sahabat aku,"

Keduanya tersentak lalu mereka saling menatap dan tersenyum tersipu.

"Sudah lebih dari 30 tahun aku tidak bertemu denganmu. Saat kamu masuk ke kastil tua, sebenarnya aku tidak bisa menahan diri untuk tidak memelukmu," bisik Arthur besar.

Pelukan Erlangga di leher mereka semakin erat.

*BHOOOK!!

Semua orang tersentak lalu mereka bergegas mendekati Erlangga yang tiba-tiba memuntahkan darah yang cukup banyak.

"Erlangga!!" Teriak semua orang mendekati Erlangga.

"Lukanya pasti parah sekali," pikir mereka melihat Arthur besar membaringkan Erlangga.

"Permisi,"

Semua orang menoleh melihat Kuro mendekat, lalu dari jari-jari kecilnya muncul peralatan medis.

Orang-orang terdiam lalu mereka terkejut hebat saat melihat Kuro menyisakan satu pisau bedah dan hendak menusukkan nya ke perut Erlangga.

"WOI!!"
"MAU NGEPAIN LU!!"
"MAIN TUSUK AJA!!"

Teriak semua orang panik melindungi Erlangga.

"Kuro bisa medis," ucap Gama mencoba keluar dari sela-sela para orang-orang itu.

Matanya terlihat sangat lemah, nafasnya berat, semua orang terdiam memperhatikan Erlangga yang terbaring di atas rumput, yang sedang di tangani Kuro.

"Walah.."

Semua orang kembali tersentak karna Erlangga terlihat seperti memberikan reaksi pada sesuatu.

"Ada apa nak?" Tanya kakek Hasbi duduk di sebelahnya.

"Senen kan aku ujian, kalo sakit ga bisa ikut dong,"

Semua orang langsung menekuk sebal mendengarnya.

"Kamu masih memikirkan itu di saat seperti ini?" Tanya Fang melipat kedua tangannya di dadanya.

"Soalnya ini ujian kenaikan kelas. Ga kebayang gimana marahnya bang Jidan kalo aku ga naik.." kata Erlangga merinding membayangkannya.

Setelah Kuro melilitkan perban di tubuh Erlangga, Erlangga pun perlahan bangkit, lalu menoleh tersenyum melihat Gama yang tampak seperti ingin meledak menangis.

"Sini," panggil Erlangga.

Gama langsung mendekat dan duduk di pangkuannya.

Kuro merawat semua orang yang terluka disana saat itu juga.

Keluarga Petualang 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang