TCV 152 | Alister dan Pedang Alexi
"Nona," panggil Alister lagi yang kini sudah berdiri di hadapan Sophia. Sophia memperhatikan penampilan dari kesatria pribadinya itu dan akhirnya menghela nafas saat melihat air mata Alister menetes di hadapannya.
Tentu saja kesatria yang lain hanya diam memperhatikan. Saat melihat bagaimana Alister membunuh sebagian musuh dengan begitu mudahnya, membuat kemampuan dari kesatria yang satu itu tidak diragukan lagi. Mereka yang sebelumnya sempat skeptis dan berpikir bahwa sang nona pantas mendapatkan kesatria yang lebih baik dari Alister, yang asal usulnya tidak begitu jelas akhirnya mulai mengerti akan keputusan dari Sophia yang menjadikan anak tanpa status yang jelas itu, sebagai kesatria pribadinya.
Tidak hanya sampai disitu, Alister yang memang sejak awal pelatihan adalah kesatria yang asal-usul dan status sosialnya tidak jelas bisa saja menjadi target perundungan. Terlebih dia membuat ulah dimana setelah kelulusannya ia malah menghilang selama hampir tiga tahun, sebelum akhirnya kembali dan mengulang pelatihan. Tidak mudah bagi Brunswick menerima kembali anak itu, tentu kesatria pelatihan lain juga kesal dengan fakta tersebut dan membuat Alister tidak begitu disukai dan menjadi target perundungan yang empuk. Namun sebuah pedang yang selalu dibawanya membuat ia terhindar dari semua itu.
Pedang yang dikenali sebagai milik Sophia, seolah memperlihatkan dengan jelas bahwa Sophia yang bahkan saat itu masih dalam pengasingan menyokong pemuda itu entah bagaimana caranya. Alasan itu jugalah yang membuat kedatangan Alister diterima kembali di kesatria Brunswick, karena pedang yang Sophia berikan.
Beredar rumor bahwa Alister menjadi perampok dan penyusup karena terlilit hutang dan akhirnya kembali menjadi seorang kesatria atas kebaikan Sophia. Karena sang nona dikenal memiliki hati lembut, akhirnya dia merasa kasihan dan memberikan pedang itu agar Alister bisa kembali diterima setelah melarikan diri dari Brunswick. Meski memiliki kemampuan tinggi, ketidakpatuhan Alister akan menjadi alasan kuat penolakan kembalinya anak itu di pasukan.
Lalu setelah Sophia kembali, Alister baru di perbolehkan keluar dari pelatihan dan menjadi kesatria pribadi Sophia.
Rumor itulah yang tersebar di antara para kesatria Brunswick.
Tidak ada yang tahu jelas ceritanya, namun rumor itu tidak begitu mengusik karena hanya membahas seputar asal-usul dari Alister.
Intinya, kemampuannya diakui. Terlebih dengan pedang yang dimilikinya. Pedang milik dari seorang genius pedang yang kini menjadi pemimpin kesatria istanah.
Sophia menyeka air mata Alister dengan sapu tangan yang sebelumnya digunakan sebagai ikat rambutnya. "Kau sudah menenangkan dirimu kan? Pertama-tama bersihkan dirimu. Kau membuatku merasa mual." Perintah Sophia langsung di angguki oleh Alister.
Setelahnya Sophia kembali masuk ke dalam bangunan. Meninggalkan Alister yang langsung di antar oleh beberapa kesatria agar bisa segera membersihkan diri dan mungkin beristirahat jika kesatria yang satu itu memang ingin.
Namun nyatanya setelah selesai membersihkan diri, Aliseter langsung bergegas menemui Sophia yang tengah minum teh di taman bagian belakang kastil.
Alister langsung mendekat ke arah Sophia, berlutut di hadapan Sophia.
"Saya," Alister menggantung ucapannya dan menarik nafas dalam-dalam.
"Saya tidak bermaksud untuk memusnahkan satu desa, hanya saja..." Alister kembali menunduk, jelas Sophia sudah bisa menebak apa yang dilakukannya.
"Hanya saja mereka tidak mengaku salah. Hal itu justru semakin membuat saya tidak bisa mengendalikan diri." Sophia meletakan cangkir teh nya dan akhirnya menoleh ke arah Alister.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Исторические романыKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...