TCV 143 | Bakat Alami Sophia

112 25 1
                                    

TCV 143 | Bakat Alami Sophia

Pertempuran akhirnya benar-benar dimulai, pasukan musuh dan pasukan dari Wolfenbuttel saling berhadapan–berperang dengan brutal tanpa ampunan. Tentu kedua belah pihak mengalami cedera, jatuhnya korban tidak lagi bisa dihindarkan.

Sophia menebas, menghadapi musuh dengan sama brutalnya, gadis itu terus menebas dan menghindari serangan dengan berusaha menghabisi sebanyak yang dirinya bisa.

Jangan tanya Alister yang sudah jauh di depan sana. Menghabisi ratusan musuh hanya dalam kurun waktu singkat dengan menggunakan dua pedang yang diambilnya dari musuh. Alister benar-benar menunjukan kemampuannya sebagai pembunuh bayaran dan terus menghabisi sebanyak yang dirinya bisa, sesuai dengan kehendak dari Sophia.

Sayangnya menghabisi musuh yang tiada habisnya ini tidaklah mudah. Sekelompok kecil pasukan menghadapi ribuan pasukan lawan dengan persenjataan lengkap.

Dimata Fie, kejadian ini seolah mengulang kejadian yang sama lima tahun lalu.

Seperti saat itu, harapan kecil datang saat Duke Brunswick dan Evans, juga sebagian pasukan lainnya mulai ikut berperang. Fie masih mendampingi sisa pasukan yang masih belum bisa menggerakan tubuh mereka, di balik benteng buatan.

Keadaan tidak begitu memojokan pasukan Sophia kala kesatria Brunswick mulai ikut berperang. Meski perbedaan kekuatan mereka masih begitu terasa.

Pertempuran itu terasa begitu panjang dan melelahkan, seolah tiada habisnya.

"Kenapa kau mengajari putriku gerakan seperti itu?" Harald menegur Evans di sela-sela pertempuran. Melihat bagaimana Sophia menjadi lebih brutal dari sebelumnya jelas membuat pria itu khawatir. "Nona mempelajarinya saat penyusup menyerang di wilayah Drechsler."

"APA! Maksudnya putriku menghadapi para penyusup wilayah di masa pengasingannya? Bukankah aku sudah memerintahkanmu membentuk pasukan untuk menjaga wilayah itu dari luar!" Evans mengernyit pada tuannya, merasa disalahkan.

"Sudah, tapi beberapa penyusup sepertinya berhasil melewati penjagaan. Lagipula nona hanya menonton sambil minum teh, nona tidak turun tangan sama sekali. Sebaliknya, tampaknya nona justru mendapatkan anjing bagus yang justru mengekorinya." Evans melirik ke arah Alister yang bergerak kian brutal. Gerakannya mirip dengan Sophia hanya saja Alister jauh lebih mematikan.

"Anjing bagus apanya! Kenapa dia memungut anak seperti itu. Pengaruh buruk!" Harald merasa jengkel saat melihat bagaimana Alister menghadapi musuh.

Lagi, harapan kian besar saat pasukan Brunswick yang dipimpin oleh Khaled datang. Sophia menarik sudut bibirnya, Khaled jelas secara intens mengikuti dan memperkirakan rencananya.

"Lama sekali," keluh gadis itu, masih sambil terus melanjutkan kegiatannya menebas semua pasukan lawan. Sophia memperhatikan semangat para kesatria yang kian besar. Terlebih dengan bergabungnya Khaled dan pasukan tambahan Brunswick, meski tidak begitu banyak. Mungkin jika di total, pasukan dari sisi Sophia yang telah di gabungkan dengan pasukan gabungan dari Khaled sekitar 1.000 pasukan. Sedangkan dari pihak lawan setidaknya ada lebih dari 15.000 pasukan. Sepertinya Khaled membawa pasukan dalam jumlah kecil hanya untuk memastikan Sophia tidak melibatkan diri dalam masalah, siapa sangka gadis itu justru menuntun Khaled dalam peperangan tidak logis.

Sophia dapat melihat raut wajah terkejut Khaled ketika melihat jumlah pasukan musuh. Menggabungkan tiga pasukan kecil, merupakan satu-satunya cara untuk memenangkan pertempuran. Meski tetap akan terasa sangat sulit dimenangkan.

Sekarang tinggal masalah penyihir...

Sophia mengenal satu penyihir, satu penyihir yang tidak bisa dimilikinya dan terus menolak uluran tangannya. Penyihir itu tidak memiliki ambisi, kesedihan atau hal apapun yang bisa Sophia gunakan untuk membuatnya berada di sisinya. Satu-satunya kegagalan Sophia dalam merekrut orang-orang yang dibutuhkannya adalah penyihir itu.

The Crowned Villain'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang