Setelah jam pelajaran selesai Hani mengajak Velin untuk ke kantin. Mereka tengah menikmati makan siang mereka di salah satu meja kantin.
"Candra, Velin gapapa ko gausah minta maaf Mulu lagian ini salah Velin ga bilang dulu semalem kan kalo Velin mau nebeng berangkat sekolahnya"
Candra menggeleng, dia masih merasa bersalah pada Velin.
"Kenapa Lo bohong ke Rasya Vel?" Tanya Hani yang sedari tadi gatal ingin bertanya.
Velin menatap Hani, dia menerima suapan Candra terlebih dulu sebelum menjawab pertanyaan gadis itu.
"Abang Reynan kan suka sama Rasya, Velin cuma mau bantuin mereka berdua. Lagian Hani kan tau mereka berdua itu berjodoh mirip Velin sama Candra iya kan Candra?" Velin beralih menatap Candra dan Candra langsung mengangguk.
"Lo ga minta dianter sama supir? Lo kan anak orang kaya" kini Daniel yang membuka suara. Kalau di pikir-pikir tidak mungkin jika tidak ada supir di rumah gadis ini kan mobilnya saja sangat banyak.
"Supir rumah yang biasanya jadi bestinya Velin lagi jemput Abang Kenan di bandara. Sisanya kan bakal nganter papah sama mamahnya Velin, itung-itung juga Velin olahraga" jawab Velin.
Dia menelan makanannya lalu menatap Hani dan Daniel secara bergantian.
"Kalian jangan bilang ke Rasya ya soal Velin yang bohong, Velin cuma gamau Rasya ngerasa bersalah nanti. Malah Abang Velin jadi sadboy kan ga lucu" ucap Velin.
"Tapi Vel, Lo itu terlalu baik"
Velin menggeleng, dia meminum jusnya sebelum ia tersenyum pada Hani.
"Rasya pasti mau ngerasain kasih sayang mamahnya. Lagian Velin kan udah biasa kaya gini, jadi gapapa. Keliatannya mamah Velin juga suka banget sama Rasya, nanti kalo Velin di kutuk jadi batu gimana? Gamau lah. Gapapa, Velin beneran gapapa jadi jangan bilang-bilang ke Rasya ya.....Velin mohon..."
Hani yang melihat wajah memelas Velin akhirnya mau tak mau mengangguk agar Velin kembali tersenyum.
Tak lama datang Rasya dan Reynan, keduanya menghampiri mereka. Rasya duduk di sebelah Velin, dia meletakan bekal makanannya diatas meja.
Hani yang duduk di depan Velin langsung mengalihkan tatapannya kearah lain dan ia mulai kembali memakan makanannya.
"Kalian lagi ngomongin apa?" Tanya Rasya.
"Biasa kita lagi ngerumpi, eh Rasya besok mau ikut olimpiade ya?" Tanya Velin dan Rasya mengangguk.
"Wih keren dong, sama abang Reynan terus sama Candra juga kan?" Tanya Velin, dia melirik Reynan dan pria itu hanya meliriknya sejenak sebelum memesan minuman.
Meskipun begitu Velin tetap tersenyum, dia bermain menatap Candra dan membuka mulutnya kembali saat Candra mengangkat sendok kearahnya.
"Pipi Lo kenapa Ras?" Tanya Daniel yang menaikan sebelah alisnya.
Rasya menatap Daniel, walaupun dia sebenarnya agak tidak nyaman setelah tau Daniel juga ikut mengambil peran namun karena pria itu adalah kekasih Hani Rasya akhirnya mengesampingkan perasaannya dan mencoba untuk biasa saja.
"Di tampar ayah" jawab Rasya.
Daniel tersenyum miring, akhirnya gadis ini merasakan juga tangan seorang ayah ya....
"Ayah Lo mabuk lagi?" Tanya Candra dan Rasya mengangguk.
"His Rasya jangan sedih, mulai nanti kan Rasya tidur sama Velin iya kan?" Tanya Velin dan Rasya mengangguk.
Hani yang tadinya sibuk mengaduk-aduk kuah bakso melirik kearah Velin. Gadis ini benar-benar akan menyerahkan semuanya begitu saja?
"Rasya tidur di rumah Lo Cil?" Tanya Hani.
"Iya, kapan-kapan Hani tidur juga ya dirumahnya Velin nanti kita main tenda-tendaan di dalem kamar"
"Lo pikir gue anak kecil?" Tanya Hani dan Velin tertawa.
"Tapi kayaknya enak kalo kita camping, besok kalo liburan pergi camping yuk" ajak Velin pada mereka.
"Boleh, gue punya rekomendasi tempat yang bagus" jawab Rasya dan Velin mengangguk.
"Nanti Velin mau foto di depan api unggun, terus bikin kopi pagi-pagi sama makan sandwich"
Hani mengangguk, dia melirik kearah Reynan yang menatap Velin dengan tatapan datar. Pria itu membenci Velin karena ayahnya lebih memperhatikan Velin dibanding dirinya. Memang derita anak tengah selalu seperti itu. Namun walaupun terlihat dia tidak di beri kasih sayang karena ada Velin si bungsu, semua kebutuhan Reynan selalu di penuhi oleh ayah dan ibunya.
Hani menggelengkan kepalanya tak percaya, dia hanya iri karena ayahnya lebih perhatian ke Velin. Padahal ibunya juga sangat perhatian padanya.
.
.
.
"Lo masih iri sama Velin?" Tanya Rasya pada Reynan yang duduk di sebelahnya.Di depan ada guru matematika yang sedang mengajar, karena pelajarannya sudah Rasya hafal bahkan sampai di luar kepala jadi dia tidak perlu terlalu memperhatikan.
"Dia adek Lo Rey" kata Rasya lagi membuat Reynan menoleh kearah Rasya.
"Gue emang ga bisa ngerasain karena gue anak tunggal, ayah Lo mungkin lebih perhatian ke Velin dibanding ke Lo. Itu karena Velin anak bungsu dan dia yang paling kecil makanya ayah Lo mikir buat lebih merhatiin Velin"
"Jangan salahin Velin kaya gini, dia gatau apa-apa"
Velin melirik Reynan yang sedari tadi diam. Dia menaikan sebelah alisnya melihat Reynan yang menatapnya.
"Sejak kapan Lo tau?" Tanya Reynan.
Rasya tersenyum tipis, dia menopang dagunya sembari menatap Reynan lekat-lekat.
"Kita udah temenan sejak kelas satu SMP, kayaknya udah ga ada hal yang belum gue tau dari Lo" jawab Rasya.
Reynan terkekeh pelan, sebenarnya ada satu yang Rasya belum ketahui. Yaitu mengenai perasaannya.
Rasya kembali menatap kedepan, dia mengatakan yang sejujurnya karena dia sudah tau alur ceritanya. Dari cara Reynan menatap Velin saja sudah bisa terlihat. Lagi pula beberapa kali Velin terlihat mencoba mendekat namun Reynan selalu memasang tembok besar diantara mereka.
"Atau jangan-jangan karena Lo malu punya adek mirip Velin yang nilainya selalu merah?" Tanya Rasya lagi.
"Setiap orang itu pinter Rey, dibidang mereka masing-masing" lanjut Rasya yang melihat Velin tengah berlari setelah berhasil memukul bola kasti yang melambung tinggi di lapangan.
Velin tersenyum setelah berhasil mencetak satu skor dengan satu bola yang dia pukul. Dia nampak tertawa bersama Hani yang berlari kearahnya dan merayakan kemenangan.
"Gila bocil gue diem-diem pinter mukul bola ya"
Velin tertawa, dia kemudian tersenyum manis melihat Hani yang kembali menjadi Hani yang ia kenal. Walaupun Hani masih saja mendiami Rasya namun dia sudah tidak terlalu memasang wajah benci lagi.
.
.Kini Candra menatap Velin, dia mengantar Velin ke tempat les. Velin di depannya terlihat tengah menata kembali poni dan rambutnya setelah helm kedodorannya terlepas.
"Makasih ya Candra udah nganterin Velin"
"Yaudah sana masuk, semangat lesnya" kata Candra sembari mengusap kepala Velin.
"Siap bos! Yaudah Velin masuk dulu tatah!!" Ucap Velin yang berlari menjauh masuk kedalam gedung.
Candra mematikan mesin motornya, dia turun dan duduk di bangku. Dia akan menunggu Velin sampai gadis itu selesai dengan lesnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIO KWEK-KWEKK {🦆³} S3
FantasySELAMAT MEMBACA TKK SEASON 3 JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK KALIAN YA^^ KALAU BELUM BACA SEASON 1 DAN 2 KALIAN BISA BACA DI LIST BACAAN AKU. 🤍🤍🤍🤍