Dengan raut wajah masam dan penuh dengan kedengkian, pria tua yang duduk mendengarkan seorang pria yang sedang mempresentasikan perusahaannya, akhirnya merasa bosan.
Usai berdiam diri selama 15 menit, dia akhirnya bergerak dan menyeruput kopinya.
"Cukup cukup!!"
Pria itu tersentak diam melihat kakek Hasbi yang terdengar jengkel.
"Ada apa pak Hasbi?" Tanyanya ketakutan.
"Ada apa? Kalau kamu di posisiku sekarang, kamu pasti sudah tidur dari 5 menit yang lalu anak muda! Entah sudah berapa orang yang mencoba menipuku untuk mendapatkan suntikan dana agar bisnisnya tidak mati," katanya ketus.
"Tapi saya tidak-"
"JANGAN MEMBANTAH! Aku paling benci pada orang yang berlagak mempertahankan permainan yang sudah ku tebak. Jangan pernah hubungi aku lagi, MENGERTI!!" bentaknya."B-Baik pak.." sahut orang itu menunduk murung.
Kakek Hasbi pun berdiri dan berjalan menggunakan tongkat berbentuk gagang payungnya keluar dari ruangan kantor itu bersama dengan pengawalnya.
"Apa itu tidak berlebihan tuan Hasbi? Kenapa anda tidak coba membantunya dulu? Siapa tau saja bisnis nya akan hidup, dan investasi anda di perusahan ini juga akan berjalan," ucap pengawalnya dengan wajah datar.
"Hah!! Dengar Ribut. Sejak dulu, selain dalam berpetualang, aku tidak pernah memutuskan untuk melakukan gambling. Aku bukan Gerald yang selalu beruntung," kata kakek Hasbi mendengus kesal.
Mereka pun masuk ke dalam mobil, lalu Ribut melihat tuannya yang terlihat masih kesal duduk di kursi belakang.
"Sekarang kemana?" Tanyanya ketus.
"Tersisa 3 pertemuan lagi tuan. Tapi di pertemuan selanjutnya, saya sudah mengatur agar kita sekalian makan siang," kata Ribut.
"Tidak mau. Aku tidak mau berbicara sambil makan," katanya ketus.
"Bagaimana kalau saya bilang, ini makan siang bersama cucu anda?"
Kedua mata kakek Hasbi langsung terbuka lebar mendengarnya.
"Aah.. yaampun.. cucu kakek.."
Wajah Ribut semakin menekuk melihat sikap tuannya yang tiba-tiba berubah saat dia bertemu dengan Alfa dan Beta.
Dengan wajah tersipu, Alfa dan Beta hanya diam pasrah di perlakukan seperti anak kecil oleh kakek Hasbi.
"Padahal dulu pas belom tau kalo tuan Alfa cucunya, pak Hasbi dingin banget," bisik Carlos ke Ribut.
"Dia memang begitu," sahut Ribut dengan santainya.
"Aku.. sudah memesan Cafe ini untuk kita makan siang bersama. Jadi tidak ada orang selain kita," kata Alfa malu.
"Bos Alfa tau kalo anda ga bisa makan kalo ada orang yang masih ngomong," sahut Carlos di belakang sana.
"Yaampun.. kalian ini.."
Mereka berempat tersentak melihat kakek Hasbi menangis terharu.
"Yang kaya gini ga perlu di tangisin," pikir Carlos heran.
"E-Emm.. kakek.."
Dengan senyuman berbunga-bunga, kakek Hasbi menoleh ke arah Beta yang memanggilnya gelagapan.
"I-Ini.. aku bikin sendiri.."
"Waaah.."
Mata kakek Hasbi terbinar-binar melihat syal rajut yang terlihat sangat jelek.
"Makasih.. ini bagus banget!!" Kata kakek Hasbi tersenyum berseri.
"Bohong!!" Pikir Carlos terkejut.
Beta berkedip cepat dengan kepala di atas meja menoleh ke arah lain karna malu menatap mata kakeknya.
"Carlos.. Ribut.. sini ikut makan," panggil kakek Hasbi dengan nada lembut.
Carlos yang melihat Ribut berjalan kesana dengan santainya, langsung duduk di sebelah Alfa.
Bagi Carlos, makan di tempat sunyi seperti ini sudah biasa karna Alfa juga tidak suka kebisingan saat makan.
"Jadi, ada yang mau kalian bicarakan?" Tanya kakek Hasbi usai menyelesaikan makan siangnya.
"Aku ga ada," kata Beta dengan tidak bersemangat meletakkan kepalanya di atas meja.
"Maaf kek.."
Kakek Hasbi mengangkat alisnya melihat Alfa menyodorkan secarik kertas padanya. Kakek Hasbi terdiam membaca sebuah catatan yang terlihat seperti sebuah tulisan kuno. Dia juga memeriksa kertas yang dia pegang seperti bukan terbuat dari zaman ini.
"Boleh.. aku minta tolong-"
"Boleh!!" Kata kakek Hasbi memotong kalimat Alfa dengan mata terbinar-binar."Tuan Hasbi, biarkan tuan Alfa berbicara dulu," ucap Ribut.
"O-oh.. *ehem.. lanjutkan," kata kakek Hasbi mempersilahkan.
"Salah satu anggota Big Star sedang mengejar sekelompok orang-orang yang memiliki informasi tentang Kandidat Big Star palsu yang sedang kami selidiki. Tapi saat berada di perairan Eropa, mereka tiba-tiba hilang di tengah laut," ucap Alfa sambil menunjukkan selembar kertas peta dan menunjukkan letak terakhir yang dia ceritakan di peta itu.
Kakek Hasbi mengangguk pelan memperhatikannya lalu dia melihat Alfa mengeluarkan sebuah koin emas berbentuk kemudi kapal dengan gambar tengkorak di tengahnya pada kakek Hasbi.
"Salah satu temanku menemukan ini di pantai tidak jauh dari sana. Saat di tanya pada warga setempat, tidak ada yang mengetahui tentang koin ini," ucap Alfa.
Kakek Hasbi yang terlihat sangat serius, menerima koin itu dan terus memperhatikannya.
Semua orang terdiam memperhatikan kakek Hasbi yang tampak sangat fokus pada koinnya.
"Aku tau ini berat. Tapi-"
"Alfa.."Kalimat Alfa terpotong lalu dia melihat kakek Hasbi tersenyum melirik ke arahnya.
"Kamu datang ke orang yang tepat. Ayo Ribut kita pulang, besok kita akan menghadapi petualangan yang menyenangkan. Akhirnya ada juga petualang besar seperti ini setelah memasuki tahun baru ini," ucap kakek Hasbi sambil berdiri dari kursinya.
"Memang kita akan kemana tuan?" Tanya Ribut.
Kakek Hasbi memakai topinya lalu tersenyum lebar.
"Kita akan pergi berburu hantu yang sudah mengarungi lautan sejak abad ke-17. Flying Dutchman,"
Beta yang hampir tertidur, langsung membuka matanya, Alfa juga cukup tertegun mendengarnya, dan Carlos sendiri cukup ketakutan saat mendengar kata 'Hantu' keluar dari mulut kakek Hasbi. Tapi, Ribut tersipu hebat melihat tuannya.
"Tampan sekali.." pikirnya.
____________________________________
Halo semua.. gimana kabarnya nih hehehe mudah-mudahan sehat semua yah..
Ngomong-ngomong saya pengen ngasih tau agenda yang bakal keluar di buku ini. Silahkan di lihat..
Bisa aja nanti ada tambahan di tengah-tengah, tapi untuk 3 bab terakhir emang ga bakal berubah.
Yaudah semuanya.. selamat menikmati yah, sampai ketemu lagi.. Ciao.. ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Petualang 2
FanfictionCerita ini mengandung hubungan sesama jenis, bagi yang tidak nyaman tidak di sarankan untuk melanjutkan. Kelanjutan dari petualangan Kakek Hasbi dan para cucunya.