TCV 128 | Pergi Berkencan

106 27 0
                                    

TCV 128 | Pergi Berkencan

Tuan muda Wolfenbuttel yang mengenakan setelan putih tengah berdiri di depan pintu cafe. Kue-kuean manis jelas menarik semua atensi dari toko itu, namun tidak sebesar atensi yang ditarik dari seorang tuan muda, yang berpenampilan bagai pahatan indah sang pencipta. Surai putih dan mata kuning keemasan miliknya mengubah tampilan menawan yang datang dari sang tuan muda Wolfenbuttel–Peter Denzel Wolfenbuttel.

Sebuah kereta kuda datang dan berhenti tepat di depan Cafe. Sophia turun dari sana, dengan Peter yang langsung menyambut, mengulurkan tangannya. Sophia menerima uluran tangan itu dan turun dari kereta bersama dengan Tia dan Elowen.

Mengenakan gaun berwarna putih yang menjuntai, dengan ornamen yang simpel, membuat Sophia terlihat sangat menawan. Topi berenda yang ia kenakan juga menarik perhatian, Surai pirang khas keturunan Brunswicknya terlihat begitu indah dengan helaian-helaian perak yang menyelinap keluar di bagian dalam surainya. Mata merah Sophia bertemu pandang dengan mata keemasan milik Peter, yang tersenyum menyambut Sophia.

Beberapa pengunjung cafe jelas terkejut akan kedatangan dua bangsawan itu. Terlebih ini adalah kombinasi tidak terduga yang bisa mereka saksikan.

"Lady Sophia," seorang pemilik cafe menyambut Sophia dan Peter. "Saya sudah mengosongkan lantai dua. Silahkan menikmati waktu Anda dan Tuan Muda," sambut sang pemilik. Sophia berjalan menuju tangga, sebelum berbalik dan berbicara kepada Elowen dan Tia. "Kalian juga pesanlah untuk kalian" ujar Sophia yang langsung membuat Elowen mengangguk bersemangat.

Sophia kembali melangkah menaiki tangga, dengan Peter yang menuntun jalan. "Anda menyewa satu lantai?" Tanya Peter sambil berjalan menuju salah satu meja yang sudah disiapkan.

"Ayah saya salah satu bangsawan terkaya, ingat?" Peter terkekeh kecil dan menarik kursi untuk diduduki oleh Sophia, sebelum ia duduk di depannya.

Beberapa pelayan cafe datang dan langsung menghidangkan teh, juga aneka kue diatas meja. Setelah selesai, akhirnya mereka kembali hanya berdua ditempat itu.

"Jadi, apa yang harus saya lakukan?" Tanya Peter membuat Sophia yang sempat menatap keluar jendela kini kembali menatapnya. "Tertawa," gumam Sophia sambil menatap Peter. "Yah?" Sophia tersenyum seperti sedikit tertawa, seolah mereka tengah melakukan perbincangan yang sangat menyenangkan.

Melihat Sophia yang begitu cantik saat tertawa, Peter tanpa sadar tersenyum lebar, ikut sedikit tertawa. Matanya yang indah, senyumannya yang cantik dan suaranya yang terdengar lembut, meski terkadang bisa sangat menusuk.

Pemandangan yang Peter lihat, tampak seolah lukisan bernilai tinggi.

Sambil mendekat, Sophia berkata, "kita sedang diawasi kakakku," Sophia terus tertawa. "Jadi dia tidak boleh tahu?" Sophia mengangguk sambil tersenyum. "Dia akan mengira bahwa aku sibuk berpacaran," Sophia mengambil cangkir teh nya.

Gadis itu kembali melirik keluar jendela, dan menghela nafas setelahnya. "Sudah tidak apa-apa?" Tanya Peter yang diangguki oleh Sophia. "Alister sepertinya sudah membuat dia pergi," jawab Sophia kembali tanpa ekspresi.

"Jadi apa yang harus saya lakukan?" Tanya Peter pada akhirnya.

"Kita akan mencari duke–ayahku," jawab Sophia tanpa berbasa-basi. "Mengapa harus mencarinya?" Sophia mengangkat bahunya. "Entahlah," Sophia jelas membuat Peter semakin merasa bingung. Sadar bahwa dirinya tidak mengatakan apapun secara jelas padahal tengah meminta bantuan, Sophia akhirnya berdehem pelan sebelum kembali menjelaskan. Kebiasaan buruk ini, tidak bisa hilang dengan mudah.

"Aku mendapatkan informasi dari seorang informan, tapi informasinya tidak begitu jelas yang pasti kita akan mencari ayahku." Peter mengangkat cangkirnya dan meminum teh miliknya dengan tenang.

The Crowned Villain'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang