TCV 146 | Bangkit Setelah Kematian

101 25 5
                                    

TCV 146 | Bangkit Setelah Kematian

"Akhhhhh."

Sophia bangkit dari tidurnya secara tiba-tiba sambil meremas jantungnya dan bernafas dengan tersenggal-senggal. "Aku tidak bisa bernafas," gumam Sophia yang langsung merasakan sebuah tangan yang menyentuh kepalanya dan menenangkan dirinya.

"Tenang," suara itu membuat Sophia mengangkat kepalanya yang tertunduk, menatap retina merah pria itu sambil terus bernafas dengan tersenggal.

"Jantungku berhenti berdetak," bisik Sophia sambil terus mengambil nafas dalam-dalam. Tepukan pada pundaknya membuat Sophia lebih tenang.

"Jantungmu berdetak dan kau bisa bernafas," penyihir itu kembali menepuk pundak Sophia. Hingga Sophia akhirnya bisa lebih tenang, gadis itu mengambil waktu untuk bernafas lebih pelan, sebelum fokusnya akhirnya kembali. Sophia menatap pria di hadapannya.

"Teganya kau membiarkanku tertembak sampai sekarat!" Keluh Sophia yang langsung mengomel begitu membuka mata. Pria itu memiringkan kepalanya dan mendekat seolah ingin mengeluh juga. "Kau menggunakan Hakate, mana bisa aku menyadari kondisimu dalam waktu singkat?" Sophia berdehem kecil sambil memalingkan wajahnya.

"Sepertinya kau menggunakannya sejak satu tahun lalu. Pantas saja aku hampir tidak merasakan apapun dari dirimu. Kukira kau sudah berubah dan tidak lagi menjadi berandalan, rupanya aku salah. Aku hanya bisa mencium aroma darahmu." Penyihir itu memperhatikan air muka Sophia yang terlihat malu.

Sang penyihir menyentuh bibir Sophia secara tiba-tiba dengan ibu jari. Sophia tersentak dan mencoba menahan namun tangannya justru ditahan dengan tangan kiri si penyihir.

Ibu jari sang penyihir menerobos masuk bibir Sophia, ia tampak serius saat memeriksa bagian mulut Sophia. Pria itu menyentuh deretan gigi bagian bawah di sisi kanan Sophia. Mendesah kecil setelah menemukan yang dicarinya.

"Dasar rubah licik, kau memasang artefak di gigimu? Betapa gilanya pikiranmu hem." Pria itu melepaskan Sophia, tampaknya baru menyadari perbuatannya. Ia melihat jemari basahnya dan memperhatikan Sophia yang mundur dengan tergesah.

"Itu untuk berjaga-jaga." Si penyihir mengernyit bingung.

"Meski terlambat, aku tahu bahwa kau menandaiku? Bahkan setelah menggunakan Hakate, kau tetap bisa melacakku, kau bisa menghampiriku kapanpun kau mau. Kau pikir itu tidak menyeramkan? Bagaimana jika kau menggunakan sihir aneh padaku. Setidaknya dengan Hakate aku tidak akan terpengaruh sihirmu meski kau tetap bisa melacakku sesukamu." Pria itu mengangguk kecil, menyentuh pipi Sophia dengan lembut sebelum secara tiba-tiba memukulnya.

Sophia tersentak dan langsung terbatuk darah, beriringan dengan sebuah batu artefak yang keluar dari bibirnya.

"Sepertinya kau sadar seberapa menyebalkan dan kurang ajarnya sikapmu padaku, karena itu kau mengantisipasi seperti ini?" Si penyihir langsung mengambil artefak di tangan Sophia dan menyekanya dengan saputangan yang dikeluarkan dari saku.

"Tidak boleh ada benda seperti ini di tubuhmu, rasanya menggang-"

"Kau menangis?" Penyihir itu terkejut ketika melihat Sophia yang menutup mulut berdarahnya dengan mata berair.

"Sakit bodoh!" Si penyihir langsung menarik tangan Sophia–menyentuh pipinya hingga sebuah sinar keluar dari tangannya dan rasa sakit Sophia seketika mereda.

"Gigimu juga sudah tumbuh lagi, jadi jangan menangis." Penyihir itu menyeka bibir berdarah Sophia, tersenyum kecil ketika wajah datarnya kembali terlihat.

"Karena menandatangani kontrak denganku, kau tidak akan terpengaruh oleh sihir dari penyihir lain. Kontrakku sangat kuat jadi kau tidak membutuhkan artefak sejenis ini lagi. Keberadaanya di tubuhmu hanya mengganggu aliran sihirku. Aku akan menyitanya." Terang sang penyihir

The Crowned Villain'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang